Masakah yang telah dialami oleh Rosie telah membuat Sophia dan Bianca memutuskan untuk semakin dekat satu sama lainnya supaya tidak terjadi untuk kedua kalinya. Pelanggaran yang dilakukan oleh Rosie masih tergolong ringan sehingga gadis itu hanya dihukum untuk membersihkan ruangan perpustakaan selama dua minggu ke depan.
Sophia bersyukur karena sahabatnya masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dan tidak diberikan hukuman yang melebihi kemampuannya. Dia berjanji akan membantu Rosie menjalankan hukumannya supaya gadis itu tidak merasa sendirian.
Sophia dan Bianca sengaja menunggu hingga sidang usai untuk bertemu Rosie. Mereka sepakat untuk menghibur Rosie yang sedang bersedih karena masalah pelanggaran kedisiplinan yang telah dilakukannya. Sebuah pelukan hangat persahabatan pasti akan membuat Rosie kembali tersenyum bahagia.
"Rosie," paggil Sophia dan Bianca ketika melihat Rosie telah berjalan menuju arah mereka.
Rosie yang menoleh ke arah dua sahabatnya merasa heran karena ternyata mereka masih menunggu dirinya. Ketiganya langsung berpelukan dan meluapkan rasa kasih sayang yang mereka miliki.
Rosie menangis sesenggukan karena merasa malu pada kedua temannya yang selalu ada untuknya. Dia tidak menyangka akan mengalami hal yang sedemikian memalukan dan tidak disangka sama sekali.
"Kalian masih menungguku? Maafkan aku karena membuat kalian malu," sesal Rosie sesenggukan.
Sophia dan Bianca masih terus memeluk Rosie untuk memberikan kekuatan dan perhatian yang sangat dibutuhkan olehnya saat ini. Bukanlah sesuatu yang mudah untuk melupakan kekecewaan dan patah hati secara bersamaan namun mereka akan membantu Rosie untuk bangkit.
"Jangan terlalu dipikirkan, kita akan menemanimu melewati semuanya," hibur Bianca dengan lembut.
"Terima kasih karena selalu ada untukku," balas Rosie dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya pertahanannya runtuh dan mengalirlah air matanya. Rosie menangis sejadi-jadinya karena merasa begitu bodoh karena tertipu rayuan seorang pemuda. Dia rela melakukan apa saja demi pemuda yang bahkan tidak mempunyai perasaan apapun padanya.
Sebagai seorang werewolf, mereka memang diberikan kebebasan dalam memilih pasangan. Aturan yang berlaku bagi seorang werewolf adalah setia pada pasangan seumur hidupnya.
Seorang werewolf hanya bisa melakukan imprint sekali dalam hidupnya bersama satu orang pasangan sejatinya. Bila salah satu telah meninggal maka imprint baru boleh dilakukan untuk kedua kalinya. Kesetiaan merupakan salah satu hal yang dijunjung tinggi oleh kaum werewolf.
"Jangan memikirkan hal itu! Kita adalah sahabat dan sampai kapanpun kita akan saling melengkapi," imbuh Sophia. Rosie semakin terharu dengan ketulusan mereka berdua dan berjanji bahwa ini adalah terakhir kalinya dia melakukan tindakan yang memalukan.
"Sekarang kita menuju perpusatakaan untuk membantumu melaksanakan hukuman," ajak Bianca bersemangat.
"Kalian juga berkenan membantuku melaksanakan hukuman?" tanya Rosie.
Sophia dan Bianca mengangguk mantap dan keduanya membuat tangis haru semakin mengalir di wajah Rosie. Gadis itu kembali sesenggukan setelah mengetahui betapa besarnya persahabatan yang ditawarkan kedua temannya.
"Terima kasih," imbuh Rosie.
Rosie, Sophia dan Bianca berjalan bersama menuju ruang perpustakaan. Mereka belum pernah mengunjungi ruangan yang menyimpan berbagai hal yang penting dan bersejarah bagi kaum werewolf.
Perpustakaan sekolah merupakan sebuah bangunan besar yang berbentuk menyerupai labirin. Di kanan kirinya terdapat banyak hiasan unik dan bernilai seni tinggi. Sejak masuk ke dalam ruangan, merea sudah disuguhi keindahan perpustakaan yang tidak ada di manapun.
"Tempat ini sungguh menakjubkan!" seru Bianca ketika pertama kali melihat lokasi perpustakaan yang dipenuhi berbagai barang seni yang berharga.
Sophia memilih untuk tidak cepat menanggapi pernyaaan dari Bianca karena dirinya secara pribadi masih merasa kagum dengan arsitektur bangunan di perpustakaan yang kokoh dan begitu memanjakan matanya.
"Ini merupakan salah satu gedung terbaik di dunia," tanggap Rosie.
Rosie yang hendak menjalankan hukumannya langsung bersiap untuk membersihkannya. Dia tidak akan membiarkan perpustakaan menjadi tempat yang seperti gudang. Dia segera mengambil sapu di ruang belakang dan kaget ketika melihat lukisan yang tersembunyi di bagian belakang perpustakan. Dia segera memanggil kedua temannya.
"Sophia, Bianca, kalian kemarilah!" panggil Rosie yang membuat kedua temannya yang sedang memperhatikan keseluruhan perpustakaan menjadi kaget. Keduanya segera menemui Rosie untuk mengetahui apa yang telah terjadi dengannya.
"Mengapa kamu berteriak?" tanya Sophia.
Rosie meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya untuk meminta Sophia diam. Dia segera menarik tangan Sophia untuk melihat lukisan yang membuatnya berseru.
Ternyata, reaksi yang diperlihatkan oleh Sophia sama kagetnya seperti Rosie. Gadis itu semakin kaget ketika membayangkan apa yang nampak di hadapannya.
"Mereka kaum vampir?" tanya Sophia tanpa mengedipkan mata pada lukisan yang menampakkan kaum vampir yang telah berusia ratusan tahun. Mereka nampak hidup dan seakan mengerti bahwa Sophia tengah memandanginya.
Telah lama Sophia menaruh harapan untuk bisa melihat kaum vampir yang menurut sejarah masih hidup hingga kini. Mereka merupakan makhluk abadi yang tidak bisa mati. hal tersebut yang membuat Sophia makin penasaran.
"Mereka sangat luar biasa," tanggap Rosie yang berdiri di samping Sophia.
Bianca yang baru bergabung cukup kaget ketika melihat lukisan tersebut. Rupanya kaum vampir memang benar adanya dan werewolf menjaga keberadaan mereka dalam sejarah.
"Astaga, lukisan yang sangat mengagumkan!" seru Bianca seakan melihat sesuatu yang begitu mengesankan.
"Kaum vampir memang mempunyai kemudaaan dan wajah mereka nampak berbeda. Mereka memiliki ketenangan dan kekuatan yang terpancar dari matanya," tanggap Rosie.
"Aku tidak bisa membayangkan kalau kelak kita harus melawan mereka," imbuh Sophia.
"Kita tidak mungkin melawan mereka karena vampir tidak berada di daerah yang cukup panas. Mereka hanya tinggal di wilayah yang gelap dan tidak mendapatkan matahari sepanjang tahun," sahut Bianca sembari mengingat materi yang telah dipelajarinya selama beberapa hari.
"Benarkah? Padahal aku sangat ingin melihat mereka semuanya," ucap Sophia yang membuat kedua sahabatnya merasa heran. Mereka tidak menduga seorang werewolf begitu antusias untuk bertemu dengan kaum vampir.
"Memangnya apa yang hendak kamu lakukan kalau melihat vampir seperti mereka di hadapanmu?" tanya Rosie.
Sophia nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan sesuatu sambil tersenyum bangga.
"Bagaimana kalau menceritakan masa lalu mereka ketika menjadi manusia," ungkap Sophia dengan polosnya. Sesuatu yang tidak dapat dijelaskan telah membuat Sophia semakin bersemangat untuk mengetahui berbagai pengetahuan tentang vampir. Gadis itu tidak menduga adanya keterikatan yang erat di dalam tubuhnya diantara dua kaum yang saling bermusuhan itu.
Bianca yang sejak tadi membisu akhirnya membuka suara.
"Ada baiknya kita tidak mengetahui sesuatu yang memang tertutup sejarah. Mungkin kisah diantara leluhur kaum werewolf dan vampir begitu sakral hingga lukisan ini tersimpan disini. Pihak sekolah pasti mempunyai alasan yang kuat di balik keputusannya.
Sebenarnya Bianca tengah menyadari sesuatu yang tidak dilihat oleh kedua sahabatnya. Wajah salah satu vampir yang ada di dalam lukisan telah mengingatkan dirinya pada sosok Sophia. Mereka berdua sangat mirip. Bianca takut membayangkan adanya keterikatan diantara keduanya. Gadis itu terus meyakinkan dirinya untuk menolak semua yang ada di dalam pikirannya.