Chereads / Mila: Cinta dan Rahasia / Chapter 18 - Anak-anak Basket

Chapter 18 - Anak-anak Basket

Lalu tidak lama kemudian setelah Mila dan teman-temannya duduk di kelas. Bel berbunyi pertanda waktu pulang telah tiba.

Mila dengan cepat menyimpan buku buku miliknya ke dalam tas dan tidak lupa membawa seragam sekolah ke dalam tasnya.

"Eh kita kapan-kapan ke rumah Mila yuk," ucap Cika.

"Iyaa nih Mila ke rumah lu yuk," seru Sinta.

"Iyaa. Nanti baru bergilir. Lu yang ke rumah kita. Ya yaa," ucap Salwa.

Mila yang mendengar permintaan teman-temannya pun memikirkan apakah teman-temannya boleh ke rumahnya atau tidak.

"Yahh kayanya si Mila engga bisa bawa kita ke rumahnya deh," ucap Cika dengan ekspresi wajah murung.

"Iyaa nih Mila kayanya engga boleh kalau kita ke rumahnya," balas Salwa.

Mila dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Ih bukan engga boleh tapi kalian jangan judge gua ya gara-gara rumah gua," ucap Mila.

"Ish masa kita ngomongin rumah lu sih. Mau rumah lu kaya gubuk juga engga akan kita omongin. Kan yang penting itu rumah," balas Cika.

"Iya kan yang penting rumah itu untuk berlindung dari sinar matahari dan air hujan jadi engga masalah mau sebagus atau sejelek apapun rumahnya," seru Salwa.

"Iya lagian ya kalau jelek juga engga masalah ya kan. Lu engga sampai ngerugiin orang," ucap Sinta.

Mila yang mendengar ucapan teman-temannya pun tersenyum kecil. Mila pun akhirnya tanpa ragu menganggukkan kepalanya.

"Yaudah kalian boleh main ke rumah. Tapi kalian dari pada main. Mending nginep di rumah gua. Mau engga?" tanya Mila dengan ekspresi wajah senang.

Cika, Salwa, dan Sinta tentu saja menganggukkan kepalanya tersenyum dengan sangat bahagia.

"Ya mau lah," balas Cika, Salwa, dan Cinta bersama-sama.

"Nanti kita nginep di rumah Mila. Tapi lu jangan lupa bawa makanan yang banyak, nanti gua juga bawa makanan yang banyak okee," ucap Cika kepada Sinta dan Salwa.

Sinta dan Salwa tentu saja menganggukkan kepalanya. Namun Mila dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Ih engga usah bawa makanan. Nanti gua yang beli di jalan. Kalian cuman harus ijin ke orang tua kalian aja dan jangan lupa bawa baju seragam sekolah buat besok," seru Mila.

"Loh engga apa-apa kita yang beli makanan aja," ucap Salwa.

Mila lagi-lagi menggelengkan kepalanya, "Engga jangan. Kalau kalian yang bawa atau beli. Kalian engga boleh main ke rumah gua," seru Mila.

Cika, Salwa, dan Sinta yang mendengar seruan Mila pun menghela nafasnya. Mereka pun akhirnya menganggukkan kepalanya.

"Yahh yaudah deh kalau gitu, kita engga akan bawa makanan," balas Salwa.

"Okee. Kalau gitu nanti gua share location rumah gua okee," ucap Mila.

Mereka bertiga pun menganggukkan kepalanya, "Yaudah kalau gitu. Ayo kita pulang. Ini udah sore," balas Sinta.

Mendengar kata sore. Mereka semua pun masing-masing langsung melihat jam tangan yang ada di tangan mereka.

"Ya ampun udah jam 4 sore," ucap Salwa dengan heboh.

"Iya kalian sih nih ngomongnya kelamaan," seru Cika.

"Dih lu juga dari ngomong terus," seru Salwa.

"Heh udah dong malah ribut. Ayo pulang sekarang," ucap Sinta.

Cika dan Salwa pun menganggukkan kepalanya dan pergi berjalan duluan. Sedangkan Mila hanya menggelengkan kepalanya heran dnegan kelakuan mereka berdua.

Lalu Sinta pun segera memeluk bagian belakang pundak Mila.

"Yaudah yuk pulang Mil," ucap Sinta sembari tersenyum manis.

Mila pun menganggukkan kepalanya, "Iyaa ayo pulang," balas Mila tersenyum manis membalas senyum manis yang diberikan oleh Sinta.

Mereka berempat pun jalan menuju ke tempat penitipan kendaraan. Namun saat mereka akan melewati lapangan basket.

Mereka semua berhenti dan segera mendorong tubuh Mila menjadi berada di bagian pojok. Mila yang tidak tahu apa yang terjadi mengernyitkan dahinya heran.

"Ih kenapa sih dorong-dorong nanti kalau gua jatuh gimana?" seru Mila heboh.

Teman-teman Mila segera menunjuk ke arah lapangan basket. Mila pun otomatis melihat ke arah lapangan basket yang di tunjuk itu.

"Mereka lagi latihan. Kalau kita lewat pasti mereka godain kita. Jadi lu harus ada di pojok ya Mil," ucap Salwa.

"Iyaa sini di pinggir gua biar engga kelihatan sama mereka," ucap Cika.

Mila pun menganggukkan kepalanya. Dan kini Mila berada di pojok teman-temannya.

Mereka terus berjalan sampai mereka berada di samping lapangan basket. Anak-anak basket yang sedang beristirahat pun langsung melihat ke arah Mila dan teman-temannya.

Beberapa orang anak-anak basket itu tampak berdiri. Mereka langsung berjalan ke arah pembatas lapangan.

Anak-anak basket yang berdiri itu berjumlah 3 orang. Mereka tampak sangat tampan ketika Mila sedikit melihat ke arah mereka.

"Salwaa kok baru pulang sih. Mau lihat abang main basket ya neng? Sini atuh kalau mau lihat abang main," ucap salah satu laki-laki bertubuh tinggi.

Salwa yang mendengar ucapan laki-laki itu mendengus sebal. Sedangkan yang lainnya hanya memutar bola matanya malas.

Tetapi Mila yang tidak merasa kalau ucapan untuknya hanya diam saja dan melihat ekspresi wajah teman-temannya.

"Iyaa nih jawab dong jangan diem terus kasihan abangnya engga di jawab itu," seru laki-laki lain yang bertubuh sedikit berisi.

"Berisik deh lu. Mending main aja sana," seru Salwa dengan nada suara kesal.

Laki-laki bertubuh tinggi yang tadi pertama kali berbicara langsung tertawa kecil ketika mendengar seruan dari Salwa.

"Aduh kamu jangan marah-marah nanti cantiknya hilang," seru laki-laki bertubuh tinggi itu.

"Bodo amat cantik gua ini yang hilang," balas Salwa.

Setelah mengucapkan kalimat itu Salwa langsung menarik tangan Sinta. Dan Cika dengan sigap langsung menarik tangan Mila.

Mila yang sedang memperhatikan ke 3 laki-laki itu pun jadi terkejut. Untuk dia bisa terjatuh karena terkejut. Kalau jatuh kan pasti malu banget.

"Jangan kencang kencang nariknya. Nanti gua jatuh," seru Mila.

"Maaf Mil tapi ini darurat. Soalnya si Salwa kalau udah kesal jalannya cepat banget," balas Cika.

Mila pun menganggukkan kepalanya mengerti. Lalu mereka berhenti di tempat penyimpanan sepeda.

Karena memang penyimpanan sepeda itu lebih jauh dari gerbang. Sedangkan penyimpanan mobil itu paling depan dengan gerbang.

Cika, Salwa, dan Sinta pun melihat ke arah Mila. Mila pun segera melepaskan tangannya yang masih di pegang oleh Cika.

"Mil mana sepedanya?" tanya Cika.

"Emang ada sepeda lain selain sepeda ini?" tanya balik Mila sembari menunjuk salah satu sepeda yang ada di tempat penyimpanan sepeda itu.

Cika pun mengusap bagian belakang kepalanya yang tidak gatal, "Eh iya juga sih," balas Cika.

"Makanya kalau punya otak yang di bawa," seru Salwa meledek Cika sembari tertawa kecil.

Cika mendengus sebal mendengar ledekan Salwa. Sedangkan Mila hanya menatap mereka berdua dengan diam. Sinta yang menyadari Mila diam saja pun menghela nafasnya.

"Udah udah tuh lihat si Mila diem aja," ucap Sinta.

"Kalian malu ya kalau gua pakai sepeda ini, kan sepeda ini engga mahal?" tanya Mila memastikan.

Cika, Salwa, dan Sinta yang mendengar pertanyaan Mila pun segera menghampiri Mila.

"Ya engga lah. Masa malu. Kan yang penting masih bisa di pake," ucap Salwa.

"Lagian ini sepeda bagus banget loh," seru Cika.

"Oh kirain kalian malu," ucap Mila.

"Ya engga lah," balas Sinta.