Aku tidak boleh mengeluh. Begitulah yang selalu kakek ajarkan karena anak perempuan tertua di keluarga. Kakek bilang, " Sedih itu biasa tapi jangan terlalu sedih."
"Kenapa, kakek?"
"Hidup kita masih panjang dan masih ada orang-orang yang mencintai dan membutuhkan kita. Jika kita terus terpuruk. Harus kepada siapa lagi orang yang kita cintai itu bergantung?"
Kakek bagaimanapun caranya aku pasti akan memulihkan perusahaan kakek. Aku tidak akan membiarkan usaha yang kakek rintis dari nol menjadi debu. Aku akan berusaha sekuat tenaga, kek.
Itulah janjiku untuk kakek. Setelah mengikrarkan janji tulusku, Aku pergi meninggalkan ruangan tempat kakek beristirahat.
"Selamat pagi bu," sapa Resepsionis. "Pagi, Clara." Aku melihat name tag yang di pakainya. Tertulis nama Clara di sana. Aku menuju lift dan melihat Paman Mario di sana.
"Pagi, paman!" ucapku. "Eh, Sienna ehm maksudku Bu Sienna, selamat pagi juga." Sapanya kembali. Lift terbuka dan kami masuk bersama. "Paman jika kita berdua jangan panggil Bu Sienna, aku jadi merasa sangat tua padahal usiaku masih 22 tahun."
"Siap." Paman Mario menunjukkan jempolnya padaku. "Eh, tapi bagaimana dengan perusahaan ini. Sebentar lagi kita akan bangkrut. Paman tidak punya uang untuk membantu Perusahaan Paman minta maaf."
Paman mario, kau bukannya tidak ada uang tapi kau itu terlalu pelit. "Paman tidak perlu khawatir, aku sudah menjual beberapa aset kakek untuk menutupi kerugian sekarang tinggal mencari setengahnya saja."
"Apa?" teriak Paman Mario kaget. Pintu Lift terbuka dan kami keluar dari Lift, aku segera berjalan cepat menuju ruanganku. "Sienna, kenapa kau menjual aset Kakek? Itu kan akan menjadi harta warisan kita!" ucap paman sembari berusaha menyamai langkah kakiku.
Aku berhenti. Aku menatap paman dengan heran. Aku bingung, sebenarnya di mana keberadaan otak Paman Mario. Bisa-bisanya dia mengucapkan hal bodoh itu. "Paman, apa yang paman pikirkan?"
"Jika kita menahan Aset, perusahaan ini akan bangkrut dan kita akan kehilangan semuanya, untuk menutupi hutang perusahaan tidak hanya aset Kakek, aset paman juga akan di ambil untuk menutupi hutang."
Aku menjelaskan seadanya, aku cukup lelah dengan segala macam masalah yang terjadi. Aku ingin fokus membangun perusahaan. "Astaga, jadi hartaku juga akan habis, aduh bagaimana ini, bagaimana ini?" Aku mendengar kebingungan Paman Mario dan meninggalkannya sendirian.
Aku menyalakan televisi untuk melihat berita. Berita pertama muncul Dave Mckill yang hampir tewas karena melawan 80 pembunuh bayaran. "Wah, berita ini terlalu berlebihan, dia kan cuma kena luka tembak di lengan dan betis, jauh dari kematian."
Aku melanjutkan rutinitas di kantor hingga malam. Keesokan paginya aku malah di kejutkan oleh sebuah berita yang aku buka di internet.
Berita Panas!Sienna Bratt akan segera bertunangan dengan Dave Mckill!
Sienna Bratt Bak Cinderella yang mendapatkan seorang Pangeran!!
Kebangkitan Perusahaan Bratt Family jika Pernikahan Dave Mckill dan Sienna Bratt terjadi!
Viral! Dave Mckill memutuskan bertunangan dengan Sienna Bratt untuk menyelamatkan Perusahaan Bratt Family!
"Apa-apaan ini?" Aku terbangun dari tempat tidur dan mencari Steve. "Steve!! Steve!!" panggilku berulang kali dari kamar lantai 2. Aku menuruni anak tangga dengan masih memakai baju tidur.
Dari kejauhan nampak pria paruh baya itu berlari kecil untuk menemuiku. "Steve, apa-apaan berita di internet ini?," Steve mengambil smartphone dari tanganku. Matanya terbelalak kaget.
Aku terduduk di pinggir tangga. "Kenapa artikel ini bisa muncul, bantu aku Steve!"
"Baik, Nona." Steve kemudian menelepon beberapa orang untuk mencari tahu. Dia berkali-kali mengangkat telepon.
"Bagaimana?"
"Ini semua karena Mario, dia mengirim biodatamu pada Keluarga Mckill yang sedang mencari pasangan untuk Penerus Mckill."
Aku kesal hingga memukul pinggiran tangga hingga retak. "Berani-beraninya Paman Mario membuat masalah sebesar ini, lihat di kantor aku akan membuatnya jadi bubur."
Aku berlarian kembali menuju kamar, segera bersiap-siap dan makan dengan cepat. Steve tidak banyak bicara.
Aku sangat kesal, masalah seperti tidak mau menjauh dari hidupku.
Pertama, kebangkrutan Perusahaan Kakek.
Kedua, kematian ibuku.
Ketiga, depresinya Jonathan.
Keempat, isu pertunangan dengan Dave.
Aku mohon masalah pergi lah menjauh dari hidupku, aku ingin hidup tenang dan bahagia, tidak bisakah aku beristirahat?
Setibanya di kantor aku segera mencari Paman Mario, kebetulan Paman Mario sedang menggoda bawahannya yang memiliki wajah cantik dan manis.
Aku berhenti di tengah jalan, "tidak, aku harus mempertahankan wibawaku di depan karyawan, Steve bawa Mario ke ruanganku dan siapkan 2 Bodyguard untuk memegangnya." Steve pun menjalankan perintahku.
"Sienna!!!," teriaknya. "Bagaimana ide paman untuk menjodohkanmu dengan Keluarga Mckill? Ide bagus bukan? Paman tidak menyangka kalau Keluarga Mckill akan menyetujui usulan paman." Paman Mario tersenyum puas, dia menyilangkan kaki di kursi tamu ruanganku. Dia juga tertawa lepas.
"Hahaha tidak perlu berterima kasih cukup berikan paman beberapa Ratus Milyar jika kau sudah sukses nanti," ucapnya ringan. Aku berdiri dari tempat dudukku dan menghampiri paman.
Aku berdiri tepat di depannya. Paman Mario merasa aku akan mengucapkan terima kasih tapi saat dia melihat ekspresi wajahku yang sangat murka dia langsung ketakutan.
"Eh, Sienna ada apa dengan wajahmu, kenapa kau kelihatan marah, paman kan membantumu untuk mendapatkan uang dari Mckill. Keluarga Mckill adalah Keluarga ke 3 terkaya di dunia. Hanya 1000 Triliyun mereka pasti bisa membantu kita," ucap paman berusaha menenangkanku.
Paman mulai menggeser duduknya semakin mendekati pintu keluar. Saat Paman merasa aku lengah dia berlari ke pintu keluar. Tapi sangat di sayangkan, di depan pintu telah menunggu 2 Bodyguard yang berbadan besar.
Langkah Paman Mario pun terhenti. Aku memegang pundak Paman Mario dan berkata, "Paman kesalahanmu ini sangat besar dan tidak bisa di perbaiki, bukankah seharusnya aku memberimu pelajaran dulu sebelum kau meninggalkan ruanganku," Cengkramanku di pundak Paman Mario mengencang dan dia berteriak dengan keras. "Ahhhhhh!"
Teriakannya mengejutkan seisi kantor. "Berani-beraninya paman mengirim biodataku, apa paman sangat ingin masuk ke liang kubur." Steve membantu memegangi Paman Mario bersama dengan Bodyguardnya.
Aku menendang bokongnya dengan keras hingga Paman tersungkur di depan pintu keluar ruanganku. Dia berlari menjauh. "Tidak usah dikejar," Bodyguard yang akan mengejar pun menghentikan langkah kaki mereka.
Yah, setidaknya hatiku lebih tenang setelah melampiaskan emosi pada Paman. Maaf aku mungkin tidak memiliki sopan santun dan sedikit barbar.
Paman selalu membuat masalah di mana pun dia berada, dan aku yang selalu menyelesaikannya. Saat di Kantor dia juga berusaha menggoda karyawati. Beberapa kali aku memberi sanksi dan dia selalu mengulangi.
Aku mengepalkan kedua tanganku dan menggoyangkan kepalaku. Kretek!!! Bunyi sendi di leher terdengar melegakan. Em, apa aku melupakan sesuatu. Ahh ya aku belum memberitahu kalian kalau aku adalah atlet Taekwondo dan Silat. Aku juga menguasai sedikit Ilmu Kungfu, Parkour, dan Pertarungan Jalanan.
Dulu sebelum aku pergi keluar negeri untuk kuliah aku sering bertarung dengan Bodyguard untuk melihat batas kemampuan mereka.