Chereads / Mila: Cinta dan Rahasia / Chapter 14 - Guru Killer

Chapter 14 - Guru Killer

"Iya coba cerita sama kita, gimana ceritanya lu bisa jatuh," ucap Salwa.

"Jadi gua ketiduran di taman. Terus abis bangun tidur gua jatuh deh dari kursi," balas Mila.

"Udah ah engga udah dibahas cuman luka kecil aja kok," ucap Mila sembari tersenyum manis kepada teman-temannya.

Cika, Salwa, dan Sinta yang mendengar ucapan Mila pun menghela nafasnya.

"Yaudah lain kali lu hati-hati okee," ucap Sinta.

Mila tentu saja menganggukkan kepalanya, "Iyaa nanti gua hati-hati," balas Mila sembari tersenyum manis.

Dan bel masuk pun berbunyi. Salwa dan Sinta segera membalikkan badannya karena guru yang mengajar kebetulan sangat sangat tepat waktu.

Mereka pun belajar dengan fokus karena memang guru kali ini adalah salah guru killer yang ada di sekolah ini.

Mila pun yang mengetahui kalau ternyata guru killer itu ada di depannya sedikit merinding karena suaranya yang begitu tegas.

Sekali mengeluarkan suara yang bernada tinggi pasti Mila sudah sangat terkejut. Bahkan bisa menangis karena Mila memang tidak bisa kalau harus di bentak oleh siapa pun.

Kelas pun menjadi hening tidak ada suara sekecil apapun, karena semua orang sedang mengerjakan tugas yang diberikan dengan sangat fokus.

Tetapi sesekali terdengar suara ketikan yang dihasilkan dari laptop guru killer itu.

Mila pun juga fokus mengerjakan tugas. Walaupun awalnya Mila tidak mengerti pelajaran ini. Tetapi karena tadi di jelaskan oleh guru killer itu membuat Mila kini mengerti.

Tentu saja Mila mengerti karena Mila sangat pintar. Dan Mila sangat senang ketika mengerjakan tugas itu.

"Mila. Tugasnya udah belum?" tanya Cika.

Mila pun menganggukkan kepalanya, "Ini baru aja selesai. Kenapa? Mau lihat ya?" tanya Mila memastikan.

Cika menganggukkan kepalanya dan tersenyum malu, "Iyaa gua engga ngerti sama sekali," balas Cika.

"Nih ambil aja," ucap Mila sembari memberikan buku miliknya kepada Cika.

Cika pun dengan senang hati menerima buku tersebut, "Lu emang temen yang paling pengertian. Sayang Mila pokoknya," ucap Cika sembari memeluk tubuh Mila.

Mila pun tersenyum kecil dan menepuk pelan kepala Cika dengan sayang, "Gua emang baik jadi engga perlu muji gitu nanti gua terbang," balas Mila.

Namun baru saja Cika ingin mengucapakan sesuatu tetapi guru killer ternyata sudah berdiri di samping Cika dengan tatapan yang sangat tajam.

"Kalian ngapain pelukan gitu? Tugas dari saya udah kalian kerjakan belum?" tanya guru killer itu kepada Mila dan Cika dengan nada suara penuh penekanan.

Cika pun segera melepaskannya pelukannya dari tubuh Mila dan menatap ke arah guru killer itu dengan tatapan takut. Begitupun dengan Mila yang takut ketika guru itu bertanya dengan suara seperti itu.

Tetapi Mila pun memberanikan diri untuk menatap ke arah guru killer itu.

"Kita lagi ngerjain kok pak. Cuman lagi pengen pelukan aja. Lagian pelukan sesama teman kan baik pak. Soalnya kita pelukan itu untuk menyalurkan kasih sayang dan semangat buat ngerjain tugas yang bapak berikan," ucap Mila dengan ekspresi wajah takut.

Cika dan teman-teman kelas lain yang mendengar ucapan Mila sangat ingin tertawa di tambah ekspresi wajah Mila yang begitu lucu.

Sedangkan guru killer yang mendengar ucapan Mila justru memicingkan matanya ke arah Mila. Membuat Mila menjadi menelan ludahnya kasar.

"Kamu itu murid baru?" tanya guru killer itu.

Mila dengan cepat menganggukkan kepalanya, "Iya pak. Saya murid baru," balas Mila.

"Yaudah kalian jangan pelukan lagi di kelas sebelum tugas kalian berdua selesai," ucap guru killer itu.

Mila dan Cika tentu saja menganggukkan kepalanya, "Baik pak," balas Mila.

"Tapi pak kalau kita berdua udah selesai mengerjakan tugas yang diberikan bapak berarti kita berdua boleh pelukan dong?" tanya Cika.

"Engga boleh. Kalian harus tetap tertib. Sudah. Sekarang kalian kerjakan tugas yang diberikan bapak. Kalau kalian tidak bisa mengerjakan tugas yang ada akan bapak hukum kalian berdua," seru guru killer itu.

Mila dan Cika pun menganggukkan kepalanya dengan lemas, "Iyaa pak," balas Mila dan Cika bersama-sama.

Guru killer itu pun kembali berjalan menuju tempat duduk guru yang berada di bagian paling depan. Dan guru killer itu pun kembali fokus dengan laptopnya.

Sedangkan Cika langsung mengambil buku Mila ketika Cika melihat kalau guru killer itu sudah duduk kembali.

"Auranya mencekam ya?" tanya Mila.

Cika menganggukkan kepalanya, "Iyaa mencekam banget. Gua aja sampai merinding," balas Cika.

"Udah udah sekarang lu kerjakan dulu tugasnya biar engga di hukum sama guru itu," ucap Mila.

Cika pun menganggukkan kepalanya, "Iyaa gua harus cepat-cepat ngerjain tugas ini," balas Cika.

Tetapi baru saja Cika akan menyalin tugas yang dari buku Mila. Salwa lebih dulu membisikan sesuatu kepada Cika.

"Makanya jangan peluk peluk jadi di marahin kan," ucap Salwa meledek Cika.

"Dih bilang aja lu mau di peluk," balas Cika dengan nada suara kesal namun sangat pelan karena takut guru killer itu mendengar.

"Gua engga mau di peluk tapi gua maunya lihat tugas," ucap Salwa dengan nada suara pelan.

"Iya gua juga mau lihat," ucap Sinta juga dengan nada suara pelan.

"Dih bilang aja dari tadi pada mau lihat tugas ya kan?" tanya Cika.

"Tahu aja lu. Udah mana tugasnya. Gua sak Sinta mau lihat. Nanti gua traktir lu deh," seru Salwa.

"Iya iya tapi gua juga belum selesai. Ini juga gua lihat dari Mila," balas Cika.

Salwa pun segera melihat ke arah Mila. Mila yang sedari memperhatikan mereka pun langsung bertatap muka dengan Salwa.

"Gua lihat ya Mil?" tanya Salwa.

Mila tentu saja menganggukkan kepalanya, "Iya lihat aja," balas Mila.

"Gua juga yaa," ucap Sinta.

"Iyaa lihat ajaa," balas Mila.

Tetapi guru killer yang tampaknya sudah selesai dengan urusan yang ada di laptopnya langsung menatap ke arah Mila, Cika, Salwa, dan Sinta.

Guru killer itu pun menggelengkan kepalanya heran.

"Itu yang di belakang kerjakan soalnya jangan terus mengobrol seperti itu," ucap guru killer itu kepada Mila dan teman-temannya dengan nada suara penuh penekanan dan tatapan yang sangat tajam.

Mila, Cika, Salwa, dan Sinta yang mendengar ucapan guru killer pun segera duduk dengan tegap.

"Baik pak," balas Mila, Cika, Salwa, dan Sinta secara bersamaan.

Lalu setelah beberapa puluh menit berlalu akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Mila dan teman-temannya pun sudah selesai mengerjakan tugas yang diberikan. Tentunya karena Mila.

"Karena bel istirahat sudah berbunyi silahkan kalian mengumpulkan buku kalian masing-masing di depan bangku paling depan," ucap guru killer.

"Baik pak," balas semua murid IPS 3.

Karena Mila dan teman-temannya duduk di barisan paling belakang. Jadi Meraka mengoper buku tersebut ke depan.

Begitupun dengan teman-teman kelas Mila yang lain yang duduknya juga berada di bagian belakang.

"Kalau begitu. Bapak pamit undur diri. Selamat siang semuanya," ucap guru killer itu.

"Selamat siang kembali pak," balas semua murid kelas IPS 3.