Chapter 28 - Ikuti Aku!

Valen pun mengangguk dan langsung mengamati adegan pertama.

"Tuan Putri Belle ... Ayo bangun!"

Putri Belle langsung membuka matanya lalu mengerutkan keningnya saat melihat kakak nya.

"Ada apa kamu membangunkan aku?" Tanya Putri Belle dengan bingung.

"Istana sedang di serang oleh Klan Vampir. Raja Erick dan pasukannya sudah memasuki istana.

Mata Putri Belle langsung membulat sempurna.

"Kalau begitu kita harus mengusir mereka." Kata Putri Belle sembari mengepal tangannya.

Langkah putri Belle terhenti saat tangannya di tarik oleh pangeran William.

"Kenapa kamu menahan ku? Apa kamu ingin menjadi pengecut? " Tanya Ratu Belle dengan ketus.

"Yang mulia raja dan Ratu  meminta kita untuk melarikan diri. Karena sebagian besar pasukan kita sudah kalah termasuk rakyat dan para serigala liar yang berada di luar istana." Jawab Pangeran William.

"Aku tidak ingin mati sebagai pengecut. Oleh karena itu aku akan melawan mereka. Jika harus mati maka aku harus mati sebagai manusia serigala yang terhormat. Demi kehormatan Pack-ku." Setelah mengatakan itu, Putri Belle menyingkirkan tangan Pangeran William lalu keluar dari kamar.

Putri Belle berubah menjadi setengah manusia serigala. Ia berlari dengan cepat menuju tempat pertempuran.

Pangeran William pun langsung menyusul Putri Belle karena dia juga ingin menjadi pangeran yang terhormat walaupun ia lahir dari seorang selir.

Valen panik. "Manusia serigala? Vampir?"

"Sekarang kamu ikuti aku lagi agar kamu lebih paham !" Jawab perempuan itu.

Valen pun mengangguk dan langsung mengikuti perempuan itu lagi dengan ekspresi yang sangat buruk karena dia merasa bingung dengan situasi ini. Dia merasa sedang berada di negeri dongeng.

Tepat saat Putri Belle sampai di tempat pertarungan, ia terkejut melihat orang tuanya sedang sibuk melawan Klan Vampir dengan tubuh yang sudah berlumuran darah.

Putri Belle juga menyaksikan peperangan antara Pack-nya dan Klan Vampir begitu sengit. Suara pedang bersaut-sautan dan satu persatu prajuritnya tumbang.

"Hahahaha ... Bersihkan Pack Moon Night dari muka bumi ini ... " Teriak Raja Erick dengan suara yang menggelegar.

"Aku akan membunuhmu ... " Teriak Raja serigala sembari memegang erat pedang di tangannya.

"Aku yang akan membunuhmu dan semua anggota Pack-Mu agar hanya Klan Vampir yang berkuasa. Jadi, bersikaplah!" Kata Pangeran Justin yang juga ikut melakukan penyerangan.

Setelah mengatakan itu, Justin berlari membawa pedangnya menuju Raja Adolf.

Tepat saat pedang Justin  akan menyentuh leher Raja Adolf, putri Belle segera menahannya dengan pedang yang dia ambil dari prajuritnya.

"Siapa dia? ... " Raja Erick bterkejut saat melihat seorang perempuan yang berhasil menahan pedang anaknya. 

Tatapan mata putri Belle sangat tajam dan mematikan.

"Dasar Vampir busuk ... Beraninya kamu menyerang istanaku! Aku tidak akan membiarkan kamu menghancurkan Pack-Ku !"

Setelah itu, Putri Belle menyingkirkan pedang Justin  dari Ayahnya.

"Tuan Putri ... " Ratu dan Raja sangat cemas melihat Putri Belle melawan Justin karena tuan putri masih terlalu muda.

Raja Eric tersenyum licik melihat kecemasan Raja dab Ratu serigala itu. Seketika ia merasa tersihir oleh kecantikan Putri Belle.

"Jadi, kamulah yang bernama Putri Belle? Tuan putri yang sangat cantik dan tangguh. Apakah kamu mau menjadi selir ku!" Kata Raja Eric sembari menahan serangan Putri Belle.

Justin mundur melihat Ayahnya maju dan menahan serangan Putri Belle.

"Lebih baik aku mati dari pada menjadi budak mu! Jangankan menjadi selir menjadi menantimu saja aku tidak Sudi!" Kata Putri Belle sembari memberikan serangan lebih buas lagi.

"Ahhh ... " Putri Belle meringis saat dadanya terkena pukulan tangan Raja Erick.

Seketika Putri Belle mengeluarkan banyak darah.

"Tuan Putri ... " Teriakan sang Ratu terdengar sangat melengking melihat anak perempuan  itu tergeletak dengan mengeluarkan darah dari mulutnya.

Raja Adolf pun segera menyerang Raja Erick. Namun, belum saja ia memiliki kesempatan untuk memukul, malah kepalanya terlepas dari tubuhnya akibat sabetan pedang Raja Erick.

"Suamiku ... " Suara teriakan sang ratu kembali terdengar saat melihat kepala suaminya terhempas jauh. Ia pun segera berlari meninggalkan putri Belle.

"Ibu ... Ayah ... " Putri Belle pun menangis sambil memegang dadanya melihat ayahnya mati secara mengenaskan.

Tidak lama setelah itu, giliran sang Ratu pun tiba. Perutnya terkena tusukan pedang Raja Erick.

"Tidak ... Ibu .... " Teriak Putri Belle melihat Ibunya yang terluka.

Semua prajurit dan saudara Putri Belle menoleh kearah sumber teriakan.

"Hahahaha ... Istana Liycort akan menjadi milikku ... " Kata Raja Eric sambil tertawa dengan keras.

Tepat saat Putri Belle akan maju untuk menyerang Raja Erick lagi, tangannya malah di tarik oleh seseorang. Seketika asap hitam muncul lalu menghilang dengan cepat.

Semua orang terkejut ketika mereka tidak melihat keberadaan Putri Belle di tempat semula.

Melihat kejadian mengerikan itu, lutut Valen menjadi lemas sehingga ia terjatuh ke lantai dalam keadaan berlutut.

"Hatiku sakit ...  Apakah Putri Belle yang mereka maksud adalah ibuku? " Ucap Valen sambil memegang dadanya yang terasa sangat sakit setelah melihat kebiadaban klan Vampir.

"Iya. Keluargamu mati dibunuh oleh Vampir. Oleh karena itu kamu harus membalaskan dendam Pack karena kamu satu-satunya yang tersisa dari Pack ." Jawab perempuan itu sembari meniupkan mantra di telinga Valen.

Seketika itu kemarahan dan dendam membawa di hatinya.

"Lalu, siapa lelaki yang memegang pedang itu?" Tanya Valen sembari menunjuk kearah Justin yang masih berusaha mencari keberadaan Putri Belle.

"Dia adalah pangeran Justin ... Anak pertama dari Raja Erick. Tapi dia sangat kuat sehingga tidak mudah membunuhnya. Oleh karena itu kamu harus berhati-hati dengannya!" Jawab perempuan itu.

Air mata Valen jatuh saat melihat orang yang dia cintai ternyata Vampir yang sudah membunuh keluarganya. Hatinya pun sakit dan dendam di hatinya sedikit melemah. 

'Bagaimana mungkin aku bisa membunuh lelaki yang aku cintai? 'Batin Valen sambil menangis. 

Tepat saat itu terdengar di telinga Valen suara ayahnya yang memanggilnya. Seketika Valen menoleh ke berbagai arah untuk mencari ayahnya.

"Valen ... "

"Valen ... "

"Valen ... "

Lama kelamaan suara ayahnya terdengar semakin jelas.

"Ayah ... " Teriak Valen dengan kaki yang lemas.

Perempuan yang membawanya itu langsung menghilang bersamaan dengan suara Tuan Stevan yang semakin jelas.