Chereads / Alacasithe / Chapter 8 - Kencan Suami dan Selingkuhan

Chapter 8 - Kencan Suami dan Selingkuhan

"Mau pulang bersamaku?"

Lelaki yang tengah berkutat dengan gawainya itu mendongak. Refleks pandangannya menyapu penjuru lokasi, mencari keberadaan sosok mungil berpakaian serba gelap. Nihil.

"Manajermu sudah menunggu," tolak Shou. Dia membereskan peralatannya dan mulai berjalan saat lengan halus menahannya.

"Kau tak ingin kenal lebih dekat denganku? Membangun chemistry? Di drama kita menjadi suami-istri."

Shou melirik pergelangan tangan yang mencekalnya. "Kita sudah akrab saat reading."

Sora merengut. Beberapa orang menganggapnya menggemaskan—aegyo yang dinantikan oleh para penggemar, tapi di mata Shou hal itu justru mengingatkannya pada Hee Young.

"Shou, ayolah? Sedikit mengakrabkan diri lagi tak ada salahnya, kan? Makan malam bersamaku sekali saja?"

"Kau ingin gimmick?" tanya Shou blak-blakan. "Kupikir sutradara dan produser sependapat denganku. Drama ini akan berhasil karena kualitas, bukan jual sensasi."

"Shou, kenapa kau sinis padaku?" Sora merengek manja. Mata berbingkai eyeliner itu mengerjap-ngerjap. "Aku hanya mencoba baik padamu. Sebagai rekan kerja."

Shou menghembuskan napas panjang. Yang diinginkannya sekarang hanya segera pulang dan beristirahat di rumah. Dia masih kecapekan efek kurang istirahat.

"Kutraktir di mana saja kau mau." Perempuan itu masih berusaha membujuk. "Tak ada gimmick, aku janji. Ini hanya makan malam biasa saja."

Sora semakin berani. Dia mulai bergayut ke lengan lelaki itu. Shou meringis merasakan payudara kenyal perempuan itu. Aktris cantik semampai ini cukup agresif menyodorkan tubuhnya.

"Mungkin lain kali ...."

Ucapan Shou terputus karena Sora tiba-tiba terdorong masuk ke pelukannya. Serombongan kru tak sengaja menyenggol sang aktris yang berdiri di tengah jalan. Keriuhan percakapan kru masih terdengar, tapi tidak untuk dua orang itu.

Keduanya saling bertatapan. Perlahan kebisingan mereda, berganti keheningan yang menyesakkan. Shou tertegun memandang sepasang bola mata kehijauan. Itu sepasang netra yang mampu menghipnotis kaum adam, menggoda para lelaki untuk berenang di dalamnya. Anehnya, Shou merasakan kehampaan alih-alih gairah saat menatap mata Sora. Dan dia penasaran, apa warna asli di balik lensa kontak itu?

"Shou?"

Lelaki itu tersadar. Cepat dilepasnya pelukan Sora. Perempuan itu sempat terhuyung sebelum bisa berdiri tegak. Suara genitnya penuh permohonan maaf.

"Sepertinya aku memang harus pulang bersamamu," kata Sora. "Manajerku baru saja pergi." Nada suara perempuan itu penuh permohonan maaf. Namun, lelaki di hadapannya tak mudah ditipu.

Alis Shou terangkat sebelah. Dia mengikuti arah telunjuk Sora. Sebuah mobil tampak melaju kencang meninggalkan area hotel.

"Dia melupakanku," kata Sora lagi tanpa kesan kebingungan.

Shou mengatupkan bibir. Trik murahan Sora sangat mudah ditebak. Tak ada yang tak sengaja. Perempuan itu sudah merencanakan semuanya. Pertanyaannya, apa dia harus mengikuti sandiwara konyol ini?

***

"Aku minta maaf, Sayang."

Hee Young membeku. Dua tangannya yang tengah menggeret koper, makin erat mencengkeram pegangan benda kotak itu.

"Hee Young ikut dengan kita?" Sora menunjuk perempuan mungil di hadapannya. "Apa tak terlalu malam untuknya? Jangan salah paham, Hee Young. Aku dan Shou akan makan malam dulu. Mungkin butuh waktu cukup lama. Kau tak mau jadi kambing congek kami, kan?"

"Dia ikut," sela lelaki jangkung itu. Shou bergerak cepat memasukkan koper ke bagasi.

"Oh, baiklah." Jelas terdengar nada kecewa. Tangan Sora sudah berada di pegangan pintu depan saat Shou mengambil alih. "Terima kasih," ucap Sora senang.

Namun, Shou menatap sang aktris seolah ada tanduk tumbuh di kepalanya. "Bukan untukmu. Hee Young duduk di depan, kau di belakang."

Sora terbelalak. "Tapi ...."

"Kau jadi menumpang atau tidak?"

Sora cemberut. Setengah menghentakkan kaki, dia pindah ke kursi belakang. Pintu mobil terbanting keras. Lelaki itu geleng-geleng heran.

"Aku tak apa-apa pulang sendiri," ujar Hee Young sungkan. Diliriknya perempuan cantik bertampang masam dalam mobil. "Sepertinya kalian masih harus bekerja."

"Jika makan malam bisa disebut bekerja, kau juga bisa nimbrung denganku." Shou mendorong tubuh mungil istrinya. "Ayo, masuk!"

"Aku bisa pulang sendiri." Hee Young menepis suaminya.

"Naik taksi? Kau mau pulang ke mana? Masuk ke apartemenku perlu akses khusus, Yeobo."

Hee Young merona. Telinganya masih asing mendengar panggilan romantis Shou. "Aku—aku bisa pulang ke rumahku sendiri. Aku bisa minta tolong temanku mengantar ke sana."

Pandangan hangat Shou seketika mendingin. Netra keemasan itu menyorot tajam. Ekspresinya tak terbaca. Apa kau akan minta tolong pada Park Yong Jin? Tanya Shou dalam hati. 

"Terserah!" ujarnya ketus. Tanpa berkata lagi, dia memutari mobil dan membanting pintu keras-keras. Tak peduli jika Hee Young dan Sora sampai terlonjak kaget mendengarnya.

Jantung Hee Young kembali diajak olahraga saat lelaki berstatus suami barunya itu menggeber gas kencang dan melesat pergi dalam kecepatan tinggi. Perempuan itu melongo bingung.

"Dia kenapa, sih?" Hee Young menggaruk topi.

"Bukankah itu Shou dan Sora? Jadi mereka benar-benar berkencan?"

Hee Young menoleh. Tiga orang kru berdiri di belakangnya. Tatapan mereka tertuju lurus pada Hee Young.

"Kau asisten pribadi Kim Shou, kan?" tanya salah satu dari mereka.

Hee Young mengangguk kikuk. Tiga orang itu bergerak mendekat. "Jadi kau tahu kan, rumor kencan mereka?"

"Apa?" Hee Young bingung. "Aku tak tahu maksud kalian. Aku asisten baru Kim Shou."  Perempuan itu berkata canggung.

"Ah, pantas saja!" Perempuan cantik berambut pirang meninju telapak tangan. "Kudengar banyak asisten pribadinya yang dipecat. Kuharap kau betah bersama aktor itu. Shou terkenal sangat rewel dan kejam pada para asistennya."

"Itu benar! Salah satu mantan asistennya adalah temanku. Kim Shou sangat tak suka didekati kecuali untuk urusan pekerjaan. Temanku hanya minta foto bersama dan besoknya dia dipecat." Teman di sebelahnya menambahkan.

"Omo, benarkah itu? Kudengar dia juga mendepak asistennya karena tak sengaja meminjam mobil pribadi Shou untuk menjemput pacarnya."

Hee Young meringis. Kalau kelakuan para asistennya seperti itu, jangankan Shou, dia sendiri juga pasti merasa tak nyaman.

"Menggunakan mobil pribadi seorang artis kan, memang tak diperbolehkan?" kata salah satu kru.

"Dia bukannya sengaja menggunakan. Mantan asisten itu baru mengantar Shou ke suatu tempat. Lalu pacarnya menelepon dan minta dijemput. Wajar kan, jika dia langsung pergi ke tempat pacarnya baru mengembalikan mobil?" 

"Kudengar itu jadi skandal," komentar rekan yang lain. "Karena Shou mengamuk, banyak agensi jadi menerapkan aturan ketat untuk properti pribadi para artisnya. Sekarang tak bisa sembarangan lagi menggunakan barang artis-artis itu."

"Itu memang pelanggaran privasi." Hee Young tak tahan berdiam diri. Dia harus membela Shou. "Kalian sendiri juga tak nyaman kan, jika ada yang meminjam barang tanpa ijin?"

Ketiga orang itu terdiam. Hee Young mengangguk puas.

"Kau sendiri, apa juga memiliki larangan khusus?" Salah satu dari mereka bertanya penasaran.

Hee Young teringat isi kontraknya yang sebanyak tujuh lembar itu. Tak boleh mengambil foto pribadi, tak boleh menyebarluaskan aktivitas sang artis, tak boleh berada terlalu dekat dengan Shou kecuali untuk urusan pekerjaan, tak boleh datang ke rumah tanpa perjanjian sebelumnya, dan sederet 'tak boleh' lain yang membuat Hee Young pusing.

"Ya," jawabnya enggan. Kali ini Hee Young tak bisa membela lelaki itu.

"Kasihan sekali kau. Kuharap kesabaranmu cukup besar bekerja dengan lelaki seperti itu." Kru perempuan itu menepuk bahunya bersimpati.

"Kalian kenapa mengobrol di sini?"

Empat kepala menoleh. Buru-buru mereka membungkukkan badan. "Jagga-nim, Anda hendak pulang."

"Ya, kalian juga cepat pulang! Jangan bergosip di tengah jalan."

Penulis naskah berwajah bulat itu melihat ke arah Hee Young. "Kau asisten baru Kim Shou?"

Hee Young mengangguk. Jagga-nim melanjutkan ucapannya. "Aku mencari manajer Park, tapi dia tak ada. Sebelum pulang tolong bawa baju Kim Shou di ruanganku. Jung Sora tadi lupa memberikannya."

"Jung Sora?" Kasak-kusuk kembali terdengar kencang.

"Kalian jangan bergosip sembarangan! Jung Sora memberikan hadiah untuk lawan mainnya. Tadi ruang ganti Kim Shou dikunci, jadi dia menitipkan hadiahnya di ruanganku."

"Hanya Kim Shou saja yang dapat?" celetuk salah satu di antara tiga orang itu.

"Kalian mau juga? Silakan minta sendiri ke Nona Jung."

"Jagga-nim, mana berani kami minta langsung ke Nona Jung?"

Penulis berperawakan sedang itu tertawa. "Kim Shou sudah menikah. Kalian tak boleh menyebarkan rumor sembarangan."

"Kami tadi melihat mereka pulang bersama."

"Benarkah itu?" Penulis keibuan itu memandang Hee Young. "Mereka pergi berdua saja? Tanpa dirimu?"

"Eh—itu—saya ...." Hee Young gelagapan. Tak mungkin dia mengonfirmasi bahwa dirinya menolak ajakan sang aktor untuk pulang bersama.

"Kasihan sekali istrinya." Penulis itu berkata lagi, masih tak melepaskan pandangan dari Hee Young. "Sora memang aktris pendatang baru. Namun, aku kenal dia cukup baik untuk menyimpulkan. Perempuan itu punya obsesi yang besar pada Shou."

"Nah, benar, kan? Saya tadi juga berkata begitu."

Penulis mengabaikan tiga kru di sebelah Hee Young. Perkataannya kali ini tertuju pada perempuan berpakaian serba tertutup itu.

"Tolong sampaikan pada istri Kim Shou. Jika dia tak menjaga suaminya dengan baik, perempuan lain bisa saja mengambilnya."

"Wuah, Jagga-nim, Anda blak-blakan sekali."

"Aku suka bertaruh." Penulis itu terkekeh, "Probabilitas Sora dan Shou berkencan sangat tinggi. Mereka pasangan ideal, kan?"

"Wah, Anda juga berpikir seperti itu?"

"Itu sama saja Anda menuduh Shou bukan lelaki setia," celetuk Hee Young tiba-tiba.

Jagga-nim terkekeh, "Di dunia hiburan seperti ini, kesetiaan adalah barang langka. Kudengar Shou baru kemarin menikah, tapi dia memperpendek cutinya dan memilih syuting. Sekarang malah dia pergi berduaan dengan lawan mainnya. Jika tak hati-hati, lelaki itu akan jatuh dalam skandal."

Hee Young membeku. Salah satu dari mereka mengeluarkan kenyataan menohok. "Lagipula, banyak yang menginginkan keduanya bersatu, tak memedulikan Shou sudah menikah atau belum. Kurasa akting saja tak cukup untuk menjiwai peran pasangan suami-istri sedramatis itu."

"Ah, aku juga lebih suka mereka bersama."

Hee Young mematung. Ocehan-ocehan itu berdengung di telinganya. Hatinya mendadak serasa dicubit. Seharusnya dia tak memedulikan penilaian orang lain. Namun, saat empat orang di sekelilingnya ini cenderung mendukung Shou berkencan dengan Sora, perempuan itu mulai mendidih.

"Permisi, aku ke dalam dulu." Hee Young membungkukkan badan dan bergegas kembali ke lokasi syuting. Langsung menuju ke ruang temporer penulis naskah selama mereka mengadakan syuting di Hotel Shilla.

"Apa yang harus kulakukan dengan hadiah ini?" Hee Young menimang tas kertas di atas meja. Matanya mengerjap. "Apa sebaiknya kubuang saja?"

***