Ah, payah mengapa aku bisa cemburu ke Mbak Syakila? Tidak boleh, tidak boleh! Aku lekas masuk dan bersiap kerja, disaat aku duduk santai, Pak Cakra mendekat kepadaku. Ya, Tuhan apa mau duda tua ini? Mungkin tidak jika dia suka kepadaku?
"Aryna kamu suka tidak kerja di perusahaan ini?" tanya Pak Cakra duduk di hadapanku. Mau tidak mau wajah kami jadi saling berhadapan.
Aku harus jawab tidak ya? Sepertinya Pak Cakra ingin mendekatiku tapi Kak Kelara dan Nirmala pasti akan marah jika tahu. Sebaiknya aku menghindar saja, begitu isi dalam pikiranku.
"Ya, Pak Cakra tentu saja saya betah kerja disini, mohon maaf izin ke toilet sebentar," ujarku pergi menghindar dari duda genit tersebut.
"Alhamdulillah kalau betah, silakan ke toilet," timpal Pak Cakra senyum lebar.
"Terima kasih banyak Pak Cakra," sahutku bangkit dari duduk dan segera bergegas ke kamar mandi. Untung saja hari ini aku bisa menghindar dari duda genit itu, lebih baik setiap dia mendekatiku aku langsung izin ke toilet, itu alasan sederhana dan masuk akal kan?
"Ternyata kamu cerdas juga Aryna Zakia Rahma," kataku memuji diri sendiri sambil senyum simpul.
Pesan dari Mas Hari Abimanyu membuat aku segera membacanya.
[Kamu kenapa lari-lari seperti dikejar anjing?] Isi pesan dari Mas Hari Abimanyu.
Aku mengerutkan dahi ketika membaca pesan pacar yang tidak jelas.
"Jadi dia memperhatikan aku?" tanyaku pada diri sendiri kemudian tersenyum.
Ternyata punya pacar seru juga jadi ada yang memperhatikan disetiap langkah kita, tapi jika dia melarang segala hal yang aku suka bagaimana? Aku dan Mas Hari Abimanyu kan baru resmi pacaran masa kita akan cepat putus atau tidak langgeng? Seandainya bisa meminta pada Tuhan yang maha kuasa, aku ingin berjodoh dan menikah dengan Mas Hari Abimanyu. Andai saja, untuk sekarang dijalankan saja lebih dulu serta doa baik wajib di aminkan.
[Aku lari karena tidak tahan buang air kecil, pacar aku sayang. Kenapa? Kamu ada di mana memangnya Pak Satpam kok, bisa lihat aku?] Balasku segera menekan tombol sand dong, agar pacar tidak lama menunggu balasan dari aku pastinya, kira-kira dia akan membalas apa?
Aku tahu jika Mas Hari Abimanyu sebetulnya anak pemilik perusahaan tapi dia memilih kerja sebagai satpam saja sambil kuliah, Mbak Syakila yang pernah bercerita padaku tapi aku tidak peduli dengan jabatan dan harta asal orangnya baik, soleh, sabar dan penyayang.
[Tadi aku masuk kedalam sayang, sengaja ingin memandang wajah kamu dari jauh, habisnya baru bisa beberapa detik saja hatiku langsung sangat rindu. Kamu rindu tidak denganku?] Pesan dari Mas Hari Abimanyu baru saja aku baca dia selalu saja membuat jantung ini berdebar dengan kencang.
[Kamu jangan terlalu memperhatikan diriku sayang? Nanti banyak perempuan yang marah padaku bagaimana? Setahuku banyak yang naksir padamu Mas Hari Abimanyu. Tadi aku sebetulnya risih ketika ada orang yang mendekatiku jadi alasan saja ke toilet.] Balasku.
[Apa benarkah? Siapa orang itu? Dia tidak tahu jika kamu sudah punya pacar? Kasih tahu orang tersebut jika dirimu kekasih Hari Abimanyu jangan coba-coba menggoda Aryna Zakia Rahma.] Aku menjadi sangat tersanjung ketika membaca pesan dari Mas Hari Abimanyu.
Namun aku tidak boleh terlalu lama di toilet bisa gawat pekerjaanku, apalagi atasan Helper galak banget, iya dia pengawas bagian Helper dan operator menjahit. Dalam kerja tidak masalah galak terpenting jangan pilih kasih atau berbuat jahat dengan memecat karyawan tanpa alasan yang jelas.
Dulu Mbak Syakila pernah bercerita jika ada teman dia yang dipecat secara tidak terhormat sebab dituduh mencuri, dengan tega pengawas memecat karyawan tersebut tanpa mencari dulu kebenarannya, setelah orang tersebut dipecat baru ketahuan jika dia tidak bersalah pelaku pencuri sesungguhnya tertangkap kamera cctv yang dibuka oleh Hari Abimanyu. Sayangnya teman Mbak Syakila suruh kembali lagi untuk kerja dia justru menolak. Mungkin dihina dan dipecat di depan umum itu sangat memalukan dan menyakitkan hati dirinya.
Seandainya itu terjadi padaku mungkin rasanya sudah ingin mati hari itu juga, soalnya sangat sakit hati. Bukannya fitnah lebih kejam dari pembunuhan?
Seperti ini hidup kita suka atau tidak suka akan bertemu dengan banyak orang dengan berbagai macam karakter yang kadang membuat kita geleng kepala dan tidak percaya pada kenyataan pahit. Mbak Syakila sudah banyak memakan asam garam kehidupan dia banyak sekali pengalaman yang diceritakan padaku ketika merantau seorang diri di ibu kota Jakarta ini.
"Kamu ke toilet lama banget!" pekik Nirwana.
"Maaf, namanya juga ke toilet," jawabku pelan. Sialnya orang menyebalkan itu tepat berdiri di sampingku. Awal mula perkenalan aku pikir dia bisa jadi teman yang baik, ternyata penampilan wajah yang cantik dan menawan tidak mencerminkan isi hati. Nirwana menunjukkan sikap tidak suka kepadaku sejak Pak Cakra berupaya mendekati diriku dengan segala cara.
"Kalau kerja itu yang benar! Awas saja jika Pan Nate marah ke kita," gerutu Nirwana. Sebetulnya kita berdua memang sedang mengerjakan hal yang sama yaitu menggosok kerah yang akan dijahit oleh operator. Sedangkan Helper yang lain menggambar dan ada juga yang buang benang di depan sambil dicek oleh kuisi.
"Iya, tenang saja Nirwana kita tidak akan dimarahi kok, oleh Pak Nate. Lihatlah aku akan kerja dengan sangat cepat," jelasku.
Di dalam pabrik aku akan berubah jadi superhero yang memiliki kekuatan super kerja keras dan cepat. Tidak peduli keringat bercucuran terpenting kerja dengan baik dan cepat.
Ponsel di saku celanaku bergetar, aku berpikir paling juga Mas Hari Abimanyu. Dia sengaja sekali mengganggu, padahal ini sudah jam kerja dan dia tahu itu. Setiap jam istirahat makan bersama, berangkat dan pulang kerja juga akan bersama tapi kata yang dikatakan selalu sama yaitu rindu. Mas Hari Abimanyu rindu denganku tanpa jeda, perasaanku juga demikian tapi harus bisa dikendalikan, harus sebab perempuan terlalu gengsi untuk mengatakan rindu.
"Mas Hari Abimanyu sudah kirim chat lagi? Dia rindu padaku setiap menit. Sebetulnya aku pun sama juga rindu sama kamu Mas, tapi malu jika mengakui apa lagi kita baru saja pacaran," ujarku dalam hati.
Karena pikiranku melayang tanganku kena gosokan panas dan Nirwana justru tertawa dia keterlaluan tidak peduli padaku. Namun tidak masalah, aku bisa menahan rasa sakit ini.
"Hati-hati dong," ujar Afkar Maulana.
"Iya, tapi tidak apa-apa," jawabku.
"Oleskan ini!" perintah Afkar Maulana memberikan salam.
"Apa ini?" tanyaku.
"Obat, pakailah!" Sekali lagi Afkar Maulana memerintah aku.
"Ok, makasih Kak Afkar." Sosok Kak Afkar adalah operator menjahit dia masih muda dan lumayan tampan ternyata baik dan perhatian, aku tidak menyangka padahal terlihat dingin dan cuek.