Aku berjalan mengekor di belakang Mbak Syakila, dia bilang pabrik tidak jauh dari kontrakan jadi kami berjalan kaki.
Sebetulnya bangun jam lima tiga puluh menit pun tidak masalah, sebab bel berbunyi tepat jam tujuh tiga puluh menit.
Mbak Syakila mengenalkan Mas Hari Abimanyu, jantungku kenapa ini? Mengapa perasaannya aneh, biasanya aku gemetar karena malu, kali ini ada perasaan yang berbeda. Mungkin kah ini cinta?
Apakah ini jatuh cinta pada pandangan pertama? Benarkah? Hati seperti melayang ke udara. Aku menarik napas dalam-dalam, ini perasaan normal, tenang Aryna kamu harus kendalikan dirimu! Jatuh cinta ke lawan jenis itu wajar, apa lagi sosok laki-laki di hadapanku begitu sopan, baik, dan ramah, masa Mbak Syakila tidak suka? Aku saja yang baru bertemu langsung terpesona.
"Aryna! Kebiasaan bengong, melulu. Ini teman Mbak Syakila, kenal kan namanya Hari Abimanyu terserah kamu mau panggil apa aja boleh," ujarnya tersenyum.
"Salam kenal Mas Yuyu," kataku yang menolak bersalaman.
"Mas Yuyu, emangnya yuyu kangkang, Aryna kamu ada-ada aja, hehe … sebentar Mbak masuk, kamu ngobrol aja sama Abi."
"Killa, adikmu lucu banget sih, kalau dia panggil aku Yuyu, aku panggil dia Mery," katanya tertawa.
"Kok, Mery? My name is Aryna, bukan Mery, ih!" kataku cemberut.
"Nama kamu kan Aryna, cocok dipanggil Mery, kan terpenting ada kata Ry, jadi tidak masalah, kamu saja panggil aku Mas Yuyu, aku tidak marah," gumamnya.
"Terserah deh, Mas Yuyu."
Bel berbunyi Mbak Syakila pamit masuk, ia berkata sampai bertemu nanti siang, Yuyu dan Mery, menyebalkan!
Aku semakin grogi ditinggal berdua dengan Security ganteng ini, ah bagaimana ini kalau ketahuan gemetar, aku duduk saja.
Kenapa dia malah duduk di sebelahku, kenapa lama sekali map coklat ini diambil, aku sudah tidak kuat dekat dia, malu!
Jantung tolong lebih tenang, jangan berdegup kencang kayak orang ngejar maling saja, keringat ini, membasahi wajah dan tubuhku, aduh bisa bau ketek ini mah.
"Kamu kelaparan apa? Berkeringat begini!" Si Yuyu ini mengusap wajahku dengan tisu, jantungku copot, Tuhan!
Aku tepis tangannya, "Aryna, bisa sendiri!"
"Kamu sakit?" Si Yuyu ini menyebalkan sekali, menyentuh kening dan pipiku.
"Panas, kamu sakit?" tanyanya lagi.
"Aku tidak sakit, Mas Yuyu sana jauhan duduknya tidak baik wanita dan laki-laki duduk dekat-dekatan, satu lagi jangan pegang-pegang atau nanti aku tempeleng!"
Mas Hari Abimanyu malah tersenyum, tertawa kecil terus memandangku.
"Mas dosa loh, jangan melotot begitu nanti aku colok matamu!"
"Galak banget, adik kecil ini, takut."
Mas Yuyu kamu benar-benar menyebalkan aku sampai tidak berkutik, mati gaya dekat kamu. Mengapa kesan pertama begitu indah, kamu begitu baik dan perhatian.
Orang kantor datang memberi aba-aba ke Mas Hari Abimanyu untuk mengumpulkan semua map coklat untuk menyeleksi calon karyawan baru, termasuk punyaku.
Syukurlah dia menjauh bisa napas lega, sekarang, dari tadi rasanya sesak napas.
"Itu pacar kamu, Mbak? Bikin iri deh, kaya couple kesayanganku double Song."
"Bukan pacar kok, kami baru kenalan, memangnya double Song itu siapa?" tanyaku.
"Double song couple kesayanganku Song Hye Kyo dan Song Joong Ki, tapi sayang mereka bercerai. Benar deh, kirain pacarnya, so sweet banget soalnya, kenalin namaku Nirwana."
Jika sama-sama wanita aku mau berjabat tangan sebab tanganku pun tidak gemetaran, tapi jika bersentuhan kulit dengan laki-laki rasanya aneh kayak ada aliran listriknya, membuat aku takut.
"Aku Aryna Zaskia Rahma, bebas mau dipanggil siapa aja, tapi jangan Mery, memangnya aku anak bebek wk wk wk …."
Beberapa menit kemudian nama-nama yang melamar pekerjaan dipanggil, termasuk aku. Alhamdulillah rasanya senang sekali, ternyata perusahaan ini sedang menerima banyak karyawan baru terutama yang baru lulus SMA.
Ketika masuk pintu, aku menabrak seseorang, segera menundukkan kepala dan minta maaf.
"Maaf Pak, saya tidak sengaja."
"Iya, tidak apa-apa. Selamat datang di perusahaan ini, semoga kamu betah."
Aku melirik orang tersebut, beliau bapak-bapak yang murah senyum dan sepertinya baik hati.
"Itu kan manajer di sini," bisik Nirwana.
"Sok, tahu!"
"Serius itu Bapak Cakra namanya, duren loh! Informasi ini pasti betul, soalnya kakakku yang cerita. Mbak aku bagian administrasi, Mbak Kelara namanya."
"Oh, gitu." Aku hanya mengangguk saja, apa peduliku kalau dia duda atau manajer tidak penting menurutku.
Saat aku kesusahan mengatasi pekerjaan baruku, tiba-tiba Pak Cakra mendekati aku dengan lembut mengajariku cara menggambar dengan benar, ia pun tanya siapa namaku.
Mungkin karena dia bapak-bapak jadi reaksi tubuhku biasa saja, tidak terlalu malu. Anggap saja seperti ayah sendiri, dengan begitu tidak akan grogi jika berhadapan.
Namun aku merasa banyak sepasang mata yang mengamatiku, lalu ada yang lewat sambil berbisik, "Hati-hati kena sama duda tua!"
Apa maksudnya coba, apa doi netizen Pak Cakra kali makanya berkata demikian.
"Aduh kakiku sakit, beberapa jam berdiri, rasanya begini ternyata kerja cari uang, capek! Tapi mana ada pekerjaan yang tidak capek, lihat saja pengemis pun capek. Namun selama sehat jasmani rohani jangan sampai meminta-minta, malu sama Tuhan.
Pengemis itu pekerjaan paling hina di mata Allah, apa itu dosa? Dosa jika ia berbohong, pura-pura pincang dan sebagainya. Demi berharap belas kasihan orang lain, rela cari uang dengan cara tidak berkah begitu, kadang ada yang bawa bayi, agar dikasihani lalu mereka banyak mendapatkan uang.
Meskipun begitu jika kita ada niat menjadi tangan diatas daripada dibawah, itu bagus.
Memberi dengan ikhlas, jika kita tahu si pengemis pura-pura cacat senyumin aja sambil di doain moga kelak ia sadar.
Beberapa hari kerja aku amati orang-orang disekitar, ya ampun mereka pada tidak menghargai keringat sendiri apa, ya?
Bayangkan beli makanan mahal, makan tidak habis, sayang kan? Jadi mubazir, buang-buang uang, uang asalnya dari mana? Kerja kan, artinya tidak menghargai jerih payah sendiri.
Beda dengan Mbak Syakila, orangnya hemat nyaris tidak pernah membuang makanan kecuali basi, jika membeli minuman pun selalu habis. Setiap hari menyisihkan ke kotak amal walaupun hanya dua ribu rupiah.
Pokoknya Mbak Syakila panutan, empat tahun kerja dia sudah mampu membuat neneknya bahagia di ujung usia nenek.
"Hemat pangkal kaya, boros pangkal setan!" Kenapa boros setan, sebab orang yang menghamburkan uang berlebihan temannya setan, segala nafsu dunia dituruti, giliaran tidak ada uang pusing, ngutang kesana kemari, tidak ada yang kasih stres makan cuma pakai garam, begitulah orang kalau sudah boros berlebihan.
Aku pernah membahas soal ini ke Mbak Syakila, kata dia hiduplah dengan aturan sendiri yang bikin nyaman, jangan terpengaruh dengan orang lain.
Setiap habis gajian anak-anak lain ngajak makan ke restoran, Mbak Syakila cukup makan di tempat sederhana enak tapi murah, harga Rp 20.0000, 00 sudah kenyang menikmati ayam bakar. Toh, makanan apapun, semahal apapun ujungnya sama jadi kotoran, lalu apa hebatnya.