Mereka saling berdiam diri selama perjalanan pulang. Shou memberi ruang pada Hee Young, sementara perempuan itu terus berkutat dengan pikirannya. Dua hal telak menghancurkan pertahanan diri Hee Young.
Shou tahu masa lalunya dan lelaki itu masih mau menikah dengannya. Bukan sekedar pernikahan pura-pura, tapi riil di depan Tuhan dan negara. Itu artinya, jika Hee Young menerima lamaran Shou, dia akan terjebak dalam pernikahan bersama lelaki yang baru dikenalnya.
Menghabiskan satu jam di pesawat dan sekarang semobil bertiga dengan Shou dan Taehyung, perempuan itu masih terus membisu. Hingga mereka melewati gerbang tinggi dari baja, baru Hee Young tersadar.
"Ini bukan apartemenku." Hee Young mulai panik.
"Memang bukan. Ini adalah rumahku," jawab Shou santai.
"Kenapa kita ke sini? Kalian berjanji akan mengantarku pulang," protes perempuan itu keras.
"Aku memang akan mengantarmu pulang, tapi tidak ke apartemen bobrok itu. Mulai sekarang kau tinggal bersamaku di sini."
"Kim Shou?" Mata sayu Hee Young terbelalak. "Kenapa aku harus tinggal bersamamu?"
"Karena Hyung sudah merilis pengumuman pernikahan kita. Apartemenmu tak akan aman lagi dari para wartawan. Juga fans fanatikku."
Hee Young membeku. Memutar informasi Shou lagi. Namun, sebelum dia bisa mengutarakan protes, mobil sudah berhenti. Taehyung turun diikuti Shou.
"Ayo?" Lengan kekar itu terulur.
Hee Young menggeleng. Helaan napas panjang Shou terdengar. Dia memberi isyarat manajernya masuk lebih dulu ke rumah. Lalu kembali masuk mobil. "Apa kau kecewa padaku, Hee Young?"
"Tentu saja! Kau semena-mena membuat keputusan. Kalian pikir hidupku sebegitu tak berharganya hingga seenak perut melibatkan aku dalam permasalahan kalian?"
"Hee Young, tolong dengarkan aku."
"Tidak, kau yang harus mendengarkan aku." Hee Young menepis tangan Shou. "Aku tak mau bekerja denganmu. Persetan dengan kontrak itu. Aku ingin pulang. Aku tak mau melihatmu lagi!"
Hee Young menerobos tubuh jangkung Shou. Hanya saja, dia salah memprediksi kemungkinan. Shou seorang lelaki yang kuat. Mudah baginya menahan laju tubuh mungil Hee Young. Kini Hee Young terjebak dalam pelukan Sang Aktor. Pangkuannya cukup lapang untuk diduduki perempuan itu.
"Aku bisa melaporkanmu ke polisi atas tuntutan pelecehan, Tuan Kim." Hee Young bergetar. Setelah bertahun-tahun yang menyiksa, untuk pertama kalinya dia kembali sedekat ini dengan kaum Adam.
"Polisi tak akan percaya ceritamu. Mereka lebih mempercayai apa yang ingin mereka lihat." Shou membuka topi bucket Hee Young.
Perempuan itu terkesiap. Helaian tebal rambut bergelombang jatuh berantakan di punggung setelah Shou menarik jepit pengikat cepol. Mata cokelat gelap Hee Young terbuka lebar. Gelenyar darah mulai membanjir deras dengan cepat.
"Tidak, jangan, biarkan aku pergi," ucap Hee Young susah-payah.
"Kau takut pada lelaki setelah peristiwa itu, kan?" bisik Shou menenangkan.
Hee Young terbelalak. "Kau tahu apa soal masa laluku?"
"Aku menduganya, Hee Young." Jemari kurus itu merapikan anak rambut Hee Young. Sangat pelan Shou merayap turun, mencari pengait masker di telinga. Hee Young menggeleng keras. Mencekal tangan Shou agar tak melanjutkan niatannya.
Lelaki itu patuh. Dia hanya memeluk ringan Hee Young. Membuainya penuh penghiburan. "Kau seolah menganggapku virus. Kupikir itu hanya terjadi padaku saja. Lalu aku melihat kau melakukannya juga pada Hyung dan seluruh staf pria di lokasi pemotretan. Seluruh klienmu selama ini adalah wanita. Sangat mudah menarik kesimpulan dari itu, Gadis Gothik."
"Kenapa kau mau menikahiku?" Hee Young membelokkan topik pembicaraan. "Kau tak perlu mengorbankan diri begitu besar hanya untuk melindungiku. Kariermu bisa hancur jika menikah muda."
"Sejujurnya aku tak peduli pada karier." Shou tak henti mengelus punggung perempuan itu. Menenangkannya hingga ketegangan Hee Young berangsur memudar. "Aku hanya ingin menikahimu. Itu saja."
"Kau tak mencintaiku, kan?"
"Tidak."
Jawaban Shou yang kelewat cepat membuat Hee Young tertegun. "Jika tak mencintaiku, lalu kenapa kau menikahiku, Bodoh?"
Shou menyampirkan rambut panjang Hee Young. Meski masih berbalut masker hitam, dia bisa melihat kulit putih berkilau dari bagian wajah yang terbuka.
"Aku melihatmu malam itu di sebuah gang, setelah syutingku berakhir. Waktu itu musim dingin dan sedang ada badai salju."
"Kata Tuan Park, kau melihatku pertama kali di acara NS Show?" potong Hee Young.
"Tidak, aku berbohong. Hyung kadang sangat cerewet pada detail peristiwa. Dia pasti akan memarahiku karena keluar sembarangan seperti malam itu."
Hee Young menerima begitu saja alasan Shou.
"Aku melihatmu baru saja dianiaya sekelompok orang. Kupikir mereka rekan kerjamu yang suka merundung?"
"Aku tak tahu. Mereka awalnya baik, tapi mulai berubah sejak Madam Jenny sering membawaku menjadi anggota timnya saat proyek adibusana." Hee Young mulai ingat peristiwa malam itu.
"Ah, para pembenci rupanya," angguk Shou mengerti. "Sepertinya aku terlambat menemukanmu. Saat hendak menolong, aku justru dikejutkan dengan tindakan muliamu. Kau merelakan satu-satunya mantel yang kau kenakan untuk menghangatkan anak kucing liar. Padahal kondisimu sendiri memprihatinkan."
Hee Young menunduk. Malam itu dia nyaris mati membeku. Namun, dia tak tega melihat tiga anak kucing yang hampir bernasib sama dengannya. Sejak itu Hee Young merawat anak-anak kucing itu hingga beberapa pekan kemudian. Setelahnya dia menyerahkan mereka ke tempat penampungan untuk diadopsi.
"Dan aku terus mengamatimu sejak saat itu," Shou berkata lagi.
Hee Young mendongak. Tawa merdu keluar dari bibir Shou. "Astaga, kau pasti tak percaya padaku. Serius, aku terus memperhatikanmu. Hanya saja tak ada kesempatan bagiku untuk menyapamu secara resmi. Kau harus berterima kasih pada bakat besarmu karena Hyung akhirnya mau menerima permohonan besarku."
"Menjadi penata gaya pribadimu?"
"Ya," jawabnya tegas, "profesimu sangat rentan. Upah minim, pelecehan, jam kerja berlebih. Aku tak mau melihatmu terus-menerus menderita."
"Dan mengorbankan diri sendiri untuk menolong orang lain," Hee Young mencibir. "Tak perlu repot-repot melakukannya, Tuan Kim. Aku masih bisa menjaga diriku sendiri."
Hee Young meloncat turun. Kakinya sedikit oleng. "Kau tak mau mengantarku pulang, maka aku akan pulang sendiri."
"Hee Young?" Shou terdengar kesal. "Kopermu ada di sini semuanya."
"Aku akan minta Tuan Park mengirimkannya padaku. Kita hanya akan bertemu di jadwal pekerjaan saja."
"Kau tak bisa melakukannya, Nona."
"Oh ya? Kita lihat saja kalau begitu."
~~oOo~~
Dan Hee Young tercengang.
Bagaimana tidak? Apartemennya yang sangat manis dan nyaman, kini berbalik seratus 180 derajat. Pot-pot tanaman gantungnya pecah berserakan. Anggrek-anggrek yang dipeliharanya dengan susah-payah kini layu. Coretan dari pilox menghias nyaris seluruh dinding. Sayang bukan grafiti atau mural yang ada di sana. Melainkan kata-kata tak senonoh dan makian penuh teror jadi penghias dinding warna kuning cerah. Sialnya lagi, apartemennya berada di puncak gedung, siapapun bisa jelas melihat tindak vandalisme itu.
"Eo tteok he," keluh Hee Young. Dia langsung kabur dari rumah megah Shou menuju tempat tinggalnya sendiri hanya untuk mendapati kekacauan ini. Hatinya nelangsa melihat kursi bambu berlapis selimut tebal itu kini acak-adul tak karuan. "Siapa yang melakukan ini?"
Suara riuh yang terdengar tiba-tiba, mengusik Hee Young. Kepala berbalut topi bucket itu melongok ke bawah. Kesalahan fatal. Karena saat kerumunan di bawah memergoki puncak kepalanya menyembul, kilatan lampu blitz dan suara shutter kamera terarah ganas padanya. Hee Young buru-buru merunduk, bersembunyi di balik tembok pagar.
"Omo, apa yang terjadi?" Perempuan itu membekap mulut. Tak percaya segala kebisingan di bawah sana disebabkan olehnya. Segera dibukanya gawai dan mengecek sosial media. Bola matanya melebar seketika.
Banyak potret dirinya dan Shou yang tengah berpelukan di Pulau Jeju. Juga ciuman yang dicuri lelaki itu darinya. Terpampang jelas di laman media sosial. Diviralkan oleh akun penyebar gosip terpanas Negeri Ginseng. Matanya lalu berkelana liar ke arah apartemen yang berantakan. Sekarang Hee Young sadar ulah siapa ini. Berita sangat cepat menyebar di era digital. Kim Shou punya banyak fans, dan lebih banyak lagi ssasaeng. Tak sulit menemukan identitas dirinya berikut alamat tempat tinggal.
"Kim Shou," Hee Young mendesis jengkel. "Kau benar-benar pembawa sial untukku."
"Tidak juga."
"Omo!" Hee Young terlonjak kaget. Dia meringis karena berbenturan dengan pagar tembok di belakangnya. Dalam posisi berjongkok macam sekarang, Shou terlihat sangat menjulang. "Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau selalu muncul tiba-tiba?"
"Aku tidak muncul tiba-tiba. Kau saja yang tak menyadari kedatanganku."
Hee Young sangsi. Melirik cepat anak tangga, dia bertanya-tanya bagaimana bisa telinganya sampai tak mendengar suara langkah kaki Shou. Namun, riuh teriakan orang memanggil namanya dari bawah membuat Hee Young kembali merana.
"Bagaimana kau bisa lolos dari kepungan mereka?" keluh perempuan itu mengerut di balik mantel jumbo.
"Aku sudah bilang padamu, kan? Apartemenmu ini sudah tak aman. Banyak wartawan mengepung."
"Konferensi pers kalian kalah cepat dari Dispatch," gerutu Hee Young.
Deretan gigi kelinci menyembul dari balik senyum Shou. "Jadi, kau setuju tinggal bersamaku, kan?"
Hee Young mendongak. Kesiap lirihnya terdengar demi mendapati wajah Shou berjarak sangat dekat dengannya. Leher putih kekar itu berdenyut menguarkan aroma manis parfum. Hee Young sejenak tenggelam dalam pesona mata keemasan lelaki di depannya.
"Malam ini kau tidur bersamaku. Di tempat tidurku. Di rumahku."
"Hah? Apa?" Hee Young kebingungan.
Shou tertawa kecil. Ringan dibopongnya tubuh mungil itu. Tanpa kesusahan dia menggendong turun Hee Young. Awalnya perempuan itu sempat meronta, tapi segera pasrah karena tahu tak ada gunanya lagi kabur dari Shou. Lelaki itu selalu bisa menemukannya.
"Kau tak akan menyesal menikah denganku."
"Kau yang akan menyesal menikahiku." Hee Young memegang erat-erat leher lelaki itu.
"Tak akan," kekeh Shou.
Seperti yang telah diduga, wartawan langsung menyasar pasangan yang baru turun tangga itu. Hee Young berbisik minta diturunkan tapi Shou menolak. Lelaki itu justru makin kencang memeluk. Walhasil mereka berdua jadi santapan lezat awak media. Kamera-kamera menyala. Suara ribut orang berebutan bertanya. Tak satu pun diladeni Shou dan Hee Young. Hingga mereka tiba di motor besar yang terparkir tak jauh dari gedung apartemen, baru Shou menurunkan Hee Young.
"Gangmu tak bisa dimasuki mobil dan aku malas jalan kaki hingga gang depan. Ayo, naik?" Shou mengulurkan helm. Lalu lelaki itu berbalik ke kerumunan wartawan ditambah masyarakat yang tertarik dengan keramaian itu. "Permisi Tuan dan Nyonya, saya akan mengantar perempuan cantik ini dulu."
"Apa dia benar kekasihmu, Kim Shou?"
Pandang tajam bola keemasan menghunjam ke si penanya. "Bukan, perempuan cantik ini adalah calon istriku."
~~oOo~~
"Kau ingin penata gaya pribadi Kim Shou menangani dirimu juga?"
Sora mengangguk, "Itu akan menjadi bagian dari klausa kontrak."
"Kupikir itu sulit, Nona Jung. Kim Shou terkenal tak suka berbagi orang-orang miliknya."
Sora menelengkan kepala pada tim kuasa hukum agensi. Mereka sudah merundingkan isi kontrak sejak satu jam lalu. Namun, poin Kim Hee Young menjadi asisten pribadinya belum juga mencapai kata sepakat.
"Aku tak akan menandatangani ini jika permintaanku tak dikabulkan. Lagipula, itu soal kecil, kan? Aktor itu bisa mencari asisten baru lagi yang lebih berbakat."
Pengacara muda itu menghela napas panjang. "Baiklah jika itu maumu. Kami akan mencoba bernegosiasi dengan Manajer Park."
Sora mengangguk. Pandangannya melayang ke luar jendela. Memandangi gedung-gedung tinggi Seoul yang sudah serupa jarum beton. Bumi sudah berubah sangat banyak. Terasa sesak dan menyakitkan.
Sora menggigit bibir. Dalam hati bertanya-tanya. Apa Shou-nya juga sudah berubah?