Untuk sejenak Jesika terdiam sambil memegang pipinya yang memerah, mungkin ia masih syok, tapi setelah itu, dengan cepat tangannya berayun ke arah wajahku. Aku menangkap tangannya, dan meremasnya kuat. Membuat Jesika meringis menahan sakit. Ia salah jika hanya mengira aku akan diam saja setelah apa perlakuan yang telah dia berikan.
"Lepaskan tangan dia Ranaya" sungut Zidane. Pria itu tampak marah dan mendekat.
Aku menyeringai kecut dengan amarah yang masih memuncak, ku lepas tangan Jesika lalu mendorong tubuhnya dengan kasar ke arah ranjang tempat tidurnya. Aku menatap kedua pasangan perselingkuhan yang sangat serasi itu dengan tajam.
"Berani sekali kamu, Ranaya! Kamu pikir kamu siapa, hah?! Berani-beraninya menampar kami berdua!" Teriak Jesika tak terima.
Tentu saja dia tidak terima di tampar olehku. Secara tidak langsung tamparan dan teriakan ku sudah menjatuhkan harga dirinya ketika di dengar sesama tetangga di sekitarnya.