Dengan kecepatan sedang aku mengendarai mobil membelah keramaian kota. Entah sudah berapa kali aku menjadi mata-mata suami ku sendiri. Dan berulang kali selalu gagal.
Apa Zidane yang terlalu pintar menyembunyi kan nya, atau apa aku yang terlalu bodoh untuk mempercayai semua kebohongan nya.
"Entahlah aku tah tahu" aku pun melihat jarum spidometer mobil yang aku kendarai melaju dengan cepat.
Seperti biasa Zidane yang telah berangkat ke kantor tadi pagi. Aku yang tak ingin ketinggalan gerak-gerik Zidane berusaha mempercepat laju mobil.
Kali ini aku tidak menggunakan mobil taxi, melainkan menggunakan mobil yang ku kendarai sendiri.
Nafas ku kian tersenggal, karna oksigen yang begitu tipis. Aku benar-benar kehilangan tenaga dengan badan yang mulai terasa tegang. Akhir nya aku melemas kan diri, berpasrah jika memang sudah terbukti dengan cara ini.
Aku samar-samar mendengar suara yang begitu sangat aku kenal. Ku coba meraih sedikit oksigen yang masih tersimpan di dalam paru.