Arga menatap Saga. "Senang bertemu denganmu Saga. Apa Salsa mencintaimu?" tanya Arga hanya sekedar menguji saja, siapa tau Saga mencintainya dengan nyata.
Saga terdiam. Kenapa harus pertanyaan itu? Mencintai atau tidak, ia hanyalah menjalankan perintah sesuai yang Salsa sampaikan. Saga menurut setelah selesai akan menerima imbalan uang dari Salsa. Se-simpel itu, sama sekali tak ada niatan untuk mencintai Salsa.
"Pasti cinta! Karena Saga itu baik," jawab Salsa dengan ceria dan senyuman terpaksanya. Ayah ini gimana sih? Kenapa nyuruh Saga mencintai aku? Terus Arsen sama siapa? batin Salsa kesal sendiri. Arsen tak akan pernah tergantikan di hatinya, hanya cowok itu yang bertahta dalam sanubarinya bukan Saga!
"Hm," Arga bergumam meragukan jawaban Salsa. "Saga, saya minta bantuanmu untuk mengembalikan Morgan Group seperti dulu. Karena investasi modal yang tidak tepat sampai membawa kabur uang 1 milyar. Hanya menjanjikan namun mereka pergi setelah saya mengadakan pertemuan di kantor," Arga menjelaskan sedikit tentang awal mula kebangkrutan Morgan Group kepada Saga.
"Memangnya siapa orang yang mengajak anda berinvestasi pak?" tanya Saga mulai tertarik. Selain bekerja sama dengan Morgan Group maka perusahaan milik ayahnys akan semakin berkembang.
"Tidak perlu saya sebutkan. Bairakan saja menjadi rahasia. Harus bangkit, karena jika tidak mereka akan senang karena berhasil mengelabuhi."
Kruyuk.
Salsa mengumpat dalam hatinya. Kenapa di situasi yang genting seperti ini perutnya keroncongan? Salsa malu karena ada Saga! Bisa turun harga dirinya sebagai cewek cuek.
Saga menatap geli Salsa yang tampak salah tingkah kepergok laper karena malu. "Belum makan ya kamu?" tanya Saga pura-pura perhatian manis tapi aslinya ingin memarahi Salsa dengan Sadis merusak suasana saja.
Salsa mengangguk. "Iya aku laper! Masa gak makan? Sakit lambungku!" Salsa berseru marah. Kenapa Saga tidak peka sama sekali? Jika sudah tau dirinya ini sedang kelaparan Saga seharusnya berinisiatif membelikan makanan diluar kantor, sesekali mentraktir kan? Lumayan Salsa bisa menghemat uang sakunya untuk menabung membeli album K-Pop Blackpink yang baru saja launching dua hari lalu.
"Ajaklah Salsa makan di kantin. Porsi makannya lumayan banyak kalau laper. Yang sabar ya Saga," Arga tersenyum senang. Lihatlah wajah Saga sekarang di tekuk kesal.
Saga mengangguk. "Ayo Salsa, kita makan di kantin."
Selama berjalan berisian, Salsa terus berdebat dengan Saga. Terutama harus merahasiakan hubungannya di sekolah.
"Kenapa harus rahasia? Bukankah ini sesuai keinginan ayahmu?" tanya Saga mengangkat satu alisnya, heran.
"Karena aku sudah memiliki seorang kekasih. Dia adalah Arsen! Aku gak mau nyakiti perasaan Arsen saat tau aku menjalin hubungan dengan pria lain dan itu adalah kamu," jawab Salsa dengan perasaan dongkolnya. Ia harap Saga bisa menjaga rahasia ini dan tutup mulut. Tapi Salsa meragukan hal itu karena Saga hanya senyum-senyum gak jelas.
"Apa? Mau coba-coba bocorin hubungan kita seantero sekolah?" tanya Salsa menaikkan intonasi suaranya sampai para karyawan yang sedang menikmati makan siangnya teralihkan perhatiannya menatap Salsa aneh.
"Gak minat," jawab Saga malas-malasan. "Aku sama sekali gak bangga pacaran sama kamu Salsa. Cinta aja gak," tambahnya lagi dengan raut wajah datar.
Salsa duduk dengan perasaan kesalnya. Menatap Saga tajam.
"Kamu mau makan apa? Disini ada mie ayam, cilok, siomay, es krim, atau bakso?" Saga menyebutkan semua stan makanan yang ada. Sangat lengkap dan paket komplit selagi uang masih ada.
"Aku mau bakso pedes 5 sendok sambal. Cepetan!" titah Salsa seperti seorang bos kepada bawahannya. Saga yang sedikit pegal kakinya karena sedari tadi hanya jalan dan menaiki tangga saat ke ruangan Arga dan sekarang ia harus membeli bakso?
"Aku dibayar berapa nih?" Saga mengerling dengan menggoda. Biasalah minta uang bayaran pada Salsa.
"Dibayar dengan kasih sayang!" seru Salsa sesikit ngegas. Saga sekarang menggodanya, ia kira Saga adalah pribadi yang cuek dan pendiam, namun itu hanyalah sampulnya dari depan.
Saga terkekeh, merasa lucu dengan jawaban Salsa. "Tapi kasih sayang kamu sama sekali gak buat aku baper," ujarnya justru menantang Salsa. Perasaannya tak akan mudah di luluhkan oleh gadis cerewet seperti Salsa.
"Oh, awas aja ya kalau suatu hari nanti kamu malah baper dan ngemis cinta sama aku!" Salsa ngambek dan membuang muka menghindari mata Saga yang indah sepeti lautan biru menenangkan hatinya. Sial! Kenapa ia harus terpesona? Tidak! Hanya Arsen yang mampu membuat hatinya baper bukan Saga!
"Gak akan! Kita buktikan aja. Kalau aku jatuh cinta sama kamu berarti harus bayar makan sepuasnya. Kalau kalah menjauh dan gak usah kenal," Saga membuat sebuah keputusan mutlak untuk Salsa. Sebenarnya ia enggan menjalin kerja sama ini, namun karena Arga adalah sahabat ayahnya dengan terpaksa Saga menyetujui permintaan Salsa.
Brak!
"OKE!" Salsa menggebrak meja sampai orang-orang di sekitarnya terperanjat kaget bahkan ada yang tersedak.
"Mbak Salsa biasa aja dong kalau ngamuk!" seru seorang perempuan menor dengan bibir merah merona seperti pewarna makanan itu melotot tajam pada Salsa.
Salsa tak peduli. Tawaran Saga cukup menggiurkan karena jika kalah berarti Saga harus menjauh meskipun cowok itu sudah jatuh cinta dengannya. Tapi sebaliknya kalau menang dan sama-sama mencintai mentraktir makan sepuasnya sampai dompet kering.
Tak butuh waktu lama, Saga datang dengan semangkuk bakso pedas lima sendok sesuai pesanan Salsa.
Saga meletakkan bakso itu di hadapan Salsa. "Sekalian aku habisin semua sambelnya biar kamu tau rasa!"
Salsa menatap Saga aneh. Kenapa cowok itu sedikit sensi dengannya?
"Nanti aku bakal aduin ke ayah biar gak ada uang gajian," ancam Salsa tersenyum bangga. Tapi itu tak berefek pada Saga.
Hanya gaji? Ah, Saga tidak perlu uang gajian atau uang imbalan. Selama uang jajan bulanannya selalu aman dan ayahnya akan bertanya (Saga uangmu sudah habis? Ayah transfer ya?) seperti lagu yang merdu untuk Saga.
"Heh! Malah ngelamun sama senyum-senyum gak jelas!" Salsa memencet hidung Saga, membuat cowok itu mendelik tajam dan kaget.
"Kalau Arsen tau kita makan bareng gimana?"
"Ya jangan di kasih tau!"
Saga ini bagaimana? Selama cowok itu bisa menutup mulut embernya maka semuanya akan aman.
"Kalau lagi makan itu jangan ngomong! Nanti di bantu setan," ujar Saga mendengus kesal.
"Di bantu setan?" Salsa mengernyit tidak tau. "Tapi kan yang makan dan habisin baksonya aku. Nih liat! Udah habis pentolnya cuma kuah doang!" Salsa menunjukkan mangkok baksonya yang sudah habis. Ah makan siang di kantin tapi di bayarin adalah kebahagiaan tak terhingga, ya meskipun jika Salaa lihat wajah Saga yang sepertinya tidak ikhlas.
Saga menatap mangkuk itu pura-pura percaya saja. "Kan kamu sendiri setannya," tutur Saga dengan santainya dan itu sontak mengundang amarah Salsa sampai rambutnya yang sudah tertata rapi dengan ekstra jambul bikin ganteng jadi berantakan dan seperti orang gila di lampu merah.
"Rasain! Beraninya bilang aku setannya," Salsa cemberut, merajuk. Tapi terlihat menggemaskan di mata Saga seperti anak kecil yang marah.
"Kamu lucu juga ya."
Salsa terdiam. Saga memujinya lucu membuat hatinya salah tingkah dan jantung deg-degan. Saga sengaja membuatnya baper, tapi Salsa berusaha bersikap biasa saja. Gombalanmu gak mempan mas! batinnya dalam hati.
Meskipun begitu, Salsa tidak pernah mendapatkan perlakuan manis dari Arsen. Hanya sikap biasa seperti seorang teman, bukan kekasih. Mencintai tanpa ada balasan memang sakit.
***
Masih awal ya, nanti Clara bertindak dan masalah muncul satu-persatu.
Bersambung..