Revan mengerjapkan mata setelah lama. Aarav yang berusaha menemukan benda lain untuk dimasukkan ke dalam mulut Revan, langsung melepaskan segala benda tersebut dari tangannya. Kakinya bergerak sendiri menuju tempat Revan berada, tanpa mempedulikan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
"Apa kau baiku saja?" tanya Aarav duduk di samping tubuh Revan, mengamati dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Apa ada bagian tubuhmu yang terasa aneh? Misalnya kepala, pundak, lutut, kaki, lutut, kaki?" tanyanya panik.
Sebagai jawaban, Revan menggeleng pelan. Detik berikutnya, dia bangkit dari tidurnya sambil menekan kepala. Rasanya begitu pusing tak tertahankan, entah apa yang baru saja dia rasakan sejak tadi.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa ada musuh yang menyerang kita lagi?" tanya Revan mengernyitkan kening, masih belum sepenuhnya lepas dari rasa pusing yang ada dalam kepala.