Chereads / Promise Love (Indo version) / Chapter 5 - 5. Tamparan

Chapter 5 - 5. Tamparan

Clara yang mendengar kabar bahwa Saga dekat dengan Salsa yang mengaku sebagai pacar pun tidak terima dan cemburu.

"Ra? Kok gak ditulis materinya? Kalau bu Tina keliling dan periksa terus lo di hukum gimana?" Rani yang baru menyadari tak ada pergerakan menulis yang di lakukan oleh Clara pun heran. Meskipun pelajaran telah berlangsung bukan berarti suasana menjadi sunyi, ada beberapa yang masih mengobrol dengan suara lirihnya karena sadar tak ingin mengganggu lain terutama terkena amukan bu Tina.

"Salsa sekarang jadi pacarnya Saga? Kok bisa? Bukannya Saga gak pernah deket sama cewek ya kecuali Clara?"

"Gak tau. Tapi Saga gak risih selalu care dan romantis sama Salsa di kantin radi."

Kantin? Clara merasa menyesal tidak pergi ke kantin saat waktu istirahat tadi, Clara lebih memilih di kelas sambil memakan bekalnya dengan Rani. Sangat di sayangkan Clara melewatkan hal itu, seharusnya ia ada di kantin dan mengganggu Saga dan Salsa yang sedang pacaran. Tega sekali Saga memilih wanita lain di bandingkan dirinya yang selama ini selalu dekat dan mencuri perhatian Saga namun yang di dapatkan bukanlah cinta Saga melainkan sikap acuh Saga kepadanya. Ini tidak adil!

"Sekarang juga anterin gue ke kelasnya Salsa," Clara tidak sabar ingin memberikan pelajaran pada Salsa yang telah lancangnya mengambil hati Saga dan menjadikannya seorang kekasih.

Rani yang awalnya ingin menolak itu ia urungkan niatnya melihat keseriusan dan amarah Clara membuat Rani tak bisa berbuat apa-apa. Pada akhirnya Rani hanya bisa setuju.

***

Dengan langkah tergesa-gesa Clara dan Rani menuju ke kelas Salsa.

Saat sampai di ambang pintu, Clara mengatakan dimana tempat duduk Salsa pada murid yang berada di dekat pintu kelas.

Dengan perasaan takutnya karena kedatangan Clara dengan wajah marahnya Mila menunjuk tempat duduk Salsa yang berada di belakang sendirian.

Clara menghampiri Salsa tanpa aba-aba tangan Clara menampar pipi Salsa.

Karena terkejut mendapatkan tamparan, Salsa menatap sang pembuat masalah yang sekarang tersenyum puas. Clara? Apa salahnya sampai Clara menamparnya tanpa alasan?

Nisa yang tak terima atas perlakuan Clara pun marah. "Main tampar anak orang aja. Ada keperluan apa lo disini?" tanya Nisa sengit. Clara memang menjadi siswi yang badgirl penguasa sekolah SMA Liberty di takuti semua murid kecuali guru, toh lagipula Clara kan manusia bukan hantu.

Clara terkekeh senang. "Keperluan gue mau ngasih pelajaran sama Salsa. Gara-gara dia Saga sekarang jauh dari gue. Gosip lo yang pacaran sama Saga udah tersebar luas di sekolah. Mau ngelak apalagi ha!" karena marahnya tingkat tinggi Clara menggebrak meja Salsa. Sabarnya sudah habis, hatinya di selimuti rasa cemburu. Saga tetap miliknya sampai kapanpun juga meskipun Saga tak menerima cintanya.

Salsa terkejut, ternyata Clara sudah tau tentang sandiwaranya ini?

"Saga suka sama lo? Gak kan?" tanya Salsa tersenyum remeh pada Clara justru menantangnya sama sekali tak ada rasa takut. Lagipula sandiwaranya ini dengan Saga hanya beberapa bulan saja tidak mungkin Salsa menjalin hubungan cinta dengan Saga lebih lama, karena ia tak ingin terjebak cinta dan masih ada Arsen yang harus Salsa hargai meskipun dirinya sekarang sedang bertengkar dengan Arsen.

Mendengar penuturan Salsa yang seperti meragukannya membuat Clara semakin naik pitam. "Jangan sembarangan ya ka-apa sih?" Clara menyingkirkan tangan Rani yang ingin membungkam mulutnya.

"Clara tenangin diri lo dulu. Jangan marah kayak gini, kalau misalnya bu Nina tau gimana?" Rani berbisik dengan suara pelannya. Meskipun kedatangan Clara tadi tak mengusik bu Nina yang sedari tadi fokus dengan laptopnya sama sekali tak mendengarnya.

Benar apa yang dikatakan oleh Rani, Saga tidak menyukainya bahkan mustahil akan membalas perasaanya.

Clara tak bisa berkata-kata, karena malu ia pun pergi dari kelas itu bersama Rani.

Nisa menggeleng takjub, punya keberanian banteng ternyata Salsa. "Padahal selama ini Clara selalu berani. Tapi tadi nyalinya ciut," Misa terkekeh menyaksikan wajah Clara yang pucat pasi itu.

Putri yang merasa terganggu karena fokus mencatat materi bu Nina merasa tidak nyaman.

Putri menoleh ke belakang, lebih tepatnya pada Nisa. "Daritadi ngomong terus emang udah selesai sama nyatetnya?" tanya Purri dengan wajah bosannya. Dan jawaban

Nisa menggeleng. "Gak. Tulisin dong tangan gue pegel nih," pintanya dengan nada sedikit memelas. Apalah daya dirinya yang malas mencatat materi dari bu Nina yang banyak itu.

"Gak boleh males. Kalau kita udah lulus pasti bakalan kangen sama masa-masa kayak gini," sahut Salsa.

Nisa tampak berpikir ada benarnya juga. "Ya juga sih. Kalau kita lulus pasti jarang gak bisa kumpul bareng kayak gini lagi," ucap Nisa dengan raut sedihnya. Berpisah dengan kedua sahabatnya ini tidak rela, karena yang selama ini mengisi hari-harinya menjadi bahagia adalah mereka meskipun tidak perlu menghadirkan seorang kekasih.

Sedangkan Clara tak bisa memberikan pelajaran lebih pada Salsa. Clara memilih kembali ke kelas tidak mungkin juga pergu ke kantin karena jam pelajaran tengah berlangsung daripada tertangkap basah oleh guru BK yang biasanya berpatroli mengecek semua murid yang sedang bolos pelajaran.

"Ra tenangin diri lo. Jangan kebawa emosi kayak gini," ucap Rani setelah duduk di kursinya. Rani tau Clara tak bisa mengontrol emosinya bahkan dengan keberaniannya pergi ke kelas Salsa yang masih pelajaran dan ada gurunya, tapi untungnya bu Nina tidak menyadari kedatangan Clara dan lebih memilih fokus dengan laptopnya seakan tak ingin di ganggu.

"Gue gak rela Salsa jadi pacar Saga. Perjuangan gue selama ini sia-sia. Gak ada yang bisa menggantikan posisi Saga," Clara tetap bersikukuh karena hanya Saga yang membuatnya nyaman meskipun lebih banyak di abaikan karena Saga risih tidak suka di ganggu. Tapi Salsa? Salsa justru dengan mudahnya mengambil hati Saga tanpa perlu repot melakukan berbagai cara seperti merayu Saga dan menjadi cantik agar Saga tertarik. Namun semua itu nihil bagi Clara, dirinya seakan kalah dengan Salsa yang tampilannya sederhana.

"Nanti pulang bareng Saga aja. Jangan biarin Salsa pulang sama Saga berdua. Lo gak mau kan?" Rani memberikan ide cemerlangnya pada Clara, apapun yang di inginkan Clara Rani akan selalu membantu sahabatnya itu termasuk memperjuangkan cinta Saga.

Clara mengangguk setuju spa yang di ucapkan Rani ada benarnya. Ia harus bisa menghalangi Salsa agar tidak dekat dengan Saga, Salsa harus jauh dari Saga. Ya itulah misinya saat ini.

***

Saat bel pulang sekolah, Clara pun keluar lebih cepat meninggalkan Rani yang masih sibuk menyelesaikan 5 soal Fisika tanpa berniat membantunya. Tak ada waktu lagi, Clara harus bergerak cepat untuk menghalangi Salsa. Clara juga pernah dengar dari beberapa siswi yang suka bergosip bahwa Salsa pernah pulang bersama Saga, tentu saja satu mobil dan itu ada kemungkinan Saga mengantarkan Salsa sampai di rumah lalu berkenalan dengan kedua orang tuanya. Membayangkan itu saja emosi Clara kembali lagi.

'Apa lebihnya Salsa sih? Padahal gue jauh lebih cantik di bandingkan Salsa. Dia gak ada apa-apanya dan gak pantes buat Saga. Pasti dari orang kalangan bawah,' batin Clara menggerutu dalam hatinya. Salsa tidak setara dengan Saga anak dari pemilik sekolah SMA Liberty pasti Salsa anak beasiswa.

Saat sampai di depan mobil hitam Saga, Clara dengan tanpa seizin Saga memasuki mobil itu dan duduk di kursi depan. Tak akan Clara berikan celah pada Salsa!

Clara tersenyum puas saat mobil Saga tidak sedang dikunci. Bagus sekali Saga terlalu ceroboh bagaimana kalau adanyang mengobrak-abrik isi mobil Saga? Clara harus mengomeli cowok itu sekarang juga.

Pintu mobil dibuka, Clara terkejut saat Salsa menatapnya datar dan Saga seperti mempersilahkan Salsa duduk di sampingnya bak seorang princess tapi terhalang oleh Clara yang sudaj lebih dulu menempatinya.

"Clara. Memangnya gue menawari lo tumpangan pulang bareng?" tanya Saga dengan ketus dan tatapan tajamnya. Selama Saga mengenal Clara ia tak pernah sekalipun mengantarkan Clara pulang. Karena Saga sendiri selalu membatasi dirinya dan berusaha menghindar dari Clara.

Akankah Clara turun dari mobil Saga atau tetap duduk dan enggan pergi?

***

Bersambung...