Chapter 3 - Tidak Sadar

Valen mengangkat wajahnya dengan pelan-pelan. Seketika matanya yang ke cokelatan langsung bertemu dengan mata Valen yang mulai memerah dan menyala.

Lucia terkejut melihat bola mata Valen yang sudah berubah.

"Apakah kamu manusia serigala? Kamu dadi Pack mana? Dana kenapa manusia serigala masih ada!" Tanya Lucia sembari mengepal tangannya.

Valen yang tidak mengerti dan setengah berubah karena amarahnya mulai terpancing itu pun hanya diam karena ia berada diantara sadar dan tidak sadar.

Tanpa menunggu jawaban dari Valen, Lucia menggunakan kekuatannya untuk menampar wajah Valen.

"Ahhh ... "Valen merintih sambil memegang pipinya yang sudah di tampar dengan keras.

Setelah itu Lucia menarik mencengkram wajah Valen sembari berkata, " Pack manusia serigala sudah lama lenyap. Oleh karena itu kamu tidak seharusnya ada agar klan ku bisa tetap berjaya di muka bumi ini!"

Setelah mengatakan itu, Lucia menendang perut Valen dengan keras. Valen yang tidak tahu bagaimana harus menggunakan kekuatannya itu pun tersungkur di lantai.

Lucia merasa belum puas, oleh karena itu ia menunduk lalu mencekik leher Valen. "Aku tidak mengerti kenapa manusia serigala sepertimu masih hidup dan berkeliaran disekitar kami. Tapi, aku tidak akan membiarkanmu hidup lebih lama lagi!"

"Tolong ... " Valen berusaha meminta tolong sembari mencoba melepaskan tangan Lucia.

"Percuma saja kamu minta tolong! Karena semua orang sedang sibuk menikmati pesta. Dasar manusia serigala yang lemah!" Kata Lucia sambil tersenyum licik.

"Singkirkan tanganmu darinya! Jika tidak aku akan menghancurkan mu!"

Sebuah suara yang tajam dengan aura pembunuh yang kental, membuat Lucia melepaskan tangannya dari leher Valen.

Sesaat udara seperti membeku, waktu terasa berhenti saat melihat lelaki yang ia temui di Mall tadi.

"Kamu lagi. Memangnya siapa kamu? Berani sekali kamu mengancam anak dari wali kota?" Tanya Lucia yang tidak lagi takut pada lelaki itu yang tidak lain adalah Kenzo.

Tanpa menjawab pertanyaan Lucia, Kenzo pun menarik Valen lalu membawanya menjauh dari Lucia.

"Jangan ikut campur dengan urusan ku! Sebaiknya kamu pergi sekarang dan lepaskan wanita itu! Atau aku akan membunuhmu juga!" Kata Lucia dengan mata yang merah menyala.

Mendengar perkataan Lucia, Kenzo pun menatap nya dengan tajam, seolah ingin menelan orang yang saat ini ia tatap.

"Vampir busuk! Sebaiknya kamu jangan muncul di hadapanku lagi kalau kamu tidak mau berurusan denganku!" Kata Kenzo.

"Memangnya siapa kamu? Berani sekali kamu mengancam ku?" Tahta Lucia dengan ketus.

Valen yang sedari tadi diam mulai merasa pusing karena ia tidak tahu bagaimana cara mengendalikan kekuatannya. Ia pun pingsan dalam pelukan Kenzo.

"Nona Valen dimana anda? "

Tepat saat itu terdengar suara Chloe yang sedang mencari Valen. Seketika itu Lucia segera mengambilkan wujudnya sebagai manusia dengan mengontrol emosi nya.

"Aku akan mengingatmu! Walaupun aku pergi sekarang, tapi aku tidak akan pernah lupa apa yang kamu lakukan hari ini padaku!" Setelah mengatakan itu Lucia segera pergi agar tidak ketahuan oleh Chloe.

Kenzo tersenyum licik karena merasa lucu saat mendapatkan ancaman dari Vampir murahan seperti Lucia.

'Kamu bukan tandingan ku gadis busuk! Tunggu sampai aku menghancurkan rajaku dan pangeran Justin! Maka disaat itu aku akan menggantung mu hidup-hidup!' Batin Kenzo.

"Apa yang terjadi dengan nona Valen?" Tanya Chloe dengan cemas saat melihat Valen ada dalam pelukan Kenzo.

"Katanya dia kelelahan. Sebaiknya kamu bawa dia ke kamar 807 untuk istiarahat beberapa jam!" Jawab Kenzo.

"Kamar siapa itu?" Tanya Chloe dengan curiga.

"Itu kamar milikku. Kalian boleh menggunakan nya selama apapun kalian mau. Karena saya kemungkinan tidak akan kembali dalam beberapa hari!"

Chloe terdiam sesaat. Ia memperhatikan Kenzo dari atas hingga bawah. Seketika ia yakin kalau Kenzo adalah orang baik sehingga ia mengikuti perkataan Kenzo.

Namum sebelum itu, Chloe meminta izin kepada Tuan Stevan untuk membawa Valen istirahat. Chloe juga menceritakan keadaan Valen sehingga Tuan Stevan yang sangat sibuk dengan rekan bisnis nya itupun mengizinkan Chloe dan Valen untuk menginap. Tapi, Chloe tidak memberitahu kalau mereka tinggal di sebuah kamar milik orang lain.

Waktu berlalu dengan cepat, Valen dan Chloe kembali ke Aula. Tepatnya pada jam 10 malam saat pesta berada di puncak acara.

Chloe sengaja tidak memberitahu Valen tentang Kenzo yang menolongnya. Valen juga sudah lupa tentang kejadian itu setelah ia kembali menjadi manusia sempurna.

Chloe dan Valen berjalan menuju Tuan Stevan. Perjalan mereka diiringi oleh musik instrumental dengan tempo yang lambat.

"Apa kamu sudah merasa lebih baik?" Tanya Tuan Stevan ketika melihat kedatangan anaknya.

"Aku baik-baik saja!" Jawab Valen sambil tersenyum.

Tuan Stevan pun merasa lega lalu memperkenalkan Valen kepada rekan kerjanya.

Sememtara itu, situasi pesta yang tadi ramai, menjadi sepi setelah mendengar suara Tuan Robert.

"Terimakasih telah datang untuk memeriahkan pesta ini. Dan saya senang untuk mengatakan bahwa putra saya Justin Frengklin telah kembali setelah menempuh pendidikan S3 nya di Amerika. Dan dialah yang akan menjadi penerus FG Grup. " Kata Tuan Robert dengan bangga.

Suara tepuk tangan meriah pun terdengar. Para gadis mulai tidak sabar ingin melihat wajah tampan Justin.

Terutama Lucia yang sangat tidak sabar menunggu kemunculan Justin kecuali Valen yang tidak tertarik.

Tidak lama kemudian, seorang lelaki berdiri di samping Tuan Robert. Seketika itu semua orang terdiam terutama para gadis termasuk Lucia karena lelaki itu terlihat biasa saja dan tidak tampan.

Lelaki itu tampak berbisik pada Yuan Robert yang terlihat bingung. Tidak lama setelah itu Tuan Robert pun tersenyum dan meminta tamunya untuk menikmati pesta tanpa meminta lelaki itu memperkenalkan dirinya.

"Aku menyesal datang ke pesta ini!" Kata Lucia dengan cemberut.

"Kamu benar. Bagaimana kalau kita ke Cafe saja! Aku dengar pemilik Cafe memiliki banyak stok darah segar!" Bisik Elena sembari meneteskan air liurnya.

Karena kecewa, Lucia pun mengangguk lalu mengikuti dua temannya tanpa mencaritahu kebenaran nya.

Suasana pesta kembali meriah lagi setelah Tuan Robert menyapa satu persatu para tamu.

Sementara itu Valen merasa bosen sehingga ia berjalan menghampiri ayahnya.

"Ada apa?" Tanya Tuan Stevan.

"Ayah ... Aku bosan dan lelah. Bolehkah aku pergi duluan bersama Chloe?" Jawab Valen dengan cemberut.

"Kamu mau pulang?"

"Tidak. Aku terlalu malas duduk di dalam mobil. Jadi, aku putusan untuk menginap di salah satu kamar disini! Aku juga ingin menghabiskan liburan yang tinggal dua hari disini. Karena aku lihat kalau disekitar hotel ada pantai yang bagus." Jawab Valen.

Valen hanya ingin menenangkan perasaannya dan melupakan kematian Thomas.

Karena hotel ini milik sahabat dekatnya, Tuan Stevan pun mengizinkan Valen untuk tinggal beberapa hari di hotel ini.

Setelah mendapatkan izin, Valen pun segera pergi menuju kamar hotel milik Kenzo. Valen pikir kamar itu dipesan oleh Chloe karena Chloe belum memberitahu kebenarannya.

"Astaga ... Aku lupa membawa tasku!" Kata Valen dengan cemberut ketika ia mengingat tasnya yang di letakkan diatas meja.

"Nona tunggu saja disini! Biarkan saya yang mengambil tas anda!" Kata Chloe.

Valen pun mengangguk lalu membiarkan Chloe berjalan menuju tempat duduknya yang cukup jauh dari pintu keluar.

Tepat saat ia akan mendekati pintu keluar, Valen tidak sengaja menabrak manusia seorang lelaki sehingga air di gelas yang dipegang lelaki itu langsung jatuh mengenai jasnya. Menyadari pakaiannya basah, ekspresi lelaki itu sulit diartikan.

Valen merasa buruk karena ia lagi-lagi dalam masalah. Namun, kali ini dengan siapa?

"Maafkan aku! Aku tidak sengaja!"

"Apa kamu tidak punya mata!" Tanya lelaki itu sambil melepaskan jasnya.

"Sekali lagi maafkan aku tuan!" Kata Valen yang merasa sangat bersalah.

Tatapan mata lelaki itu terlihat sangat dingin dan mengerikan." Jangan merasa terbebani karena hal ini! Sebaiknya kamu pergi dari hadapanku sekarang!"

Merasa lelaki itu baik, Valen pun memberanikan diri mengangkat pandangannya. Seketika itu matanya bertemu dengan keindahan mata biru lelaki itu.

Tatapan itu seperti mengirimkan kejutan listrik yang kuat ke seluruh tubuh Valen sehingga membuat jiwanya melayang untuk sesaat sebelum kembali ke kenyataan.

"Sekali lagi aku minta maaf!" Setelah itu Valen membungkuk menunjukkan hormatnya.

Tepat saat itu bayangan Thomas muncul di samping lelaki itu. Rhomas menatap Valen dengan tatapan yang tajam dan lumuran darah mengalir di lehernya.

'Thomas ... Maafkan aku! Kenapa kamu ada disini?' Batin Valen sembari meneteskan air mata.

Lelaki itu merasa heran melihat Valen yang tiba-tiba memangis. Ia berpikir kalau Valen merasa bersalah sehingga ia menangis.

"Hi ... Kenapa kamu menangis? Apakah kau baik-baik saja?" Tanya lalaki itu pada Valen karena penasaran.

Pertanyaan lelaki itu membuat Valen sadar. Seketika bayangan Thomas langsung menghilang.

Spontan lelaki itu menyeka air mata Valen yang terus mengalir di pipinya.

Sentuhan itu membuat Valen semakin aneh dan deg-degan. Tiba-tiba Valen merasa kehilangan nafas dan hampir pingsan. Namun, telapak tangan besar segera melingkar di pinggangnya.

"Nona ... Apa anda baik-baik saja?" Tanya lelaki itu sembari menatap dingin kedalam mata Valen yang berair.

Dengan segera Valen kembali berdiri. "Aku baik-baik saja! Terimakasih sudah membantuku!"

"Sama-sama." Ucap lelaki itu tanpa ekspresi.

"Tuan ... Bolehkah saya nama anda!" Tanya Valen sembari menatap lelaki itu dengan penuh arti. Valen penasaran kenapa bayangan Thomas muncul di samping lelaki itu sehingga ia ingin mengenalnya.

"Justin ... " Jawab lelaki itu tanpa bertanya balik.

Valen terdiam karena ia merasa kehilangan kata-kata.

"Nona ... Tas anda sudah aku ambil. Ayo kita pergi!" Kata Chloe yang tiba-tiba sudah ada di belakang Valen.