Lalu guru killer itu pun berjalan meninggalkan kelas. Begitu guru killer itu keluar dari kelas. Semua murid di kelas langsung menghela nafasnya lega.
Termasuk Mila dan teman-temannya. Teman-teman Mila langsung menatap ke arah Mila.
Mila yang di tatap seperti itu pun mengernyitkan dahinya bingung.
"Kenapa kalian ngelihatin gua?" tanya Mila dengan ekspresi wajah bingung.
"Tadi kita bisa ngerjain tugas dari guru killer kan berkat lu. Jadi makasih loh," balas Sinta.
Mila yang mendengar balasan Sinta pun menganggukkan kepalanya mengerti, "Ohh kirain apa. Lagian tugasnya gampang kok," ucap Mila.
"Gampang? Wahh ternyata si Mila pinter," seru Salwa.
"Akhirnya dari kita berempat ada yang pintar juga ya ampun tuhan baik banget sama gua," seru Cika.
"Iyaa ternyata lu pintar juga ya," ucap Sinta.
"Ih gua engga pintar cuman emang ngerti aja kan tadi di jelasin sama gurunya. Dan lagi gua itu fokus merhatiin engga kaya lu, lu, dan lu," balas Mila sembari menunjuk satu persatu teman-temannya.
Cika, Salwa, dan Sinta yang di tunjuk pun mendengus sebal.
"Ya lagian tu guru ngejalaninnya gitu banget. Kalau engga killer gua udah tidur kali dari tadi," gerutu Salwa.
"Iyaa mana bisanya marah marah terus," ucap Cika dengan nada suara yang terdengar sangat kesal. Mungkin dia mengingat kejadian ketika tadi dia di marahi oleh guru killer tersebut.
"Udah ah jangan ngomongin guru killer itu. Takut ada cepu nanti dia bilang lagi ke guru killer itu," seru Sinta.
"Oh iya benar mending sekarang kita ke kantin yuu," ucap Salwa.
"Ayo kita ke kantong sekarang," balas Sinta sembari langsung berdiri dari tempat duduknya.
Begitupun dengan Salwa dan Cika. Namun berbeda dengan Mila. Mila hanya diam saja sembari melihat teman-temannya yang kini sedang berdiri.
Tapi Cika yang melihat Mila tidak beranjak dari tempat duduknya pun menatap ke arah Mila dengan tatapan penasaran.
"Kok lu engga bangun sih. Ayo bangun kita ke kantong sekarang," ucap Cika sembari menarik tangan Mila.
Mila dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Gua engga mau ke kantin," balas Mila.
"Loh kenapa? Lupa engga bawa uang? Yaudah sama kita di traktir kok," ucap Salwaa.
"Bukan engga bawa uang," balas Mila.
"Ohh lu bawa kotak makan dari rumah?" tanya Sinta.
Mila menggelengkan kepalanya, "Engga gua engga bawa kotak makan," balas Mila.
"Yaudah ayo kita jajan gua udah lapar. Emang lu engga lapar apa?" tanya Cika.
"Gua lapar tapi engga mau ke kantin. Jadi gua nitip makanan yang kemarin ya sama kalian. Kalian makannya di kantin aja. Nanti kalau udah beres makan baru deh bawa makan gua ke kelas. Yaaa," balas Mila.
Cika, Salwa, dan Sinta pun menganggukkan kepalanya mengerti dengan balasan yang diberikan Mila.
"Ohh lu mau makan di sini aja. Yaudah nanti kita bawa makanan buat lu," ucap Sinta.
"Yeyy makasih," balas Mila.
"Sama-sama. Lagian kan dia udah pernah bilang ke kita kalau dia engga mau dikenal sama banyak orang," ucap Sinta.
"Oh iya kita sampai lupa. Yaudah Mila tunggu di sini aja, nanti kita bawain. Lagian di kantin banyak serigala berbulu domba," seru Salwa.
Mila pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecil.
"Yaudah nih uangnya," balas Mila sembari memberikan uang yang tadi telah dia siapkan.
"Loh engga usah. Kita traktir lu pokoknya soalnya kan tadi udah kasih tahu tugas sama kita, okee," ucap Cika.
Mila menggelengkan kepalanya, "Ih engga mau. Ini uangnya," seru Mila sembari tetap menyodorkan uangnya kepada teman-temannya.
Tetapi Cika mendorong tangan Mila dan menggelengkan kepalanya, "Engga usah lagian engga baik nolak rezeki. Udah ah kita tinggal dulu ya. Dadah Mila sayang," ucap Cika.
Namun baru saja Mila ingin menyisipkan uang tersebut ke tangan Cika. Tetapi Cika, Salwa, dan Sinta lebih dulu berjalan pergi meninggalkannya.
Dan ketika mereka bertiga tepat berada di depan pintu mereka berbalik, "Dadah Milaa," seru mereka bertiga dengan nada suara yang sangat keras.
Membuat Ucup yang sedang duduk pun jadi menatap tajam ke arah mereka bertiga, "Berisik lu semua dasar cempreng," seru Ucup.
"Dih dasar lu rengginang diem aja," balas Cika.
Dan tanpa menunggu jawaban Ucup. Sinta da Salwa lebih dulu menarik badan Cika untuk segera keluar dari kelas.
Sedangkan Mila yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya heran tetapi bibirnya tetap tertarik ke atas.
"Dasar," ucap Mila.
Mila lalu membuka handphonenya. Dia lalu mencari kontak bibi. Karena dari kemarin malam bibinya sama sekali belum menghubungi dia.
Mila pun segera melakukan panggilan kepada bibi atau asisten rumah tangga yang sedang pulang ke kampung halamannya.
Dan tidak butuh waktu yang lama asisten rumah tangga Mila pun mengangkat panggilan dari Mila. Mila pun jadi tersenyum dibuatnya.
"Hallo bibii," seru Mila dengan nada suara bahagia.
["Hallo non,"] balas asisten rumah tangga Mila.
"Bibi kenapa engga hubungin Mila?" tanya Mila.
["Maafin bibi non. Bibi sedang membantu adik bibi. Dia akan menikah besok. Jadi bibi sedang sibuk-sibuknya,"] balas asisten rumah tangga dengan nada suara yang terdengar bersalah.
"Ohh adik bibi mau menikah. Yaudah aku kirimkan hadiah buat adik bibi ya. Jadi aku mau minta alamat adik bibi boleh ga?" tanya Mila exited.
["Engga usah non,"] balas asisten rumah tangga Mila.
"Ih engga apa-apa. Harus di kasih tahu kalau engga Mila marah nih," ucap Mila.
["Jangan dong non. Nanti bibi kirim lewat pesan aja ya,"] balas asisten rumah tangga Mila.
"Nah gitu. Yaudah Mila tutup ya takut ganggu bibi. Dadah bibi," ucap Mila.
["Iyaa non Mila. Non Mila jangan lupa makan ya pagi siang sore. Jangan lupa. Kalau lupa nanti non Mila bisa sakit,"] seru asisten rumah tangga Mila.
"Iyaa bibi," balas Mila.
Mila pun segera mematikan sambungan teleponnya. Lalu dia melihat kontak mamah dan papah nya.
Tetapi Mila tidak mau menghubungi mereka duluan. Karena pasti mereka kini sedang bekerja.
Mila tidak mau kalau menganggu kedua orang tuanya. Mila pun hanya memandang foto wallpaper mereka saja.
"Semoga mamah dan papah sehat selalu," ucap Mila di dalam hatinya sembari terus melihat foto kedua orang tuanya yang sedang tersenyum bahagia.
Dan ketika Mila sedang asik memandangi kedua orang tuanya. Ada seseorang yang menepuk bagian belakang pundak Mila.
Mila pun langsung melihat siapa yang menepuk pundaknya. Dan ternyata itu ternyata Cika.
"Hayoo kenapa diem aja," ucap Cika.
"Ya dari pada joget joget," balas Mila.
"Iya juga sih. Yaudah nih makanannya," ucap Cika sembari meletakkan makanan pesanan Mila di meja Mila.
"Asikk makasih," balas Mila sembari tersenyum bahagia.
Namun Mila sama sekali tidak melihat keberadaan Salwa dan Sinta di belakang Cika. Mila pun menatap ke arah Cika.
"Tapi Salwa dan Sinta kemana?" tanya Mila.
"Mereka lagi beli cokelat dulu terus gua di suruh balik duluan deh takutnya lu udah lapar," balas Cika sembari duduk di bangkunya.
"Ih perhatian banget sih temen gua," ucap Mila sembari tersenyum.
"Gua emang perhatian," balas Cika sembari menghempaskan rambutnya kebelakang.
Membuat Mila yang melihatnya jadi tertawa kecil.