"Tapi sayang, selain udang goreng aku biasanya membawakanmu makanan lain. Dan tidak pernah menolak, justru kau menerimanya dengan baik," senyuman cantik dan manis dari bibir seksi Amanda agar Saga langsung jatuh hati.
"Salsa. Ayo masuklah. Maaf kau duduk di belakang. Karena Amanda akan mabuk perjalanan jika tidak duduk di depan," Saga tak menanggapi Amanda, ia lebih memperhatikan Salsa daripada Amanda.
Salsa sedikit tidak setuju, namun karena Saga begitu baik hingga menawarinya tumpangan ia tak bisa menolaknya.
"Tidak apa. Aku hanya ingin menikmati musik jazz, earphone ini siap membuat pikiranku rileks," Salsa menunjukkan earphone dari saku seragamnya.
Saga tersenyum, ia salah menduga jika Salsa akan marah. "Aku mengantarkan Amanda dulu. Setelah itu kita ke sekolah."
Amanda protes tidak suka, itu artinya Saga akan berduaan dengan Salsa di mobil ini. Ia cemburu. "Masih ada angkutan kota dan taksi. Kenapa harus numpang di mobil kita sayang?" Amanda menyuarakan pendapatnya, benar-benar tidak setuju jika Saga bersama perempuan lain.
Tapi Salsa tak peduli, ia tetap masuk dan duduk di belakang. Memasang earphone dan memutar lagu jazz, ia tidak ingin memusingkan kata-kata Amanda.
"Sayangg," Amanda merasa kesal karena Saga tidak menanggapi ucapannya.
Karena sudah terlalu malas akhirnya Saga hanya bergumam. "Hm."
"Lebih baik ke sekolahmu dulu saja. Dan mobil ini aku yang akan membawanya," Amanda mulai bernegosiasi dengan Saga.
"Tidak bisa," Saga menggeleng. "Mobil ini untuk aku pulang sekolah nanti. Jika kau tidak keberatan lebih baik naik taksi," Saga menanggapinya tenang meskipun hatinya berlawanan sedang menahan rasa kesal. Ia mengerti Amanda hanya ingin memakai mobilnya untuk aksi ajang pamer kepada teman-teman sosialitanya.
Amanda mendengus kesal. Saga tega jika dirinya pulang sendirian. "Kau tidak peduli denganku," gumamnya lirih.
Saga yang mendengar itu hanya mengabaikan, Amanda menyukainya karena uang sama halnya dengan Clara. Tapi untuk Salsa tidak, Saga lebih memilih Salsa meskipun ia harus memendam perasaannya hingga masa perjanjian cinta dalam waktu 3 bulan itu habis.
'Aku tidak rela jika harus berpisah denganmu Salsa. Bagaimana bisa nantinya aku tersenyum kalau bukan mendengarkan omelanmu setiap harinya,' batin Saga sendu, ia baru pertama kalinya kehilangan orang tersayang tapi di cintainya.
Amanda mencuri pandang menatap Saga yang setengah melamun. Ia penasaran dengan Saga, apakah ada masalah?
"Sayang? Kalau menyetir jangan melamun begini. Lebih berkosentrasi lah," suara Amanda itu menyadarkan Saga dari bayangannya tentang Salsa.
"Sudah sampai. Sekarang kau turunlah," ucap Saga. Ia benar-benar muak dengan Amanda.
"Sampai? Terlalu singkat sekali ya. Padahal tadi aku berharap lebih lama bersamamu sayang," ujar Amanda saat membuka pintu mobil Saga dan keluar.
Setelah Amanda pergi, Saga memangil Salsa namun tidak ada sahutan.
Saga pun menoleh ke belakang, dimana ia dapat melihat Salsa yang tertidur pulas dengan tenangnya.
"Ternyata sedari tadi Salsa tidur? Ia terlihat begitu kelelahan," senyuman bahagia di bibir Saga. Melihat Salsa dalam jarak dekat seperti ini mampu menggetarkan hatinya, wajah cantik Salsa yang tanpa polesan bedak namun terlihat alami itu mencuri perhatian Saga.
Tidak ingin mengusik tidur Salsa, Saga pun kembali melajukan mobilnya ke sekolah. Ia akan membangunkan Salsa saat sudah sampai tujuan.
***
"Salsa? Bangunlah, sekarang kita sampai di sekolah," Saga menepuk pipi Salsa.
"Hoaamm, sampai?" Salsa menguap namun kesadarannya masih setengah usai bangun dari tidur nyenyaknya.
Saga mengangguk. "Ayo, sebentar lagi bel masuk jangan sampai terlambat. Tau sendiri bukan para OSIS dan guru BK selalu berjaga di depan gerbang."
Keduanya berjalan beriringan, tentu menarik perhatian para siswa yang baru saja sampai di sekolah.
Clara yang melihat itu tentu saja tidak terima, hatinya seketika cemburu dengan kedekatan Saga dan Salsa. Apakah mereka benar-benar menjalin hubungan spesial? Ah tidak mungkin, seingatnya Saga baru mengenal Salsa karena sebelumnya mereka tak pernah bertemu apalagi bertegur sapa sekalipun satu sekolah seperti ini.
Dengan langkah lebarnya Clara menghampiri Saga dan Salsa. Keduanya justru saling tersenyum satu sama lain tentu ini semakin mengobarkan api cemburu bagi Clara.
"MENYINGKIRLAH!" Clara mendorong Salsa sedikit kasar hingga tersungkur.
Salsa yang tidak siap menyeimbangi tubuhnya pun terjatuh. Telapak tangannya tergores menimbulkan sebuah luka kecil.
"Aww, shh perih," Salsa meringis menyentuh luka itu.
"Maksudnya apa mendorong Salsa? Dia salah apa dengamu?" tanya Saga ketus.
Clara menggamit tangan Saga. Ia berpura-pura manja. "Dia tidak pantas Saga. Aku tau tujuannya untuk mendekatimu yang tak lain bukanlah karena harta. Salsa tidak tulus," ucapnya memberikan kalimat hasutan agar Saga mudah percaya dengannya.
Saga menggeleng. "Aku mencintai Salsa sepenuh hati. Dan Salsa tidak pernah meminta uang yang hampir jutaan menguras dompetku," kata Saga menyindir kebiasaan Clara. Dulu memang temannya itu meminjam uang atau meminta beberapa lembar saja, namun karena sudah terbiasa sehingga Clara melebihi batas. Dan Saga selalu di introgasi oleh sang ayah jika bertanya mengenai uang bulanan yang cepat habis entah kemana.
Clara yang merasa tersindir pun menatap Saga penuh tanya. "Maksudmu itu aku?" helaan nafas berusaha sabar. "Saga, kenapa membela Salsa? Apa spesialnya dia di matamu?"
Salsa yang tak ingin berdiam diri saja menyaksikan itu pun bangkit. "Karena kami adalah-" belum usai Salsa menyelesaikan kalimatnya terpotong oleh suara Arsen.
"SEBATAS TEMAN," tegas dan berani Arsen mengatakan itu, agar seluruh siswa yang menyaksikan tau hubungan apa antara Saga dan Salsa.
Salsa menatap Arsen tak percaya. "Apa urusanmu?" tanya Salsa tidak suka, sikap Arsen semakin hari tambah berubah dingin dan tidak se-perhatian dulu. Ia sempat berpikir jika Arsen memiliki kekasih simpanan.
"Ayo, masuk kelas," Arsen menarik tangan Salsa menjauh dari Saga. Ia tidak rela jika Salsa terlaku dekat dengan Saga. Arsen cemburu.
'Tidak apa, saat jam istirahat nanti aku akan bertemu Salsa lagi,' batin Saga. Ia mengerti sekarang Arsen menjadi sebuah pembatas besar yang sulit di singkirkan. Namun Saga tak memaksanya, karena Arsen masih kekasih Salsa. Saga tak melarangnya, karena ia sendiri hanya kekasih diatas perjanjian 3 bulan demi memperbaiki kebangkrutan Morgan Group.
Melihat Saga yang hanya melamun pun Clara tanpa berkata-kata menggandeng Saga menuju kelasnya.
"Mereka itu terlihat cocok ya?"
"Serasi sekali. Tapi sayangnya Saga memilih Salsa."
"Lebih cantik Clara sih menurut gue. Karena Clara kan-"
"Heh! Kalian kenapa masih ngerumpi disini? Bubar sana masuk kelas!" guru BK yang ketus berkacamata bernama Yasmin itu marah.
Seketika mereka bubar.
"Ya bu. Maaf."
"Aduh padahal tadi udah asik kan ya?"
"Daripada nanti di hukum."
Bu Yasmin hanya menggeleng melihat mereka yang saling berbisik.
"Ada-ada saja. Sudah bel masuk masih saja diluar kelas."
***
Bersambung...