Chereads / THE WEREWOLF ACADEMY / Chapter 10 - Perkataan Yang Menyakitkan

Chapter 10 - Perkataan Yang Menyakitkan

Hari ini Sophia menghadapi pelajaran mengenai asal usul darah. Benar seperti yang diktakan oleh rekannya bahwa pelajaran tersebut akan mengulik segala sesuatu yang berkaitan dengan darah termasuk membedakan berbagai jenis darah yang ada di sekitar. Sophia bisa membedakan beberapa tipe darah hanya melalui visual dan aromanya. Meskipun belum bisa membedakan sesuai rasa, dia yakin bahwa kelak akan ada masanya dimana dirinya menjadi makhluk penghisap darah yang hebat.

"Pelajaran ini membuatku mual!" keluk Bianca sembari menutup mulutnya. Aroma darah yang pekat nampaknya sangat menyiksa hidungnya. Sophia merasa kasihan melihatnya.

"Apakah ada yang bisa kulakukan untukmu?" tawar Sophia pada sahabatnya.

Bianca menggelengkan kepalanya perlahan dan menatap wajah Sophia dengan lekat. Dia merasa heran mengapa Sophia tidak tersiksa ketika menghirup aroma darah yang berada di dalam ruangan.

"Mengapa kamu bisa bertahan dengan aroma yang menyiksa seperti ini?" tanya Bianca.

Sophia tersenyum dan menatap beberapa rekan lainnya di dalam kelas yang terlihat menahan mual seperti Bianca. Dia merasa heran pada calon werewolf yang mual ketika mengendus aroma darah yang kelak menjadi makanan pokok mereka.

"Entahlah, aku hanya tidak merasa aneh dengan semua aroma ini," ungkap Sophia berkilah. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya sudah mengetahui berbagai jenis darah dari Mr Anthony.

"Kamu dan Andrew Davidson sama saja. Pemuda itu juga terlihat kuat menghadapi darah," tanggap Bianca sambil mengamati Andrew. Sophia juga menatap ke arah yang sama.

"Andrew memang lelaki yang pandai. Dia menguasai seluruh pelajaran yang ada," puji Sophia dengan mata berseri-seri. Bianca yang mengetahui makna dari ucapan Sophia hanya bisa menyengenggol lengan sahabatnya.

"Bukankah dia juga tampan?" goda Bianca sambil tersenyum. Dia sengaja menggoda Sophia yang nampak tertarik pada Andrew Davidson.

"Hei, apa maksudmu? Aku tidak memikirkan hal seperti itu. Aku hanya sebatas mengagumi kepandaiannya saja dan tidak lebih," tukas Sophia. Dia tidak mau Bianca terus menggodanya.

"Baiklah, aku mengerti. Hanya sebatas kepandaiannya!" ulang Bianca tanpa menghilangkan senyumannya. Dia mengerti bagaimana perasaan Sophia setiap kali menatap Andrew. Sebuah tatapan yang melebihi kekaguman biasa.

"Baiklah, sekarang coba tuliskan deskripsi dari masing-masing darah yang telah kalian pelajari di depan kalian! Masing-masing kelompok memiliki enam jenis darah untuk dibedakan!" perintah Mr Sean kepada para siswa di dalam ruangan.

Sophia memperhatikan sosok guru yang sedang berdiri di hadapan mereka. Sebuah kulit berwarna coklat, rambut panjang yang diikat ke belakang serta sebuah alis yang tebal. Dia memang benar-benar seorang werewolf yang sejati. Sophia bisa merasakan aroma werewolf yang dahsyat dari tubuh guru tersebut.

"Apakah ada yang perlu ditanyakan Miss Adam?" tanya Mr Sean pada Sophia yang terus memperhatikannya. Sophia merasa malu karena guru tersebut mengetahui apa yang dilakukannya.

"Tidak, Mr Sean! Aku hanya memperhatikan petunjuk di papan tulis," ungkap Sophia untuk berkilah. Ungtunglah sang guru terlihat percaya dengan ucapannya.

"Baiklah, silahkan mengerjakan tugasmu! Aku yakin dirimu lebih mengerti tentang pelajaran ini dibandingkan siswa lainnya. Kamu pasti lebih mudah menguasainya bukan?" tanya Mr Sean yang membuat Sophia tertegun. Dia tidak menyangka gurunya akan mengatakan sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya.

"Apa maksud dari ucapan Mr Sean ya?" gumam Sophia di dalam hati.

Gadis itu terus menatap ke arah papan tulis sambil berpura-pura mencatat apa yang ada disana padahal sebenarnya dia melihat ke arah Mr Sean yang sedang menulis sesuatu di meja depan. Guru tersebut terlihat larut dalam pekerjaannya sehingga tidak menyadari pandangan Sophia yang tertuju padanya.

"Benarkah ada sebuah luka di tubuhnya? Aku bisa mengendus aroma darah dari luka yang terbuka disana," gumam Sophia sambil mengamati kemeja sang guru yang terlihat kusut. Mungkin benar kalau ada bagian tubuhnya yang terluka karena pertempuran semalam.

"Aku sudah menyerah dengan tugasnya. Bagaimana kalau kamu yang mengerjakan semuanya?" pinta Bianca pada Sophia. Gadis itu nampak lebih pucat daripada sebelumnya.

"Apakah kamu sakit?" tanya Sophia.

"Tidak, tetapi rasa mualku semakin menjadi. Maukah kamu mengantarku ke ruang kesehatan?" pinta Bianca. Dia membutuhkan udara segar untuk saat ini.

"Baiklah, aku akan mengantarmu," jawab Sophia sebelum berpamitan pada Mr sean untuk mengantarkan Bianca. Dia beralasan bahwa temannya sedang tidak enak badan sehingga membutuhkan istirahat beberapa lama di ruang kesehatan. Untunglah Mr Sean mempercayainya.

"Kupikir kamu sangat aneh, Bianca," tanggap Sophia kepada temannya ketika mereka berjalan meninggalkan ruang kelas.

"Aneh apanya?" tanya Bianca penasaran.

"Bukahlah ayahmu seorang tetua adat? Bukankah sebagai tetua pasti sering berhubungan dengan warga yang terluka dan semacam itu. Mengapa kamu terlihat tidak nyaman ketika melihat darah?" tanya Sophia.

Bianca hanya tersipu malu kepada Sophia.

"Ayahku memang seorang tetua yang cakap. Dia pandai menyembuhkan warga yang terluka dan sakit. Tetapi aku berbeda dengannya, aku tidak tahan menghadapi darah," ungkap Bianca yang membuat Sophia tersenyum gemas.

'"Baiklah, tetapi semua itu memang berlawanan bukan," tanggap Sophiayang tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika melihat sosok Helen yang sedang berdiri tidak jauh darinya.

"Kenapa kamu berhenti?" tanya Bianca.

Sophia meminta sahabatnya melihat ke arah yang ditunjuk olehnya. Keduanya menatap Helen dengan penuh tanya.

"Gadis itu menghilang sejak pagi dan sekarang berada disana dalam keadaan sehat dan seolah tidak terjadi apa-apa," ungkap Sophia yang diiringi anggukan kepala oleh Bianca. Keduanya memang merasa aneh dengan sosok Helen yang kerap menghina siswa lainnya disana.

"Mungkinkah dia mengambil jam pelajaran tambahan?" ujar Bianca.

"Tidak mungkin pelajaran tambahan berlangsung sejak pagi buta," sanggah Sophia dengan yakin. Dia memang sudah kehilangan jejak gadis itu sejak pagi karena mereka berada dalam asrama yang sama.

"Kalau sakit jelas tidak mungkin karena tubuhnya terlihat segar," tanggap Bianca.

"Dia juga tidak hadir dalam jamuan makan pagi," imbuh Sophia.

"Menurutku dia sedang bersemedi," canda Bianca yang membuat Sophia tertawa kocak. Kedua sahabat itu tertawa karena tidak bisa menahan diri. Mereka tidak sadar bahwa Helen melihat ke arahnya.

"Apakah kedua orang tua kalian tidak mengajari etika untuk tidak tertawa di tempat umum?" tanya Helen yang tiba-tiba menghampiri keduanya.

Sophia dan Bianca langsung terdiam ketika mendapatkan serangan pertanyaan dari Helen yang terkenal bermulut pedas. Keduanya hanya menatap ke arahnya tanpa bersuara.

"Dasar darah campuran," hina Helen kepada Sophia. Gadis itu segera melenggang pergi meninggalkan Sophia dan Bianca yang tertegun mendengar ucapannya.

"Astaga, dia menghina diriku," tanggap Sophia kesal.

Sophia merasa tidak senang ketika ada yang membahas perihal darah campuran yang ada di dalam tubuhnya. Ibunya memang menikah dengan manusia tetapi bukan hak bagi Helen untuk menghinanya seperti itu.

"Sudahlah Sophia, kamu harus tenang! Helen memang senang memprovokasi orang lain," hibur Bianca.

Sophia melihat ke arah sahabatnya dan mulai meredakan kemarahannya. Apa yang dikatakan oleh Bianca memang benar. Tidak ada gunanya meladeni ulah Helen. Gadis itu hanya senang menciptakan masalah diantara siswa lainnya.

"Iya, aku mengerti," sahut Sophia.

Bianca langsung menarik pergelangan tangan Sophia untuk meninggalkan tempat tersebut menuju ke ruang kesehatan. Dia tidak ingin sahabatnya terlibat masalah dengan Helen. Bianca juga membenci Helen tetapi dia tidak boleh menunjukkannya karena statusnya sebagai putri seorang tetua. Dia harus menjaga nama baik ayahnya dimanapun berada.