"Apa yang terjadi padaku, kenapa aku tiba-tiba terluka" Wajah Arslan semakin pucat dan dan bibirnya semakin kering karena kedinginan.
"Pangeran…! Ada apa, apakah anda baik-baik saja?" Sofia belari mendekati Arslan, namun tak sempat di raihnya, Arslan sudah tumbang lebih dahulu.
Sofia yang melihat Arslan seperti itu hanya menunjukkan ekspresi biasa saja, tak sedikitpun dari raut wajahnya yang memperlihatkan sebuah belas kasiah ataupun kekhawatiran, alih-alih membawa Arslan ke ruang pertolongan, Sofia justeru menyerat tubuh Arslan ke sebuah Ruangan pemanas.
Pangeran yang sudah tak sadarkan diri kini di tinggal sendiri di sebuah ruangan dalam keadan terluka. Entah bagaimana caranya melakukannya, Arslan mendapatkan luka tanpa merasakan sakit sedikitpun.
"Maafkan saya pengeran" ujar Sofia dengan suara lirih kecil sambil meneteskan air mata. Sofia beranjak pergi dan menutup pintu di sana agar tak di katahui oleh siapapun.
Di sisi lain William sedang berusaha mengembalikan jaringan sirkuit dalam kota tersebut agar bisa melakukan komunikasi dengan Arslan dan dan yang lainnya, setelah berusaha cukup keras, akhirnya jaringan Transmisi bisa di pulihkan kembali.
Hal pertama yang di lakukan oleh William adalah melihat keadaan Arslan "Syukurlah, mantelnya berfungsi dengan baik" ujar William dengan penuh harap.
Ponsel dalam kantong mantel milik Arslan berbunyi, Sofia yang menyadari hal itu langsung memeriksanya dan melihat bahwa yang sedang menghubunginya adalah William, Sofia sedikit terkaget melihat hal ini, namun dia menghela nafas dan mencoba tenang dengan hal tersebut.
Sofia menjawab Telepon dari William "Hallo, ada apa?" tanya Sofia kepada William.
"Syukurlah kau baik-baik saja, bagaimana dengnan Sofia?" tanya William kembali.
Sofia terdiam sejenak dan memikirkan sesuatu "Ternyata benda ini berfungsi dengan baik, dia bahkan tak menyadari bahwa aku adalah Sofia, mantel ini juga cukup berguna" ujar Sofia dalam hatinya.
"Tidak masalah, dai sedang mencuci wajah di toilet, tak perlu khawatir, dia baik-baik saja" jawab sofia yang tengah menirukan suara Arslan.
"Syukurlah kalau begitu, tapi kenapa syarafku lebih lembut dari basanya, kau seperti seprang wanita" tanya Wiliam kebali.
"Eh, aku benar-benar tidak masalah kok, aku hanya sedang kelelahan saja" jawab Sofia.
"Baiklah, aku akan mencari lokasi Rayya, nanti akan ku kirimkan denah gedung dan titik kalian bisa kembali berkumpul" lanjut William dan menutup telponnya.
"Untung saja tidak ketahuan" Sofia menghela nafasnya dan kembali berjalan.
Tak lama setelah William memberikan sapaan tadi, tiba-tiba mantel milik Arslan yang tengah di pakai oleh Sofia menerluarkan sebuah gelang yang melingkar di perrgelangan tangannya dan membuat sebuah Virtual media dalam sebuah gambaran CG di depan wajah Sofia, di sana Sofia bisa mengendalikan semuanya dengan tangan dan memperlihatkan seluruh detil dari gedung tersebut, bahka sangking rincinya, sofia hingga tertegun melihat pemandangan terbut, karena jalan yang terbuka dan tertutup tampak jelas.
Di karenakan Sofia mengatakan bahwa dia sedang kelelahan, William mengatur sistem menjadi serba otomatis yang mudah di kendalikan, bahkan hampir semua yang di fikirkan oleh Sofia terjawab semua hingga lubang pentilasi udara dan ruang tersembunyi ternampak jelas di sana "Oh shit, bagaimana bisa alat secanggih ini di sembunyikan dalam sebuah mantel saja, sungguh mekanisme yang sangan unik, seumur hidupku baru kali ini aku melihat teknologi secanggih ini" ujar Sofia yang tengah tertegun menyaksikan hal tersebut.
Tak lama setelah beberapa saat, Sofia menerima sebuah transmisi khusus dari seseorang dengan perangkat khusus yang dari lama dia sembunyikan dalam sakunya namun sofia terlihat sedikit panik saat menjawab tranmisi tersebut.
"Sofia, pastikan kau menyelesaikan semuanya dengan baik dan sempurna sesuai kesepakatan kita" ujar seseorang misterius yang tengah menghubungi Sofia melalui jalur transmisi.
"Akan saya laksanakan sesuai perintah Tuan Muda" ujar Sofia kepada seseorang yang menghubunginya tadi. Setelah mematikan transmisinya, Sofia melirik ke samping sambil memastikan bahwa tak ada orang yang sedang memperhatikannya.
"Yosh, sekarang sudah sepi" ujarnya dengan suara lirih kecil, setelah semuanya tampak sepi dan aman, Sofia masuk kesebuah ruangan dan mengganti oakaiannya dengan bertujuan untuk menunjukkan bahwa dia adalah bagian dari Teroris tersebut.
Ketika keluar dari ruangan tersebut, Sofia langsung di cegat oleh Chantika yang saat itu ada di sana, entah bagaimana caranya Chantika ada di sana, tapi tepat setelah Sofia keluar dari ruangan tersebut, Chantika langsung menendang bagian pelipisnya hingga Sofia pingsan.
Chantika yaang merasa bahwa Sofia benar-benar pingsan mulai mendekatinya dan memastikan bahwa serangan tadi akan melumpuhkan Sofia.
Chantika yang sedikit lemah mulai termakan perangkap Sofia, Sofia sebenarnya bukan tidak pingsan melainkan sedang berpura-pura saja, sehingga ketika sofia membuka matanya, Dia langsung menyerang kearah Chantika yang sedang dalam keadaan lengah tersebu. Bukan Bangsa Athena namanya jika bisa tumbang dengan serangan tumpul seperti itu.
"Hooohhhh.? Ku puji keberanianmu karena telah berani menyerangku, BAgaimana bisa seorang yang sudah di kasihani dan di tolong dari kemalangan kini membeelot menjadi seorang penjahat" Ujar Chantika sembari memekik kesakitan.
"Apakah hanya itu ketahana mu? Tak sekuat yang kukira" Sofia langsung membuka genggaman tangannya dan menempelkan sebuah alat kecil berwarna keemasan di tubuh bagian belakang Chantika.
"Sialan, apa yang kau lakukan, dasar wanita jalang…" Chantika berusaha melepaskan alat tersebut namun tangannya tak sampai pada bagian itu.
"Aku mendengar bahwa kalian adalah Ras terkuat sepanjang sejarah setelah runtuhnya Ras Adamantite, tapi terkuat bukan berarti tidak memiliki kelemahan, dan aku megetahui kelemahan kalian adalah Radiasi matahari. Lebih tepatnya, aku menempelkan Radiasi Generator padda tubuhmu" Ungkap Sofia pada Chantika.
"Sialan, kau melakukan kecurangan dalam pertarungan" lanjut Chantika melontarkan hinaan pada Sofia.
"Dalam pertarungan, aku tak peduli kalah menang, selama aku berthan hidup hingga akhir akulah pemenangnya, dan aku akan melakukan cara apapun untuk bertahan demi tujuanku, Selamat tidur Putri Athena" Sofia menekan tombol yang ada di tangannya dan membuat tubuh Chantika terasa seperti terbakar.
Setelah Chantika Pingsan, Sofia ingin melanjutkan perjalanannya dengan meninggalkan Chantika, namun dia kembali dan membuka alat tersebut sambil menunjukkan keraguan dalam wajahnya. "Maaf" Ujar Chantika dengan suara lirih kecil sambil memejamkan matanya sesaat.
Entah dai meminta maaf pada Chantika karena telah melakukan kejahatan atau meminta kepada Tuan yang tengah memerintahnya karena telah melakukan kesalahan melepaskan kembali alat yang menempel pada Chantika.
Tak sampai 10 menit berjalan mengikuti petunjuk dari sebuah visual denah, Sofia menemukan Rayya yang sedang memeriksa ruangan tempat seorang anak remaja yang tadinya mengeluarkan tantakel di seluruh gedung tersebut.
"Sofia…! Pangeran kemana?" Tanya Rayya pada Sofia yang sembari terus mencongkel pintu ruangan tersebut dengan santai.
"Hoooo, Dia sedang ke toilet dan menyuruh ku untuk pergi terlebih dahulu" Ujar Sofia dengan muka polosnya.
"Baiklah kalau begitu, sebaikanya kau tunggu di sana, aku akan membukanya sendiri" lanjut Rayya sambil terus mmbuka tempat terseut.
Sofia mendekati Rayya dan langsung menyerang bagian tengkuk Rayya dengan tabung hydran kebakaran hingga pingsan.
Sebelum sepenuhnya pingsan, Rayya melihat Sofia membuka ruangan tersebut degan mudahnya "Kenapa..???" Suara lirih Rayya keluar dari mulutnya dan langsung tak sadarkan diri.
BERSAMBUNG...…..