Sebatang rokok yang tinggal separo terus menemani malam ku. Segelas kopi hitam pahit paling setia menemani setelah magrib tiba.
Entah sejak kapan itu berlalu, entah sampai kapan akan berlanjut. Hanya dua hal tersebut mampu membuat teman dalam sepi yang paling sepi sekalipun.
Dua ekor kucing kecil kini ada dihadirkan Allah menemani kesepian agar ada teman bicara dan kadang bercanda itulah anugerah kenikmatan Allah tahu hatiku tersayat keadaan tapi mereka di sekitarku tak tahu apa arti tangisan hati ini bahkan bapak dan ibu tak memahami luka hati dalam penantian.
Sore ini pukul 19.58 WIB tepat tanggal 9 Juli 2021, rasanya aku ingin tidur agak lama agar aku lupa segala kisah perjalanan panjang yang terlampaui. Tentang semua nama wanita yang pernah ada. Ah mereka hanya kembang pemanis untuk sebuah pemberhentian nyatanya hari ini aku tetap menunggu sendirian.
Aku ingin meminta dan bertengadah tangan tapi belum jua ada jawaban. Mungkin aku belum pantas menerima hadiah dengan kata jodoh pada label atas kotaknya. Atau mungkin memang aku harus bersabar tiada tepi aku sudah pasrah sampai ubun-ubun.
Sedangkan pemahaman bapak dan ibu apabila seorang lelaki belum mapan tidak layak untuk menikah tapi usiaku sudah 31 dan setiap saat, setiap waktu, setiap malam melalui tengah malam sampai jarak panjangnya subuh.
Aku tersiksa di antara jurang dosa dan najis dan selalu menahan dinginnya air sumur tengah malam. Bahkan dini hari untuk menghilangkan kotoran najis yang bertebaran di tubuh ini.
Ingin menangis tapi sudah malas menangis, ingin teriak tapi malu dengan tubuh dan tampang yang semakin berusia. Aku harus bagaimana dan harus apa? Apa aku harus menyalahkan Linda yang merenggut perjaka pertama atau menyalahkan Jingga yang pernah menaruh luka teramat pedih sehingga memberiku kata Duda sebagai awalan nama atau sebutan masyarakat.
Apa salahku sendiri tapi, ah sudahlah semakin ruwet semrawut. Sampai dimana kita? Oh ya Linda mari kita lanjutkan kisahnya Linda Kristiani salah satu mantanku yang beragama Kristen aku tak mempersalahkan agamanya tak salah agam salah manusianya, ah pokoknya begitulah baca dengan otak jangan dengan nafsu.
Begini kisah lanjutannya,
***
Hari ini aku menatap jalan di depan gerbang sekolahan SMK Kusuma Negara Mojoagung. Sambil menenteng rapor warna biru di tangan kanan. Dengan setelan kemeja batik hitam dan celana jin hitam serta sepatu pantofel hitam.
Aku menanti sang kekasih hati yang kudapat hanya lalu lalang semua kendaraan bermotor yang memenuhi jalan raya depan sekolah. Wujudmu tak tampak jua seperti biasa melambaikan tangan di gang kecil depan sekolah seberang timur jalan pas di sebelah utara toko aksesoris bernama Marloyo.
Aku terus menunggu duduk di tepian jembatan penghubung antara sekolah, sungai dan jalan raya. Dengan harapan memandang wajahmu seperti janjimu semalam dan kau tak kunjung datang.
Terselip beribu pertanyaan kekhawatiran kenapa engkau, ada apakah denganmu Linda kekasihku dan apakah kau baik-baik saja? Aku terus menunggu di bawah terik matahari yang semakin menyengat di tandai dengan aura panas memudar di atas aspal yang semakin berkilau bak sorotan kilang minyak dari kejauhan.
Sudah pukul 11.00 siang kau tak kunjung datang menemuiku seperti penerimaan rapor sebelum-sebelumnya saat kau kuperkenalkan pada bapak dan ibu guru bahwa kau kakakku. Mataku terus menatap gelisah gang itu sebuah gang menuju kosan tempatmu tinggal. Di ujungnya tak ada tubuhmu lewat atau sekedar bayanganmu menyapa.
Padahal sampai semalam kau masih mengirim sms dan aku masih membalasnya sampai kau tertidur dan aku menjagamu dalam suara telepon hingga subuh datang.
"Pen Kakakmu belum datang ya, sampai kau ambil sendiri rapormu?" ucap Pak satpam sekolah yang memang akrab denganku sebab aku sering telat saat jam masuk sekolah dan selalu kena hukuman saat memanjat pagar depan atau belakang sekolah.
Aku terus bergumam dalam hati dan penantian, "Kak katamu kau cinta bukan, katamu Adik adalah sang kekasih. Hari ini aku ingin menunjukkan bahwa nilaiku semuanya bagus dan aku mendapat peringkat satu. Ini berkat kau Kak Linda. Kenapa kau tak jua datang seperti yang kau janjikan kemarin malam.
***
RSUD Jombang,
Kletek..., kletek...,
Tempat tidur yang beroda dan dapat di seret kemanapun tampak berjalan di lorong rumah sakit dengan di atasnya terbaring seorang gadis muda tergolek lemas tak berdaya. Mulutnya di tutup oksigen dan tangan kiri telah tertancap jarum infus. Serta di tangan kanan terdapat beberapa sayatan pas di pergelangan tangan darah mengucur deras dari sana.
"Kasus apa ini Pak Antok," seorang dokter muda bertanya pada salah satu kepala polisi bagian kriminalitas bernama Komandan Antok.
"Kasusnya biasa pak kenakalan remaja gadis ini jadi korban pemerkosaan setelah di cekoki minuman keras oleh beberapa teman lelakinya. Lalu karena stres dan syok menghadapi kenyataan iya mencoba bunuh diri dengan cara menyilet nadi untung ibu-ibu pemilik kos yang hendak menagih uang sewa cepat mengetahuinya dan cepat melapor pada kami," terang Komandan Antok.
"Apa tidak ada bukti yang mengarah pada identitas pelaku atau identitas diri agar mempermudah pihak kepolisian dalam melacak," ungkap Dokter muda.
"Kami mengetahui pengembangan kasus ini memang dari hanpone korban melacak dari sms-sms korban dengan para tersangka. Dan kami menemukan identitas korban bernama Linda Kristiani berasal dari kecamatan Wonosalam. Kami telah menghubungi keluarganya mereka sedang dalam perjalanan kemari dan kami juga mengungkap cat sms terakhir dengan pacarnya bernama Pendik yang hendak kami selidiki apakah ada kaitannya dengan kasus ini atau sekedar mencari keterangannya agar dapat titik terang untuk menangkap pelaku selanjutnya," ucap Komandan Antok menerangkan hasil penyelidikannya.
"Dari pakaian yang dia kenakan Linda ini tampaknya akan menghadiri suatu pertemuan apakah benar demikian Komandan?" tanya Sang Dokter muda mencoba menerka.
"Asumsi anda benar Pak Dokter di cat sms terakhir kami baca bahwa korban akan menghadiri acara pembagian rapor sang kekasih seperti tahun-tahun sebelumnya," jawab Komandan Antok.
"Kalau begitu kekasihnya masih berstatus pelajar dong Pak Komandan?" tanya Dokter muda sekali lagi.
"Benar sekali dan korban juga masih berstatus pelajar tertera di kartu pelajar yang kami temukan di saku seragam yang menyetel di depan lemari pakaiannya dan sudah kami kirimkan personil dari kami untuk menjemput Pendik si kekasih korban ini di sekolahannya semoga masih belum pulang iya," sahut Komandan Antok.
"Baik Pak Komandan biar saya tangani untuk pengobatan korban agar lekas sadar dan dapat dimintai keterangan oleh Komandan supaya dapat memperlancar tugas Komandan," kata Dokter muda memohon diri ke dalam ruangan pasien.
"Siap Dokter mohon kerja samanya," timpal Komandan Antok.
***
Sebuah mobil patroli turun di depan sekolahan SMK Kusuma Negara dengan beberapa personil lengkap dengan persenjataan membuat kaget seluruh penghuni sekolah.
"Ada apa ini Pak polisi?" tanya pak Satpam yang bingung karena tiba-tiba didatangi beberapa personil kepolisian.
Setelah berbicara sejenak salah satu polisi dengan pak satpam di depan gerbang. Mata pak satpam memandang Pendik sambil menuding ke arah Pendik yang sedang duduk melamun di atas pagar pembatas jembatan.
Salah satu anggota kepolisian menghampirinya dan bertanya, "Maaf apa benar saudara bernama Pendik alias Bagus Effendik?" tanya salah satu anggota polisi.
"Benar Pak ada apa ya?" jawab Pendik sempat takut karena masa lalunya dua tahun ke belakang penuh dengan kasus pembacokan.
"Kami menemukan kekasih anda bernama Linda tergeletak di kamar kosan dengan asumsi percobaan bunuh diri. Mari ikut kami ke kantor untuk di mintai keterangan," jawab salah satu anggota kepolisian.
Mata Pendik terbelalak seakan tak memiliki hati mendengar kabar linda yang ternyata benar tentang firasatnya ada apa-apa yang terjadi dengan sang kekasih.
"Baik Pak saya akan ikut tapi ijin kan saya menemui pacar saya terlebih dahulu," pinta Pendik.
Setelah dari pihak kepolisian menyanggupi Pendik akhirnya menaiki mobil patroli duduk di belakang bersama anggota kepolisian lainnya. Sekejap mata Pak Satpam yang pernah ditolong Pendik setahun yang lalu saat terjadi perampokan di rumahnya. Menganggukkan kepala seakan menandakan agar Pendik terus tegar dan yakin Pendik tak bersalah.
Pendik menyahut dengan anggukan pula bahwa ia baik-baik saja. Lalu mobil Patroli melaju ke arah polsek kota Jombang.