Chereads / CEO Playboy / Chapter 14 - Part 14

Chapter 14 - Part 14

Cahaya matahari lolos dari celah horden yang terbuka, sinarnya mengenai pipi Kanza yang masih tampak terlelap.

Tling... Tling... Tling....

Mata Kanza perlahan mengerjap, silau matahari membuat matanya menyipit, ia segera bangkit dari tidurnya, mencari ponsel yang deringnya mengusik tidurnya.

Tatapannya jatuh pada nakas samping rajang, di raihnya benda pipih itu di sana.

"Halo...." Sahutnya setelah berhasil menggeser tombol hijau di layar.

"Ketemuan yuk, udah lama kan kita enggak jalan bareng, sekalian gue pingin tahu hasil riset lo, gimana?" Seru suara dari seberang sana, Fira.

Kanza menoleh ke arah jam dindingnya, waktu masih menunjukkan jam tujuh pagi. "Boleh, gue juga ada yang mau gue omongin." Ucap Kanza masih dengan menguap. Sebenarnya ia belum berniat untuk bangun.

"Oke... Kalo gitu, nanti pas jam makan siang, Lo langsung ke kantor gue aja, soalnya gue ada meeting nanti siang, lo tungguin gue bentar, abis itu kita baru jalan bareng ke resto favorit kita gimana?" Sedangkan Fira sudah tampak bersemangat.

"Oke... enggak apa-apa, sampai ketemu nanti siang Yach, bye...." Kanza segera mengakhiri panggilan teleponnya. Menguap lagi beberapa kali, tapi ia tidak berniat melanjutkan tidurnya, ia memaksakan dirinya untuk bangkit dan berjalan ke arah jendela, menyingkap seluruh hordeng agar cahaya matahari bisa masuk sepenuhnya.

Mata Kanza mendadak melebar, ia seolah tak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya. Di luar sana, ia melihat sosok Gio yang sedang membukakan pintu mobil untuk Putri. Mereka berdua tampak rapi dengan pakaian kantor.

Secepat kilat Kanza berlari keluar kamar dan segera menuju pintu utama. Namun sepertinya ia terlambat. Mobil Gio sudah terlanjur melaju meninggalkan halaman kost.

Wajah Kanza berubah gusar, ia takut Gio nekad berbuat tidak baik pada Putri. Tapi ia sendiri tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa berdo'a semoga itu hanya pikirannya saja.

***

Kanza berada di ruangan kerja Fira sendirian. Menunggu gadis itu yang sedang meeting di ruangan lain.

Kanza tadinya duduk di sofa, kemudian bangkit berdiri mendekat ke meja kerja Fira. Merasa bosan, ia bermaksud menyalakan laptop Fira yang ada di atas meja. Tapi matanya mendadak terkejut, di wallpaper laptop terpampang foto Fira sedang bersama Rega. Dan itu membawa ingatannya kembali ke hari kemarin saat ia memandangi foto tersebut di meja kerja Rega. Foto yang sama.

Apa jangan-jangan mereka masih saling cinta? Batin Kanza.

Pintu ruangan perlahan terbuka, muncul Fira dari balik pintu. Kanza buru-buru menutup kembali benda di depannya. Kemudian buru-buru beranjak berdiri. Ia memaksa tersenyum meski kikuk. Ia tidak ingin Fira curiga padanya.

"Sorry ya? Lo jadi lama deh nunggunya." Ujar Fira.

Kanza menggeleng cepat. "Enggak apa-apa kok. Nyantai aja."

"Yaudah... Lo udah laper, kan? Gue laper banget nih, cabut yuk!" Ajak Fira dengan nada manja.

"Oke... Yuk!"

Mereka pun berlalu keluar dari ruangan.

***

Kanza dan Fira sudah duduk di salah satu meja dalam restorant. Fira tampak sibuk membolak-balik buku menu, kemudian memanggil waiters agar mendekat. "Saya pesan serloin steak with brown sauce, sama minumnya lemon tea tanpa gula."

Kanza menatap Fira penuh perhatian, menu yang di pesan Fira sama dengan menu yang sering di pesan Rega. Kanza menduga, hubungan mereka pasti sebenarnya sangat spesial.

"Kanza, Lo mau pesen apa?"

"Eh... Apa?" Kanza tersentak, seruan Fira membuyarkan lamunannya.

"Lo ngelamun, ya?"

Kanza menggeleng cepat. "Enggak kok, gue pesen sama aja kayak lo." Lagi-lagi Kanza harus menutupi perasaannya sendiri. Ia tidak ingin Fira mengetahui perasaannya yang sesungguhnya terhadap Rega.

Fira menghadap lagi ke arah waiters. "Oke mbak, jadi pesen yang tadi dua porsi, ya?" Ucapnya ramah. Setelahnya waiters itu pun berlalu.

Perasaan Kanza mendadak gelisah, tapi bukan karena Rega, melainkan ia teringat akan Putri dan Gio. Sebenarnya perasaan tidak enak sudah ia rasakan sejak pagi, tapi ia mencoba mengabaikannya dan berpikir positif. Tapi sekarang firasat itu terasa semakin mengusiknya, ia benar-benar takut jika terjadi apa-apa pada Putri.

"Fir, bentar, ya? Gue mau telepon temen kost gue dulu." Fira mengangguk, setelahnya Kanza berdiri dan sedikit menjauh dari sana.

***

Derrtt...derrtt...

Ponsel milik Putri bergetar beberapa kali. Siang ini Putri sedang ada di apartement Gio, ia meletakkannya di atas meja, sedang dirinya ada di dalam toilet.

Gio meraih benda tersebut, menilik layar dan tersenyum tipis, tangannya bergerak menekan tombol merah di layar.

Perasaan Kanza kian gelisah, ponsel Putri mendadak tidak aktif.

"Kanza, ayo makan!" Seru Fira.

Kanza tersentak, kemudian menoleh ke arah Fira, lalu menatap ponselnya lagi sebentar dengan tatapan pasrah. Menarik nafas pendek dan berjalan kembali ke meja.

***

"Maaf, aku lama ya di kamar mandinya?"

Gio mendadak panik mendapati Putri yang tiba-tiba sudah keluar dari toilet.

"Enggak apa-apa kok, oiya, ini HP kamu kayaknya lowbat, aku charger, ya? Sebentar." Gio buru-buru berlalu agar Putri tidak menaruh curiga padanya.

Putri menatap Gio terkesan. "Ya... Ampun baik banget sih." Gumamnya lirih.

Putri tidak menyangka jika Gio pandai memasak, cowok itu terlihat keren dengan celemek yang melekat di tubuhnya. Entah masakan apa yang sedang di buatnya, yang pasti sangat harum dan menggugah selera. Putri yang duduk menunggu di meja makan jadi tidak sabar ingin mencicipinya. Ia terus saja menatapi Gio dengan tatapan terpesona hingga cowok itu benar-benar selesai dengan aktifitasnya.

Gio melangkah ke meja makan dengan dua piring spaghetti di tangannya. "Taraaaa... Ini makanan spesial buat tuan Putri. Dan yang satunya lagi untuk pangeran." Seloroh Gio yang membuat Putri tak bisa menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"Aku nggak nyangka, ternyata kamu orangnya romantis banget."

Gio tersenyum penuh arti. "Cobain dong, mumpung masih hangat."

"Oke... Aku coba, yach. Emmm.... Pasti enak." Ucap Putri antusias, kemudian meraih sendok dan menyuapkan ke mulutnya sendiri. "Emm... Bener kan enak banget." Pujinya, lalu kembali menyuapkan suapan selanjutnya.

***

Kanza jadi tidak berselera makan meski sekarang ia sedang lapar, entah kenapa bayangan Putri terus mengusik pikirannya.

"Kanza... Lo jadi suka beneran, yach, sama Rega?" Tanya Fira tiba-tiba. Membuat Kanza hampir tersedak karena saking kagetnya.

"Uhuk... Uhuk...." Kanza menepuk dadanya sendiri beberapa kali. Fira membantunya mengambilkan air putih di dekatnya.

Wajah Fira berubah khawatir, "lo kenapa? Pelan-pelan makannya."

"Gue nggak apa-apa, kok. Gue cuma kaget aja lo nanya gitu." Ucap Kanza jujur, dan kini suasananya berubah sedikit canggung. "Lo sendiri, masih sayang sama Rega?" Kanza balik bertanya dengan nada hati-hati.

Fira terdiam.

***

Putri dan Gio pindah ke sofa setelah selesai makan siang di meja makan. Mata mereka bertemu, wajah Gio perlahan mendekat, mencoba menghapus jarak, tapi tiba-tiba suara bel membuyarkan semuanya. Gio mendengus kesal dalam hati, tapi ia masih berusaha terlihat senormal mungkin di hadapan Putri.

Tintong... Tingtong....

"Bentar Yach, aku buka pintu dulu." Gio segera beranjak berdiri dan segera menuju pintu utama.

Seseorang sudah ada di balik pintu saat Gio membuka pintunya. Percakapan pun terjadi.

Sementara itu, Putri yang tiba-tiba tenggorokan terasa kering, beranjak dari sofa dan berjalan menuju kulkas untuk mencari minuman yang dapat melegakan dahaganya.

Saat tangannya sibuk mencari, matanya terbelalak terkejut, saat mendapati potongan tangan wanita yang ada di dalam sana. Tubuhnya perlahan gemetar. Rasa takut segera menyergapnya.

"Putri...." Gio memanggil dari arah belakang.

Putri tersentak kaget. Kini bahkan keringat dingin sudah mulai mengucur dari pelipisnya. Buru-buru Ia tutup pintu kulkas di depannya dan berbalik menghadap Gio dengan wajah pucat.

Dan yang lebih mengejutkan, cowok di hadapannya tengah memegang sebilah pisau di salah satu tangannya.

Tenggorokan Putri yang kering jadi semakin sulit menelan salivanya. "Gi...gio...." Bibirnya gemetar dan sulit mengeluarkan suara.

Bersambung