Bianca berusaha menahan dirinya untuk tidak mengeluarkan petunjuk apapun mengenai sesuatu yang telah dilihatnya. Lukisan yang berada di salah satu sudut Perpustakaan memang mengisyaratkan sesuatu hal. Dia pernah mendengar adanya kaum bangsawan di dunia vampir. Mereka dianggap sebagai leluhur yang keberadaannya begitu dihormati. Kaum bangsawan itulah yang menciptakan Undang-Undang Vampir beserta hukuman jika ada yang melanggar. Bianca ingat pernah mendengar cerita itu dari ayahnya.
"Bagaimana mungkin wajah salah satu bangsawan vampir menyerupai Sophia? Apakah ini suatu kebetulan atau memang sejarah sedang memberikan teka-tekinya?" batin Bianca sembari membersihkan beberapa buku besar dari rak. Gadis itu melamun sembari membersihkan sehingga tidak menyadari bahwa kedua sahabatnya melihatnya dengan aneh.
"Aku yakin ada sesuatu yang sedang dipikirkan olehnya," kata Sophia pada Rosie. Keduanya memang tengah memperhatikan Bianca.
"Menurutmu apa yang membuatnya sampai melamun seperti itu?" imbuh Sophia penasaran. Dia tidak pernah melihat Bianca begitu fokus memikirkan sesuatu hingga seserius itu sebelumnya.
Rosie menghela napas panjang seraya menggelengkan kepalanya. Dia memang tidak mengetahui apapun yang membuat Bianca melamun.
"Dia mulai aneh sejak masuk ke dalam perpustakaan. Pasti ada sesuatu yang menarik perhatiannya di tempat ini," simpul Rosie. Gadis itu pun mengingat kembali alasan di balik kedatangan mereka ke dalam perpustakaan.
"Mungkinkah ada kaitannya dengan lukisan yang berada di belakang tadi?" tanya Sophia penasaran. Dia berusaha mengingat adakah kejadian yang janggal selama mereka berada di dalam perpustakaan.
"Kurasa tidak mungkin tetapi seandainya dia berpikir mengenai pertempuran dengan vampir masuk akal juga sih," tanggap Rosie.
Sophia menyesali dirinya yang sempat membahas mengenai pertarungan diantara kaum vampir dan werewolf. Dia menduga bahwa Bianca masih memikirkan adanya kemungkinan pertarungan tersebut.
"Sudahlah, lebih baik kita tidak mengganggunya," ajak Rosie sebelum berlalu meninggalkan Sophia. Rosie langsung merapikan salah satu sudut baca yang nampak berantakan.
Sophia memutuskan untuk merapikan buku sejarah yang berada di ujung perpustakaan. Gadis itu membersihkan beberapa buku besar yang tersimpan di dalam lemari kaca. Buku-buku itu nampak jarang tersentuh karena banyaknya debu yang menempel di atasnya.
"Pasti bukan buku yang menarik sehingga tidak banyak yang suka membacanya," pikir Sophia ketika membersihkan buku berjudul MY VAMPIRE.
Judul buku tersebut langsung menarik perhatian Sophia sehingga dia membuka lembaran awal lalu membacanya. Buku tersebut berisi pengetahuan umum mengenai keluarga bangsawan vampir yang sudah hidup selama ribuan tahun. Dikisahkan bahwa mereka merupakan vampir terhebat yang memiliki keunggulan dibandingkan lainnya.
Bangsawan vampir berjumlah tujuh orang yang masing-masing memiliki wilayah kekuasaan yang berbeda. Masing-masing menguasai wilayah enam benua di dunia sedangkan yang satu merupakan sang raja yang menguasai seluruh wilayah lautan di dunia. Mereka bertujuh begitu dihormati dan tidak ada yang berani menentang kekuasaan mereka.
Ketujuh bangsawan vampir memiliki kekuatan yang istimewa dan tidak dimiliki oleh vampir lainnya. Oleh karena itulah mereka begitu disegani di seluruh dunia bahkan oleh tetua werewolf. Setiap kali ada pertarungan, mereka akan muncul sebagai pelindung yang menciptakan perdamaian.
Sophia membaca buku tersebut lembar demi lembar. Sejarah mengenai bangsawan vampir telah menarik perhatiannya. Dia juga membaca beberapa nama bangsawan vampir yang dituliskan didalamnya. Nama-nama mereka menyiratkan tokoh pejuang di masa lalu dan tidak menutup kemungkinan bahwa mereka memang orang yang pernah mempunyai jasa ketika masih menjadi manusia.
Ketika hendak mengembalikan buku, Sophia melihat sebuah nama yang menarik perhatiannya. Alexander Robert, merupakan nama salah satu bangsawan vampir yang dikenal penyayang dan baik hati.
DEGH
Sophia merasakan getaran yang hebat di dalam dadanya ketika membaca kisah tokoh tersebut seolah dirinya mengenalnya secara dekat. Sophia memegang dadanya dan merasakan kerinduan yang besar kepada seseorang yang bernama Alexander Robert.
"Mengapa dadaku terasa berdebar-debar seperti ini," batin Sophia sembari mengembalikan kembali buku yang telah dibacanya ke dalam rak khusus. Dia langsung duduk sembari mengamati lukisan kaum vampir yang berada di belakang perpustakaan.
Secara tidak sadar, Sophia menghitung vampir yang ada disana dan jumlah meraka adalah tujuh. Sophia berpikir bahwa merekalah ketujuh bangsawan vampir yang begitu dihormati.
Sophia mengamati satu persatu wajah vampir di dalam lukisan. Pandangannya langsung terhenti ketika melihat sesosok lelaki yang wajahnya mirip dengannya. Sekilas, dirinya merasa mirip dengan salah satu tokoh di dalam lukisan.
"Siapa dia, mengapa wajahnya mirip denganku?" batin Sophia. Dia terus memperhatikan sosok di dalam lukisan yang begitu agung dan membuat hatinya berdebar tidak menentu. Rambut ikalnya yang panjang dan cokelat, mata yang bulat serta hidung mancung memang sangat menyerupai dirinya.
"Kalau aku menyukai kisah bangsawan vampir, mungkin dianggap wajar tetapi mengapa aku justru merindukan lelaki di dalam lukisan tersebut," batin Sophia. Dia merasa aneh dengan perasaannya yang aneh terhadap salah satu wajah di dalam lukisan.
Sophia terkejut ketika merasakan sebuah tangan telah menyentuh bahunya. Gadis itu tersentak dan langsung menoleh ke belakang. Dia melihat kedua sahabatnya tengah menghampirinya.
"Kalian membuatku terkejut," ujar Sophia sambil memegang dadanya yang berdetak cepat.
Bianca dan Rosie langsung tertawa melihat ekspresi terkejut di wajah Sophia. Tadinya mereka hanya ingin mengajak Sophia kembali ke asrama tetapi gadis itu nampak asyik memperhatikan lukisan vampir dengan serius. Bahkan, Sophia langsung kaget ketika disentuh oleh temannya.
"Maaf, kami sungguh tidak mengetahui apa yang sedang kamu lakukan. Kami hanya ingin mengajakmu kembali ke asrama sebelum gelap," ajak Rosie yang masih terlihat bersemangat. Mereka telah seharian melakukan aktivitas dan kelelahan tidak nampak di wajah Rosie.
Sophia kembali memperhatikan wajah Bianca yang sudah terlihat kembali seperti semula. Tadinya gadis itu juga tengah sibuk melamun seperti dirinya tetapi sekarang sudah lebih baik.
"Kalian sudah selesai beres-beres?" tanya Sophia.
"Tentu saja sudah dong," sahut Bianca dan Rosie bersamaan. Sophia merasa lega mendengarnya. Ini merupakan hukuman Rosie di hari pertama sehingga mereka tidak ingin membuat sahabatnya kecewa.
"Baiklah kalau begitu, kita kembali ke asrama sekarang," jawab Sophia.
Ketiga gadis muda itu langsung bergegas kembali menuju asrama untuk beristirahat. Selama perjalanan, mereka banyak membahas mengenai materi sekolah yang sudah pernah dipelajari. Sophia hanya mendengarkan permbicaraan kedua temannya karena pikirannya belum sepenuhnya kembali dari perpustakaan. Sophia masih memikirkan mengenai sosok bangsawan vampir yang berada di dalam lukisan.
"Siapa Alexander Robert? Mengapa aku tidak bisa melupakan bayangan wajah dan namanya," batin Sophia .
"Sophia," panggil Bianca yang membuat Sophia kembali terkejut.
Bianca dan Rosie mulai penasaran mengenai sesuatu yang sedang dipikirkan oleh Sophia. Sejak tadi gadis itu begitu sibuknya untuk melamun. Mereka yakin bahwa Sophia pasti telah menemukan sesuatu yang begitu menarik untuk dipikirkan.
"Kamu melamun lagi? Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Bianca dengan lembut. Sophia hanya tersenyum menanggapi keingintahuan yang dimiliki oleh teman-temannya. Mereka sangat memperhatikan dirinya dengan semua kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
"Maaf, bukan sesuatu yang serius kok. Aku hanya memikirkan mengenai sejarah vampir," ungkap Sophia.