Kabar yang dibawa oleh pemuda yang baru saja bergabung dengan mereka membuat pelarian menjadi semakin mencekam. Niat awalnya yang hendak bersembunyi dari asap ternyata menjadi usaha mempertahankan hidup dari serangan vampir. Meski kenyataan yang terjadi sulit untuk dipercaya namun memang inilah yang telah terjadi di The Werewolf Academy.
"Benarkah mereka semuanya telah meninggal? Mustahil kalau kamu semua tidak bisa bertemu lagi. Sebenarnya apa yang tengah terjadi di sekolah, adakah yang bisa menjelasannnya?" ungkap Helen dengan disertai isak tangis. Gadis yang selalu bersikap sombong itu seakan telah kehilangan keyakinan di dalam dirinya. Dia menangis sesenggukan dan membuat semua menjadi sedih mendengarnya.
"Helen, kamu harus kuat menghadapi kenyataan," nasehat Bianca sembari memeluk tubuh Helen yang sedang lelah. Bianca memang gadis yang sangat baik.
"Cerita yang dikatakan nampaknya masih tidak masuk akal. Mengapa kami tidak mendengar kedatangan kaum penghisap darah sama sekali?" bantah Andrew sembari mengingat betapa dirinya tidak mendapatkan firasat apapun mengenai kedatangan mereka.
"Kami telah melihat kedatangan mereka tetapi kami begitu takut untuk mencari tahu tujuan kedatangan mereka. Kami hanya bisa berlari karena asap yang masih menyelimuti sekolah," ungkap Bianca.
"Bagaimana kalau mereka berhasil menyusul kita kemari?" tanya Helen dengan ketakutan.
Sophia memperhatikan semua yang ada di sekitarnya. Dia sedang memikirkan cara untuk terlepas dari sebuah kewajiban melindungi teman-temannya. Dia merasa tidak berbakat untuk itu.
"Kupikir lebih baik bersembunyi ke dalam gua daripada berdiri disini lebih lama," ajak Sophia karena dia merasakan adanya tanda suara seseorang yang masih terasa samar. Jika itu memang suara dari vampir, Sophia berharap semuanya sudah bersembunyi di tempat yang aman.
Semuanya langsung berjalan bersama menuju ke dalam hutan yang semakin pekat dan gelap. Mereka sudah tidak mungkin mundur lagi karena nasib mereka ditentukan oleh usaha yang mereka lakukan sendiri.
Helen yang sempat mengeluh kini banyak diam karena memikirkan mengenai pembantaian yang dialami beberapa siswa disana. Rupanya dia masih mengenang dan berdoa untuk keselamatan sahabat-sahabatnya.
"Apakah menurutmu mereka bisa menyusul kemari?" tanya Erick yang menjadi ketua tim yang sedang berusaha menyelamatkan diri. Sophia menatap wajah Erick yang senantiasa ramah dan tersenyum padanya.
"Aku memang tidak merasakan hawa kehadiran mereka namun bisa jadi vampir itu dipenuhi strategi yang matang dan kita tidak akan mengalahkannya semudah itu,"ungkap Sophia dengan menyesal.
Erick menganggukkan kepalanya dan menghela napas panjang.
"Jika mereka tiba, kita akan dengan mudah dihabisi oleh mereka. Semua yang ada di dalam pelarian masih anggota baru dan belum bisa berubah. Rasanya mustahil bisa mengalahkan semuanya," ungkap Erick.
Sophia membalas tatapan Erick dengan penuh kelembutan. Sophia mengerti apa yang membuat Erick tidak tenang malam itu.
"Kalau begitu, kakak yang harus mengajarkan teknik bertahan diri kepada kami semua. Bukankah kakak sudah berada pada tingkatan yang lebih tinggi daripada kami semua," pinta Sophia.
Erick merasa tersanjung dengan rencana yang dipikirkan oleh Sophia. Gadis itu memang mempunyai banyak ide yang bisa dikembangkan. Kalau semua anggota sudah mendapatkan ilmu dari Erick maka mereka akan menjadi tim yang kuat dan tidak mudah terkalahkan.
"Aku tidak berada pada level setinggi itu. Aku hanya ketua asrama yang tidak terlalu bagus dalam prestasi," ungkap Erick untuk merendah. Pemuda itu memang tidak mau bersikap sombong di hadapan yang lainnya. Padahal untuk menjadi seorang ketua asrama dibutuhkan kecerdasan yang di luar rata-rata. Erick pastilah mempunyai semua kualifikasi tersebut sebelum menjadi ketua asrama.
"Kakak terlalu merendah. Pokoknya aku tidak sabar menantikan kakak mengajarkan ilmu bela diri padaku," ungkap Sophia untuk menggoda Erick. Dia berharap sang pemuda berkenan menyetujui usulannya.
"Baiklah, kamu menang. Mulai besok pagi, kita akan mulai mempelajari ilmu bela diri meskipun memang belum saatnya kalian pelajari di sekolah," jelas Erick.
Sophia dan Erick langsung tersenyum bahagia karena mereka telah sepakat pada misi untuk mempertahankan kehidupan melalui belajar seni bela diri.
Andrew Davidson yang diam-diam menyukai Sophia tidak senang dengan pemandangan di hadapannya. Dia menyesal mengapa harus dalam pelarian bersama Erick. Seandainya Erick tidak berada disana pasti Andrew bisa mendekati Sophia.
"Aku benar-benar cemburu dan kesal," batin Andrew.
Pemuda itu terus melihat ke arah Sophia dan Erick. Bianca melihat hal tersebut dan tersenyum karena sahabatnya telah menjadi sumber kecemburuan diantara Andrew dan Erick.
"Lebih baik tidak menganggu mereka," batin Bianca.
Pandangan Bianca tertambat pada Helen yang tengah melamun sembari berjalan. Dia nampak sangat terpukul dan sedih.
Bianca melangkah perlahan untuk menghampiri Helen yang pucat. Bianca menepuk bahu Helen dan membuat gadis itu terkejut.
"Apakah kamu melamun?" tanya Bianca.
Helen menganggukkan kepala dan matanya menyiratkan kesedihan yang luar biasa. Rasanya dia enggan untuk mempercayai semua yang terjadi di sekolah tetapi lebih baik mengikuti tujuan semuanya daripada terpencar yang memperbesar resiko kematian.
Bianca kembali mengungkapkan kebenaran cerita mengenai kedatangan kaum vampir. Meskipun Helen tidak terlalu mempercayai ucapannya, gadis itu tetap memperlihatkan keramahannya. rasanya .
"Mereka memang nyata dan datang ke sekolah kita," ujar Bianca. Helen panik dan bingung hendak kemana jika sekolah telah diserang.
"Aku tidak mau mati sekarang!" tegas Helen.
Suara Helen yang relatif keras telah membuat tidak nyaman rekan-rekan yang lain. Semuanya tentu sama mengalami ketakutan dan panik namun bukan berarti berteriak seperti yang dilakukan olehnya.
Erick yang sedang berbicara bersama Sophia segera bergegas menghampiri Helen. Dia meminta ijin kepada Sophia untuk menghibur Helen yang nampak ketakutan. Sophia hanya bisa menundukkan kepalanya sebelum Erick meninggalkan dirinya.
"Kasihan Bianca," batin Sophia dengan sedih.
Andrew yang sejak tadi memperhatikan Sophia menjadi senang karena akhirnya Erick menjauh dari gadis itu. Dia pun mendekat dan mengajak Sophia berbincang. Kesempatan emas seperti sekarang tidak akan disia-siakan olehnya.
"Nampaknya malam ini akan muncul bulan purnama," ungkap Andrew. Dia sengaja membicarakan sesuatu di luar kegiatannya supaya mereka tidak bosan membahas bencana di sekolah.
Sophia kembali merenung dan teringat bahwa beberapa werewolf telah kabur dari sekolah termasuk dirinya. Malam ini adalah malam purnama yang biasanya membuat perubahan kaum werewolf menjadi serigala besar di dalam hutan. Sophia ragu jika masih ada yang kuat di dalam hutan.
"Perubahan itu menakutkan. Aku berharap semuanya bisa segera berubah dan kita bisa membantu mempertahankan wilayah," tekad Sophia. Dia juga merasa senang karena menjadi bagian dari upaya penyelamatan diri. Sophia kembali terngiang masa ketika pertama kali dia berubah.
"Aku pernah gagal dalam berubah, sekarang kuharap tidak ada yang mengalami nasib sepertiku," tanggap Sophia. Dia berkhayal seandainya Mr Anthony berada di sekolah. Tentunya mereka pasti sudah duduk tenang di dalam asrama.