Tanpa sadar, Justin menarik Valen lalu menindihnya. Setelah itu Justin melumat bibir Valen dengan sangat gila.
Ciuman panas diantara mereka berdua terjadi sangat menggairahkan. Valen menikmati setiap serangan yang Justin berikan.
"Ahhh ... " Valen mendesah saat ciuman Justin turun ke lehernya yang mulus.
Justin mencium leher Valen sembari membuka kancing bajunya dari atas hingga kebawah satu persatu.
Tepat saat itu, angin kencang menyelinap dari celah jendela kamar Justin, Seketika itu Justin berhenti lalu menoleh kearah jendela.
'Ada apa apa ini? Siapa wanita yang bersamaku sekarang? Kenapa angin yang datang tiba-tiba ini seakan memberikan peringatan padaku?' Batin Justin sembari kembali menatap wajah Valen.
Justin menatap lekat wajah cantik yang sudah menggodanya itu. Tapi, dia tidak menemukan tanda apapun yang menunjukkan kalau ada yang salah dengan Valen.
Sesaat Kemudian, Justin memegang bahu Valen yang masih berada di bawahnya. Setelah itu ia mengajak Valen duduk sambil memperbaiki bajunya yang berantakan.
"Kenapa kamu berhenti?" Tanya Valen setelah ia duduk sejajar dengan Justin.
"Siapa kamu sebenarnya? " Tanya Justin tanpa menjawab pertanyaan Valen lebih dulu.
"Aku Valen ... Dan aku hanya manusia biasa ..."
"Siapa nama orang tuamu? "Tanya Justin lagi tanpa ekspresi.
"Nama ayahku adalah Tuan Stevan dan ibuku bernama Belle ... " Jawab Valen dengan jujur. Valen mengetahui siapa nama ibunya setelah ia membaca surat dari ibunya itu. Di akhir surat ibunya menulis nama dengan sangat jelas.
Justin terdiam saat mendengar nama yang sangat akrab itu. Seketika ia berniat untuk menyelidiki keluarga Valen karena ia harus mengkonfirmasi identitas Valen sebelum ia menduga-duga.
'Jika aku tidak salah, Belle yang dia sebutkan adalah nama tuan putri dari Pack Moon Night. Yaitu Pack paling elit yang kami serang pertama kali. Jika itu benar, maka wanita yang aku cintai ini adalah manusia serigala. Bagaimana jika dia tahu kalau bangsaku yang sudah membunuh Pack-Nya dan semua Pack yang hidup ratusan tahun yang lalu?' Batin Justin dengan perasaan yang mulai tidak tenang.
Valen berdiri lalu berjalan mendekati Justin yang sekarang sedang berdiri di dekat jendela. Tanpa ragu, Valen memeluk tubuh Justin sambil berkata, "Apa kamu tidak menyukaiku sehingga kamu tidak melanjutkan apa yang sudah kita mulai?"
Justin tidak ingin larut dalam perasaan yang merepotkan ini, oleh karena itu dia segera melepaskan pelukan Valen, dan dengan berat hati dia berkata, "Lupakan aku, karena kamu dan aku tidak akan pernah bisa bersama!"
Mendengar perkataan Justin, Valen merasakan sakit yang teramat sangat, karena ini adalah cinta pertamanya.
Melihat Valen tertunduk sambil menangis, perasaan Justin terasa remuk, dia ingin memeluk Valen dan memilikinya, untuk kedua kalinya dia jatuh cinta tapi dia harus berhenti sebelum memulai.
"Sebaiknya kamu keluar dari kamarku sekarang! "Kata Justin sambil menunjuk ke arah pintu.
Valen menatap Justin yang tidak mau menatapnya, dia menangis karena dia yakin kalau Justin tidak sungguh-sungguh ingin dia pergi.
Dengan berderai air mata, Valen berlari meninggalkan kamar Justin tanpa mengatakan apapun.
Setelah Valen pergi, Justin terjatuh di sofa sambil menatap kearah pintu dengan tatapan kosong.
Sementara itu, Valen sudah sampai di kamar nya. Ia lalu berdiri di balkonnya sambil menatap balkon kamar Justin.
'Kenapa Justin begitu kasar padaku, padahal kemarin dia begitu lembut dan aku kira kami sudah baikan, lagi pula kenapa aku begitu bodoh, mudah sekali aku jatuh cinta dan kenapa itu harus Justin yang aku tau betul kalau sejak awal dia tidak menyukaiku'.Batin Valen dengan frustasi yang dibarengi oleh air mata yang terus mengalir.
Tepat saat itu Chloe datang menghampiri Valen yang tidak tahu akan kedatangan nya.
"Nona, kenapa anda menangis? Siapa yang sudah melukai anda?" Tanya Chloe dengan khawatir saat melihat pipi Valen yang basah oleh air mata.
Seketika itu Valen menoleh kearah Chloe dengan Ekspresi yang buruk.
"Chloe ... Kamu menganggetkan ku, tidak bisakah kamu mengetuk pintu dulu?" Kata Valen dengan ketus.
Chloe merasa heran melihat Valen mulai emosian. Ia bisa menduga kalau ada yang salah dengan nona Yang dia layani itu. " Maafkan aku nona! Tadi aku sudah memencet bel, tapi nona tidak menjawab makanya aku masuk karena khawatir. Memangnya nona kenapa? Siapa yang sudah berani melukai nona?"
"Aku tidak apa-apa. Tapi, apa aku boleh bertanya padamu? "Jawab Valen sembari menyeka air matanya.
Chloe langsung mengangguk, setelah itu mereka berdua duduk berhadapan di sofa kamar Valen.
" Chloe ... Apa pendapatmu tentang wanita yang di tolak cinta nya? " Tanya Valen setelah mengatur nafasnya.
Mendengar pertanyaan Valen, Chloe mengerutkan alisnya. Dia tidak tau mau menjawab apa, karena ini bukan bidangnya.
Beberapa saat kemudian dia teringat salah satu drama romantis yang pernah tidak sengaja di tontonan nya.
"Menurut saya, gadis itu harus memperjuangkan cintanya sampai dapat, kalau perlu dia harus menaklukan lelaki itu dengan beberapa keahlian dalam bela diri. "Jawab Chloe dengan penuh keyakinan.
Mendengar jawaban Chloe, Valen menyeringai kearaahnya, "Pantas saja kamu tidak pernah punya pacar, ternyata yang di otakmu itu hanya bela diri. Sudahlah, percuma ngomong sama kamu! Sekarang bantu aku untuk berkemas karena kita akan pulang sekarang juga! karena disini sangat panas!"
Chloe langsung mengangguk tanpa banyak tanya karena dia tidak ingin membuat Valen semakin kesal.