Chereads / Promise Love (Indo version) / Chapter 1 - 1. Kebangkrutan Morgan Group

Promise Love (Indo version)

Dark_Moons
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 13.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1. Kebangkrutan Morgan Group

Sinar matahari yang terbit malu-malu setelah bulan pergi. Pagi yang cerah ini membuat gadis periang bernama Salsa Maharani semangat berangkat ke sekolahnya. Ia sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Kakinya melangkah ke ruang makan dimana sang ayah dan mama sudah berkumpul. Dan menunggunya.

"Yang sabar. Mungkin ini adalah cobaan buat kamu mas," ujar Sasa memberikan kesabaran pada Arga, suaminya yang sedang meratapi Morgan Group bangkrut.

Salsa menghentikan langkahnya. Cobaan apa? Hatinya bertanya-tanya. Apa ada masalah?

"Sabar gimana? Cuma usaha ini yang bisa bantu kita. Termasuk sekolah Salsa. Kalau bangkrut terus perusahaan kita sia-sia? Salsa tidak akan sekolah lagi," Arga berkata dengan lesu tak bersemangat. Menjadi kepala keluarga dan tulang punggung mencari uang sudah menjadi kewajibannya. Arga selalu berusaha untuk yang terbaik termasuk Salsa.

"Maksud ayah bangkrut?"

Arga dan Sasa menoleh melihat sang putri sati-satunya.

Karena Salsa sudah tau, tidak ada yang perlu di tutupi.

"Kamu bisa bantu ayah?" Arga menatap sang putri penuh harap.

Salsa memgangguk semangat. "Bisa ayah! Bantu apa? Aku pasti sanggup!" serunya senang. Salsa akan berusaha untuk membantu apapun demi Arga, asalkan semuanya kembali membaik termasuk Morgan Group.

"Kamu harus dekat dengan Saga. Dia anak dari Dirgantara Group yang pasti akan membantu kita. Jika kamu sanggup nak, menjalinlah hubungan kekasih dengan Saga."

"Tapi ayah, bagaimana dengan Arsen? Dia adalah kekasihku," Salsa memberikan penolakan tegasnya. Hanya Arsen yang selama ini Salsa cintai. Tidak mungkin ia melupakan Arsen hanya demi Saga untuk kestabilan Morgan Group. Itu terdengar tidak masuk akal.

"Arsen cowok yang suka ke club dan mabuk-mabukan itu? Apa yang kamu banggakan dari dia nak?" Arga menatap lekat Salsa. Arga sangat menentang hubungan Salsa dengan Arsen. Arga hanya ingin yang terbaik untuk Salsa. Selama ini mencari informasi tentang kebiasaan Arsen juga identitasnya. Sungguh membuat Arga tak percaya jika Arsen seorang playboy yang suka bergonta-ganti pasangan dansa di sebuah klub besar.

"Arsen adalah cowok yang romantis. Dia setia dan menyayangi aku. Untuk membantu ayah mengambil hati Saga termasuk pacaran dengan Saga. Aku sama sekali tidak setuju dengan itu," langkah Salsa yang akan menuju kamar itu berhenti kala Arga memberikan ancaman yang membuat Salsa takut.

"Pilih ayah atau Arsen?" akhirnya Arga memberikan pilihan sulit untuk Salsa. "Kalau kamu pilih Arsen, lebih baik berhenti bersekolah dan diam di rumah," Arga menegaskan ucapannya.

Salsa berbalik menatap sang ayah tidak percaya. "Kenapa?"

"Ayah berikan kamu waktu 3 menit untuk memilih. Jika lebih dari itu, jangan berangkat ke sekolah hari ini," Arga menjawabnya dengan nada dingin dan ekspresi datarnya. Salsa sangat keras kepala, mempertahankan Arsen hanya karena mencintai dan kesetiaan. Cinta masa remaja tak akan bertahan lama setelah berpisah dan sibuk dengan dunianya sendiri.

Salsa tak bisa berpikir jernih. Bersekolah sampai tamat adalah keinginannya, lalu melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi seperti kuliah di universitas favorit dan meraih gelar sarjana kedokteran sesuai keinginannya. Dengan hati dan pikiran yang berat sekaligus terpaksa, tidak ada jalan lain jika harus memilih sang ayah dan mengesampingkan Arsen.

'Maaf Arsen, aku harus meninggalkanmu dan menjauh. Aku tak bermaksud mengkhianatimu. Semua ini demi ayah,' batin Salsa dengan rasa dilema dan tidak rela menjadi satu.

"Ayah. Aku pilih ayah," Salsa berkata dengan malas.

Arga menarik senyuman bulan sabitnya bahagia. Sangat mudah sekali merayu Salsa.

"Terima kasih. Saga itu baik, dia pasti akan mencintaimu," ucap Arga penuh keyakinan.

Dalam hati Salsa menggerutu. Bukan dengan mudah mendapatkan hati Saga sang kapten basket kebanggan Sekolah Menengah Atas Garuda. Selama ini Saga selalu dekat dengan Clara.

'Berususan dengan Saga, sama saja aku mencari masalah dengan Clara,' batin Salsa dalam hatinya.

***

Salsa berangkat dengan jalan kaki, bukan seperti yang lain di antarkan mobil dan motor. Meskipun jaraknya jauh, namun bagi Salsa berolahraga di pagi hari juga sehat untuk jantungnya yang melemah.

Mencari Saga, tapi pelajaran pertama adalah olahraga.

"Demi ayah. Jangan sampai sekolahku menjadi taruhannya. Bagaimana dengan cita-citaku nanti?"

Hanya 10 menit akhirnya sampai di sekolah. Tapi keramaian di parkiran yang rata-rata siswi itu pasti sedang mengerumuni Saga baru datang dengan mobil barunya.

Salsa sebenarnya ragu, apa sekarang atau nanti? Namun melihat keramaian itu mengurungkan niatnya untuk berkenalan dengan Saga. Sama saja mencari sensasi lalu dirinya dibenci karena berani mendekati Saga seperti wanita murahan.

Langkahnya menuju toilet, langsung mengganti seragamnya dengan kaos olahraga. Setelah selesai, Salsa menuju ke lapangan basket yang selalu di gunakan saat mata pelajaran olahraga.

Semua teman sekelasnya sudah berkumpul. Pak Joyo, guru olahraga akan memberikan penyampaian materi.

"Sebelum pelajaran kita dimulai dan praktek untuk nilai bulanan, silahkan lari 6 kali putaran untuk putri dan 7 untuk laki-laki," pak Joyo memberikan intruksi, lalu meniup peluitnya tanda dimulainya waktu perhitungan lari. Tak akan ada kecurangan atau hanya jalan, karena lari termasuk nilai tambahan jika gagal dalam praktek.

"Salsa!" teriak Nisa memanggil Salsa yang duduk sendirian.

"Apa?" tanya Salsa dengan tak bersemangat. Mood-nya hari ini buruk karena ayahnya.

"Minum sebelum lari. Bahaya jantung kamu nanti kambuh lagi," ujar Putri perhatian. Ia begitu peduli dengan Salsa, sahabatnya.

Salsa menggeleng. "Aku kuat," tak ada waktu yang di sia-siakan. Ia harus memanfaatkan hal ini dengan bertemu dengan Saga.

"Sa, kamu harus minum. Kita khawatir kalau kamu sakit. Apalagi pingsan," Nisa berusaha membujuk Salsa yang keras kepala, tetap kukuh dan enggan menurut.

Salsa hanya menggeleng. "Ayo lari. Pak Joyo marah kalau kita masih males disini."

Nisa dan Putri menurut saja. Menjaga Salsa tetap sehat dan stabil. Jantungnya bermasalah, penyakit Salsa sejak kecil yang tak bisa di sembuhkan.

Satu putaran berhasil Salsa lewati. Nafasnya masih normal, kakinya kuat berlari.

Putaran keempat, nafas Salsa tak beraturan. Kaki melemas dan detak jantungnya tidak normal. Salsa mengusap dadanya menahan tekanan yang sakit. Sesekali merintih, Salsa memejamkan matanya menikmati rasa sakit itu. Semua ini ia sembunyikan dari orang tuanya, Salsa tidak ingin mereka khawatir berlebihan dan mengasihani-nya.

"Ahh! Sakit banget ya Tuhan!" Salsa menjerit berteriak menarik perhatian semua siswa termasuk pak Joyo.

"Pak! Jantung Salsa kambuh lagi!" Putri memanggil pak Joyo dengan suara lantangnya. Ia sangat khawatir dengan kondisi Salsa.

Pak Joyo bergegas menghampiri Salsa. Menyuruh siswi-nya itu berhenti berlari.

"Tapi pak, nilaiku berkurang. Bagaimana dengan nilai bulanan nanti? Ayahku akan marah," Salsa mengatur nafasnya. Sangat sulit untuk berbicara sepatah kata saja.

"SALSA! JANGAN PEDULIKAN NILAI!" Putri menatap Salsa tajam. Salsa lebih peduli dengan nilainya daripada kesehatan jantungnya.

"Air-aku shhh air mana?" Salsa meringis kesakitan memegangi dadanya yang terus di tekan. Berlari adalah hal yang Salsa hindari, selain jantungnya kambuh ia tidak ingin hidupnya berakhir dengan cepat. Cita-citanya belum ia raih, membahagiakan orang tuanya, dan memperbaiki Morgan Group.

"Minumlah," Saga memberikan air mineral biasa kepada Salsa.

Suara itu membuat Salsa terkejut. Saga?

Tanpa berpikir lama, Salsa menerima air dari Saga dan meminumnya hingga habis.

"Terima kasih, Saga," bibirnya membentuk senyuman tulus. "Halo, aku Salsa," Salsa mengulurkan tangannya mengajak Saga berkenalan.

"Salsa? Tadi sakit kenapa sekarang senyum?" tanya pak Joyo heran.

"Karena melihat Saga yang ganteng jadi sembuh pak," jawab Nisa malas.

Pandangan Salsa berkunang-kunang, keseimbangannya melemah dan hampir jatuh jika Saga tidak sigap menangkapnya.

"Pusing?" tanya Saga dingin.

Salsa mengangguk. "UKS. Tapi kamu yang bawa aku."

"Terserah kamu sa," Nisa berlalu pergi mengajak Putri. "Lebih penting Saga daripada kita," bisiknya lirih.

Putri hanya diam tak menyahut. Nisa sepertinya sedang kesal.

'Cemburu,' batinnya menahan senyuman. Nisa juga menyukai Saga, cinta dalam diam.

Di UKS, Salsa mengutarakan niatnya pada Saga. Bertemu dengan kapten basket itu tidak sulit, Saga sendiri yang datang dan berkenalan dengan dirinya.

Saga yang merasa di perhatikan menatap Salsa dengan risih. "Kenapa? Aku ganteng kan?" tanya Saga sangat percaya diri.

Salsa berdecak kesal. "Ganteng darimana? Senyum gak pernah. Selalu cuek, gak ada semangat. Apa hidupmu monoton seperti ini?"

Saga mengangguk. "Untuk apa bahagia? Jika bahagia hanya sementara, aku lebih memilih luka."

"Aku butuh bantuanmu," Salsa mengubah topik obrolannya. Sepertinya Saga sedang ada masalah dan sedih. Tapi Salsa tak akan menuntut Saga bercerita.

"Bantuan?" Saga mengangkat sebelah alisnya heran. "Jika bantuanmu tentang seleksi basket, maaf tidak bisa. Usaha sendiri dan jangan merayuku!" Saga menegaskan ucapannya. Berbagai siswa sudah meminta bantuannya tentang seleksi basket yang terbaik namun mereka selalu gagal.

"Ayahku bangkrut. Morgan Group sekarang hampir gulung tikar. Hanya kamu yang bisa membantuku, jadilah pacarku. Karena ini keinginan ayah," Salsa berujar dengan sungguh-sungguh.

"Morgan Group?" Saga seperti mengenal perusahaan transportasi tersebut. "Aku sudah tau tentang berita kebangkrutannya."

"Kamu setuju?" tanya Salsa menyelidik, ia harap Saga mau bekerja sama dengannya.

"Cepat jawab, aku tidak ada waktu berdua denganmu," kesal Salsa merasa geram. Berdua dengan Saga di kantin takutnya para siswa gosip menyebarkan berita aneh lalu Arsen cemburu dan hubungannya tak akan berjalan romantis lagi. Salsa membenci keributan.

Saga mengangguk kemudian ia menjawab. "Tapi harus ada imbalannya," senyuman nakal itu terbentuk di bibirnya.

Salsa sudah menduga pasti Saga akan meminta bayaran. Cowok itu tidak mungkin menerima tawarannya tanpa uang.

"Oke. Setelah pulang sekolah, aku akan memperkenalkanmu dengan ayah sebagai pacar."

"Pulang bareng?"

"Iya! Apa aku jalan kaki sendirian sedangkan kamu enak dengan mobilmu tanpa kepanasan?" Salsa menatap Saga kesal. Cowok ini tidak peka, bagaimana memperkenalkan Saga kepada ayahnya jika Saga sendiri tidak bersamanya?

"Hanya hari ini," Saga mengatakan dengan berat hati. Pulang bersama Salsa bukanlah suatu hal baik, selain akan ada gosip miring nanti Saga tidak ingin para fans-nya kecewa terutama kaum hawa yang mengidolakan dirinya.

***

Setelah pulang sekolah dan sesuai janji, Salsa pulang bersama Saga meskipun harus menunggu suasana sekolah sepi. Sebelumnya Salsa juga menolak tawaran Arsen yang akan mengantarkannya pulang.

Selama perjalanan, Salsa dan Saga tidak membuka obrolan. Salsa yang merasa canggung karena baru kali ini bisa dekat dengan primadona SMA Garuda. Sedangkan Saga risih dengan Salsa karena tidak pernah dekat dengan perempuan meskipun Clara kadang mengganggunya.

Tak butuh waktu lama, mereka sampai di Morgan Group. Salsa mengantarkan Saga ke ruangan ayahnya yang pastinya sudah menunggu.

"Ayah. Coba tebak, aku bawa siapa," Salsa membuka pintu dan mempersilahkan Saga masuk terlebih dahulu.

Arga mengalihkan fokusnya dari laptop dan menatap Saga. Bibirnya tersenyum senang, akhirnya Saga datang. Sesuai keinginannya pada Salsa.

"Halo Saga," sapa Arga dengan ramah.

"Halo juga, om Arga," Saga tersenyum ceria. Sudah mengenal Arga karena teman ayahnya.

"Ini pacarku Saga. Jadi sekarang aku dan Saga pacaran. Dia baik, dan humoris juga," Salsa menjelaskan sisi baik yang berlainan dengan Saga. Dingin, cuek, dan irit bicara. Seharusnya Salsa mengatakan itu saja. Namun karena ini hari yang bermakna untuk sang ayah agar bisa lebih dekat dengan Saga.

***

Bersambung...