Suatu tempat ditengah hutan.
"Ayah, kenapa ayah begitu egois. Bukankah ayah sendiri yang bilang untuk selalu menolong orang. Tapi kenapa ayah malah mengorbankan orang demi keselamatan ayah?" Tanya Seorang bocah sedikit kesal.
"Senjata terbesar yang dimiliki oleh umat manusia adalah tetap hidup. Tak peduli apapun yang terjadi, kita harus tetap hidup." Jawab seorang sesepuh.
"Meski harus mengorbankan orang lain dengan egois?" Tanya si bocah serius.
Mendengar jawaban si bocah, pria sepuh hanya bisa diam. Tak mendapat jawaban, si bocah menjadi semakin kesal. "Jika ayah tak mau menolong pria itu, maka biarlah aku yang menolongnya." Seru si bocah beranjak pergi dari tempat.
"Tak disangka! Kau sama seperti ayahmu. Sayangnya, dunia ini terlalu kejam!" Gumam Pria sepuh. "Nak, b.. baiklah, biarkan aku ikut membantu." Meski mendengar seruan ayahnya, tampaknya si bocah tidak perduli dan tetap berjalan. Meski begitu, pria sepuh tidak tersinggung dan terus mengikutinya kembali ketempat dimana Shi Xiong berada.
Setelah sekian waktu, mereka berdua menemukan tubuh Shi Xiong terbaring tak berdaya dengan penuh bekas luka dan darah. Melihat kondisi Shi Xiong, Si bocah merasa bersalah dan berniat menolongnya.
Pria sepuh mengamati area yang telah hancur hanya dengan satu pukulan. Saat pria sepuh terus berpikir. Si bocah berkata, " Apa lagi yang kau tunggu? Kalau tidak diobati, takutnya malah tidak akan tertolong!" Seru si bocah sedikit kesal.
Mendengar seruan si bocah, pria sepuh mengalihkan pandangannya pada tubuh Shi Xiong. Namun, saat pria sepuh mendekat. Ia melihat sebuah simbol yang tampaknya merupakan simbol dari Sistem.
Saat melihat simbol itu, pria sepuh mengeluarkan pedangnya dan seketika dialiri tenaga dalam. Menyadari pria sepuh itu ingin membunuh Shi Xiong, si bocah menghentikan pria sepuh dengan tubuhnya sebagai perisai. Melihat si bocah, pria sepuh itu menghentikan pedangnya beberapa senti dari tubuh si bocah.
"Kenapa kau malah ingin membunuhnya, Hah? Kalau tidak mau membantu, tak apa. Tapi kau malah ingin membunuhnya? Ada apa denganmu!" Seru si bocah dengan nada yang tinggi dengan perasaan sangat marah.
"Minggir, orang ini harus kita bunuh! Sebelum ia menjadi penyebab kehancuran. Entah kau rela atau tidak, tapi aku akan tetap membunuhnya." Ucap pria sepuh dengan sopan namun disertai perasaan marah.
"Kenapa? Kenapa kau ingin membunuhnya?" Seru si bocah, kali ini kemarahannya benar-benar meluap. "Selama kau tidak punya alasan, maka bunuh aku terlebih dahulu!"
Pria sepuh hanya bisa terdiam cukup lama. Sampai saat ia tersenyum tipis. "Kenapa? Kenapa kau begitu ingin melindunginya?" Jawab pria sedikit dilema.
"Apa karena seseorang tak berdaya, kau bisa membunuhnya sesukamu?" Tanya si bocah.
"Bagaimana jika seandainya seseorang membunuh kedua orang tuamu. Kemudian suatu hari kau mempunyai kesempatan untuk membunuh mereka, apa yang kau lakukan?" Tanya balik pria dengan nada yang sedikit sopan.
"Tentu saja aku akan membunuhnya. Apa maksud dari pertanyaan konyol mu itu?" Tanya si bocah sedikit penasaran. Meski kemarahannya masih belum reda, namun keraguan mulai muncul didalam hatinya.
"Baiklah! Aku tidak akan menyembunyikan apapun lagi darimu. Sebenarnya...
Kakekmu adalah seorang kaisar. Beliau adalah seorang pria tangguh yang pada waktu itu, membentuk sebuah kelompok untuk melawan para monster yang amat kuat. Kakekmu juga adalah seorang yang sangat kuat. Bisa dibilang... Kakekmu adalah seorang legenda dunia persilatan. Ialah orang terkuat pada masa itu. Bahkan monster bintang enam sekalipun bukanlah tandingannya.
Berkat kakekmulah, Kekaisaran Tang terbentuk. Alasan Kaisar dianggap seperti 'Tuhan' adalah karena kakekmu telah membawa umat manusia kembali kepuncak. Meski dengan dunia yang seratus persen telah berubah. Setiap orang hanya fokus menjadi lebih kuat. Sebab jika tidak, kita hanya akan menjadi santapan para monster. Oleh karena itu, dunia saat ini disebut 'Era Kultivator'. Dunia, dimana tak ada lagi peradaban sains. Sains akan kembali kepuncak, jika tak ada lagi monster yang mengancam keselamatan hidup manusia.
Saat kakekmu berhasil memimpin umat manusia menuju kehidupan yang aman dari para monster, Saat itulah semua orang mengangkatnya sebagai 'Kaisar'. Karena sibuk melawan para monster, Kakekmu tak mempunyai seorang istri.
Akhirnya... berpuluh-puluh tahun telah berlalu, ia bertemu dengan seorang gadis cantik yang membuat Kakekmu jatuh cinta. Untuk pertama kalinya. Meski kakekmu telah berumur hampir sembilan puluh tahun, namun wajahnya masih seperti saat berumur tiga puluh tahun. Saat itulah semua orang sadar, bahwa melatih kultivasi bisa membuatmu awet muda.
Saat Kakekmu bertemu, gadis tersebut juga jatuh cinta kepada kakekmu karena aksinya yang setiap hari melindungi para warga. Sejak saat itulah... Kakekmu dan gadis itu menjadi kekasih. Setelah beberapa tahun setelah hari itu, mereka berdua menikah dan melahirkan bayi laki-laki setelah lima tahun.
Bayi laki-laki itu adalah ayahmu. Saat ayahmu tumbuh menjadi seorang putra berumur tujuh tahun, Kakekmu meninggal karena sudah sangat tua. Ayahmu akhirnya tumbuh dewasa tanpa seorang ayah. Setiap hari ayahmu hanya ditemani oleh nenekmu. Meski ayahmu hidup bergelimang harta, namun ia merasa sangat kesepian.
Saat ayahmu tumbuh dewasa, saat berumur dua puluh satu tahun. Ia diangkat menjadi kaisar yang baru. Saat itu, kemampuan bertarung ayahmu juga sangat kuat. Ia mampu mengalahkan monster bintang empat seorang diri.
Hari demi hari berlalu, kekuatan kekaisaran menjadi semakin dan semakin meningkat. Semua berjalan damai. Sampai pada akhirnya... dia menolong seorang pria brengsek dari terkaman monster bintang dua. Saat itu, ia masih berumur tujuh tahun saat diselamatkan oleh ayahmu.
Karena dia masih kecil dan yatim Piatu, Ayahmu membawanya pulang dan diadopsi. Dua belas tahun kemudian, ayahmu menikah. Kau lahir setelah sepuluh tahun pernikahan ayah dan ibumu. Namun, tragisnya ibumu meninggal setelah melahirkan.
Itu membuat ayahmu benci padamu. Namun saat kau berumur tiga tahun. Kebencian ayahmu sudah hilang dan sangat menyayangi mu. Ayahmu merawatmu dengan baik setelahnya.
Sementara, anak yang diadopsinya, tumbuh menjadi pria brengsek yang tidak tahu malu. Bukan hanya tidak tahu malu, tapi ia juga tidak tahu balas Budi. Sampai pada akhirnya... ia membunuh ayahmu demi menjadi seorang kaisar. Dia benar-benar tidak tahu balas Budi, pria brengsek.
Saat itu, ayahmu mempunyai kemampuan untuk membela dirinya, namun ada sebuah kekuatan yang membantunya. Sejak kekuatan itu membantunya, ia mempunyai simbol ditelapak tangannya yang sama persis dengan yang dimiliki oleh pria yang ingin kau tolong itu.
Karena penasaran, aku menyelidiki asal kekuatan itu. Akhirnya aku tahu bahwa nama kekuatan yang membantunya adalah 'Sistem Iblis' Saat aku menguping pembicaraannya dengan seorang ruh yang merupakan bagian dari sistem miliknya.
Tujuan utama-nya adalah menjadi seorang kaisar dan menjadi 'Dewa' bagi umat manusia saat itu. Namun, karena kau adalah keturunan asli dari kaisar sebelumnya, maka posisi itu diberikan kepadamu. Saat itu aku tahu, kalau incaran selanjutnya adalah kau.
Saat itu aku menyusun rencana. Kemudian aku menyuruh pelayan membawamu dengan kereta dan sekelompok bandit menghadang, yang tentunya itu semua hanyalah akal-akalan ku agar kau selamat. Kemudian aku membawamu pergi kedalam hutan, dan pelayan yang merupakan prajurit paling setia itu datang melaporkan berita bahwa pangeran Tang Yin telah wafat dalam insiden.
Karena hal itu, ia dijatuhi hukuman mati. Sungguh pengabdian yang besar. Setelah hari itu, ia mengubah marga Tang yang dimilikinya menjadi marga keluarganya yaitu 'Ying'. Sejak saat itulah, ia menjadi kaisar, dan dikenal sebagai kaisar Ying Fei.
Sejak saat itu juga aku menjagamu dan merawat mu sampai aku menganggap mu sebagai anakku. Yah, aku bukanlah ayah kandungmu. Kemudian untuk diriku, aku adalah seorang Jendral. Aku sangat setia dengan Ayahmu, sebab aku berhutang Budi.
Dari sini kau sudah tahu, mengapa aku sangat ingin membunuh pria ini. Itu mungkin karena dia punya hubungan dengan pria brengsek Ying Fei itu. Jadi, kumohon. Biarkan aku membunuh pria ini." Ucap Pria sepuh seketika menunjuk Shi Xiong yang tak berdaya.
Pangeran Tang Ying kemudian jatuh ke posisi berlutut, lalu berteriak sekeras mungkin. Setelah itu ia menangis tersedu-sedu.
Dengan perasaan marah, Pangeran bersumpah, "Ying Fei! Dendam ini pasti akan ku balas berkali-kali lipat." Seru Pangeran Tang Ying
"Yang mulia! Biarkan aku membunuh pria ini yang mulia." Ucap pria sepuh dengan sopannya.