Chereads / Pesan Cinta Effendik / Chapter 5 - Mimpi saat semarai

Chapter 5 - Mimpi saat semarai

Semarai merah darah di ufuk barat tampak mengembang sempurna di tanah merah para jawara pinggiran kota Serang. Masih dalam lingkup kecamatan Ciruas tepatnya berada di desa Sentullio sebuah desa di mana mayoritas kebanyakan masyarakatnya adalah pendatang tumpah ruah seakan seluruh Jawa sampai provinsi lampung ada di sana.

Pukul 17.15 WIB sudah tampak agak muram langit disekat antara petang dan terang. Dalam keadaan belum gelap benar dan terang jua hampir terbunuh petang. Sebuah rumah semi permanen berbentuk persegi panjang memanjang sekiranya ada sepuluh meter menghadap barat di timur jalan utama pas.

Rumah berbentuk segitiga tanpa dinding dan hanya berdinding di paling belakang pas di dua ruangan. Satu berfungsi sebagai kamar tidur, satunya lagi berfungsi sebagai dapur. Dengan isi di dalamnya ada tumpukan tanah yang diracik sedemikian rupa berdasarkan komposisi tanah sawah dan pasir kali diaduk menjadi satu dinamakan lempung atau racikan tanah yang telah digiling dengan gilingan khusus mesin penggiling tanah.

Di samping lempung terdapat satu mesin pres kecil untuk membuat cetakan lempung menjadi sebuah genting rumah yang di beri tatakan dan tiang se tinggi pinggang tempat menaruh mesin pres manual atau cetakan genting rumah.

Di belakang cetakan genting atau mesin pres genting ada berlajur-lajur bambu yang di potong menjadi dua ruas utuh di beri patok setiap ruasnya untuk menaruh genting yang masih basah sebelum di jemur lalu di bakar.

Begitu jua rumah segitiga beratap penuh rumbia yang di sewa Amanah dan Mas Kas dua tahun yang lalu yang bernama Lio. Setelah dua tahun yang lalu Si Bagus kecil terus sakit dan terus merengek dan menangis setiap malam dan selalu bertanya tentang bapaknya.

Sebab rasa kangennya Si Bagus kecil itulah Amanah menyusul Mas Kas sang suami untuk ikut merantau ke kota Serang. Sebenarnya dahulu saat sebelum menikah dengan Mas Kas, Amanah sudahlah pernah merantau di desa Sentullio, kecamatan Ciruas, kabupaten Serang tersebut ikut dengan sang Embak (Kakak perempuan dalam bahasa Jawa terkhususnya bahasa Jawa Timur) tertuanya yang telah merantau terlebih dahulu bersama sang suami.

Dan di rumah Mbak Kasmani kakak tertuanya itulah Amanah bertemu dengan sang pangeran berbaju putih dan menaiki kuda putih yang iya cintai sepenuh hati sang suami Mas Kas. Apabila boleh di umpamakan untuk menyimpulkan perumpamaan bunga hati dan rasa sayang Amanah pada sang suami bapak dari Si Bagus kecil ibarat pangeran yang menaiki kuda putih gagah dan berwibawa bertubuh tegap dan kekar pula.

Sore semarai kali ini Mas Kas sedang keluar memuat genting berjumlah 5000 buah. Untuk di kirim kepada pelanggan yang telah memesan jauh-jauh hari sebelumnya. Dan Amanah bersama Si Bagus kecil yang tengah iya gendong dengan kain sarung yang di sebut dalam bahasa Jawa sewek.

Amanah tampak gelisah sambil memandang keluar jendela yang di buat kecil berbentuk persegi. Keadaan di luar mulai petang dan Amanah lupa kalau hari sudah hampir magrib dan berada di antara terang dan petang, di antara siang dan malam yakni di masa semarai.

Dimana keadaan seperti ini sanggatlah di sukai oleh kebanyakan makhluk astral atau yang disebut jin dan setan. Sebab aura dan warna langit yang sepadan dan berbanding lurus dengan aura para jin dan setan sebab itu di masa semarai jin dan setan menjadi sangat beringas dan kuat, karena tercampur auranya bertambah dengan energi alam.

Amanah bermuka bengong di depan jendela kamar menghadap ke timur sambil terus bengong memikirkan masa depan bila mana iya terus merantau di tanah para jawara kota Serang. Bagaimana nasib Si Bagus kecil akankah bahagia kelak hidupnya dalam hidup yang pas-pasan dan serba sederhana terkadang juga kurang.

Kapankah iya memiliki sebuah rumah sendiri walaupun kecil tapi milik sendiri tidaklah mengontrak dan bukan menempati rumah milik orang lain serta harus membayar sewa tiap bulannya.

Terlihat gerai hitam rambut Amanah yang di linting keriting di depannya menambah ayu sang primadona desa Mojokembang dahulu sebelum dipersunting Kasturi si Jejaka pekerja keras dan selalu menerima apa adanya dalam keadaan apa pun dan bukan dari keluarga berada namun hati terlanjur berpaut sudah. Cinta dengan bismillah mengalahkan cinta dengan segudang harta benda.

Si Bagus kecil begitu lucu dalam terpejam di ayunan tangan Amanah pulaslah ia dalam nyanyian lagu-lagu Jawa Timuran dan sebait lagu timang-timang anakku sayang.

Terlihat dari balik jendela Sosok Mas Kas datang menghampirinya di balik Jendela dari luar Jendela. Tapi ada yang aneh terlihat oleh mata Amanah dan beberapa pertanyaan terlontar di kepala Amanah si ibu muda dengan kecurigaan penuh di hati sebab hati seorang ibu tak bisa di bohongi dan firasatnya selalu tak pernah meleset.

Seperti kali ini firasat Amanah begitu janggal dan begitu sangat khawatir. Betapa tidak bukankah baru saja Mas Kas berangkat naik truk bersama teman-temannya dengan truk penuh berisi tatanan genting di bak belakang.

Kenapa Mas Kas sudah pulang begitu cepat dan tak terdengar pula suara truk berhenti di jalan depan rumah serta tak terdengar canda tawa teman-temannya yang ikut mengirim genting. Dan kenapa juga Mas Kas lewat belakang, tiba-tiba muncul di belakang rumah lalu menghampiriku dari luar jendela. Apa benar ini suamiku? Atau bukan.

Amanah terus mendekap anaknya dengan penuh kekhawatiran berlebihan maklumlah firasat seorang ibu. Tapi tak salah apa bila Amanah berprasangka buruk kali ini sebab waktu tengah menampakkan waktu semarai. Tentu sangat riskan membedakan antara itu benar manusia atau bukan atau mungkin jelmaan.

Seketika Amanah menutup jendela di depanya namun tangan besar telah mengganjal di antara daun jendela dan tralis bawah sehingga tak bisa Amanah menutup jendela.

Sambil ketakutan dan mata terbelalak sebab yang ia lihat sebagai wujud Mas Kas tadi berubah wujud menjadi sesosok tinggi besar dengan seluruh bulu ditumbuhi rambut dan bulu yang panjang, tangan kukunyah yang panjang dan tajam serta giginya bertaring menampakkan pula mata selebar bola kasti.

"Allahuakbar siapa kau, makhluk apa kau ini?" teriak amanah mulai menangis mendekap Si Bagus kecil yang terlelap dalam gendongannya seakan tak terpengaruh dengan keadaan menakutkan serta mengancam jiwa yang tengah dialami sang ibu.

Makhluk tersebut mulai menaiki jendela dan menjebolnya dari luar. Merusaknya lalu membuang daun jendela begitu saja.

Hoa.., haa..., geraman si makhluk buas mulai terdengar keras dan berat sebentar saja si makhluk seram penghuni semarai telah berada di depan Amanah tangan besarnya meraih Si Bagus kecil dari gendongan Amanah.

"Jangan, jangan ambil anakku, Tidak!" teriak Amanah terus berusaha mempertahankan Si Bagus kecil dalam gendongannya.

Tapi apa daya tangannya tak kuat menahan cakaran-cakaran si makhluk buas dan akhirnya Si Bagus kecil terlepas dari gendongan Amanah di bawa lari makhluk tinggi besar berbulu sekujur tubuh yang sering di sebut dengan nama genderuwo.

Huahaha, hahaha,

Tawa si genderuwo menyeringai berlari begitu cepat membawa Si Bagus kecil meninggalkan Amanah yang tengah tersimpuh di tanah samping tempat tidurnya terus menangis meratapi kehilangan bayi pertamanya yang di bawa lari sosok genderuwo di kala semarai.

"Anakku, Bagus, jangan bawa bayiku, tolong kembalikan bayiku," igauan Amanah membangunkan Mas Kas yang tengah tertidur di sampingnya sambil memeluk sang istri Amanah dengan erat karena dua hari yang lalu mimpi yang sama tentang di rebutnya Si Bagus kecil oleh sosok genderuwo terus berulang dan malam ini ketiga kalinya.

"Dek, Dek Amanah, istriku bangun Dek, kenapa Dek ada apa?" Mas Kas terus menggoyang-goyang tubuh Amanah agar terbangun dari mimpi buruknya.

Haaa...,

"Bagus!" teriakan Amanah mengagetkan Mas Kas di sampingnya seketika Amanah terbangun dan langsung memeluk Mas Kas dengan masih menangis ketakutan.

"Tenang Dek ini Mas Kasmu, tenang Cuma mimpi istigfar Dek," Mas Kas mencoba menenangkan dengan kata-kata yang lemah-lembut agar sang istri tersadar dari kalutnya dan menyadari kalau semua hanya mim mimpi bunga tidur.

"Mas kenapa Adek terus mimpi anak kita direbut genderuwo, ini sudah yang ketiga kali loh Mas," gerutu amanah sambil memeluk Mas Kas dan masih terisak dalam sendu wajahnya penuh keringat dan air mata.

"Lihatlah itu Si kecil Bagus anak kita sedang tertidur pulas dan tidak ke mana-mana Dek," Mas Kas menunjukkan Si Kecil Bagus yang tengah tertidur dalam ranjang bayi hasil karya buah tangan sendiri terbuat dari kayu.

"Ya Allah Cuma mimpi, semoga tak benar-benar terjadi ya Mas," ucap Amanah mengambil Si Bagus kecil menggendongnya serta mulai menimang-nimang anak lelaki pertamanya itu.