Keesokan harinya adalah hari senin, setelah kejadian di tempat pengungsian korban semeru itu, Prita mengalami demam, sehingga dia tidak masuk sekolah. Di sekolah Yudha yang tidak melihat Prita, dia sangat gelisah. Waktu istirahat, dia langsung berlari ke kelas Prita dan bertanya kepada Sasa dan Maya.
"Kenapa Prita gak masuk Sa?? tanya Yudha.
" Prita sakit kak, demam, mangkanya dia gak masuk sekolah". jawab Maya.
"kalian sudah menjenguknya? "
"belum kak, rencananya nanti pulang sekolah kita mau kesana".
" aku ikut ya, nanti aku juga ajak Leo dan teman temanku yang lain".
"siap kak. nanti ketemu di depan gerbang sekolah ya".
Yudha hanya mengacungkan jempolnya sambil berlalu kembali ke kelasnya tanda bahwa dia setuju.
akhirnya bel tanda akhir sekolah pun berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Sesuai dengan janji, Sasa, Maya, Yudha dan sahabat Yudha bertemu di depan gerbang sekolah. Akhirnya mereka berangkat bersama menuju rumah Prita. Sesampainya di rumah Prita, Yudha dan teman teman segera mengucap salam, dan tidak lama terdengarlah sahutan dari dalam rumah.
"Assalamualaikum.. " ucap mereka serempak.
"wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" ternyata ibu yang menjawab salam mereka.
kemudian mereka di persilahkan masuk ke dalam rumah. Tidak lama kemudian, datanglah Prita di ruang tamu. Dia terlihat pucat dan lemah.
"Assalamualaikum teman teman... " sapa Prita.
"Waalaikumsalam.. "ucap mereka kompak.
" bagaimana keadaanmu Prita? tanya Yudha
"alhamdulillah sudah sehat kak, cuma masih agak lemas saja, tinggal pemulihan. " jawab Prita
"memangnya kata dokter sakit apa?" tanya Maya
"Kecapekan saja May, tensinya agak rendah, jadi bawaannya pusing dan lemas".
" pasti gara gara kemaren kita ke tempat pengungsian itu ya kamu kecapekkan? " tanya Sasa.
"Ya enggak Sa. Ya emang waktunya sakit, berarti aku disuruh istirahat, belajar bersabar menghadapi sakit ini".
mereka hanyut dengan perbincangan perbincangan kecil yang bertujuan untuk menghibur Prita. Waktu menunjukkan semakin siang. tiba tiba ayah dan ibu muncul sembari membawa makanan.
"ayo ayo.. kita makan siang bersama dulu. Sudah waktunya ini. Sambil menemani Prita makan biar Prita lahap makannya dan lekas membaik." kata ibu.
"Waaahhh jadi merepotkan bu. kebetulan ini cacing yang ada di perut sudah pada demo bu" kata Joko.
"hust.. kamu ini ya, malu maluin saja" kata Leo.
"lha kenapa malu maluin, ini kan namanya rejeki anak sholeh, iya kan bu? " jawab Joko membela diri.
"iya.. sudah ayo dimakan, jangan ribut saja, keburu dingin nanti ini". kata ibu.
" iya bu, terimakasih " ucap mereka kompak.
akhirnya mereka melahap semua makanan yang disajikan oleh ibu habis tanpa tersisa.
setelah mereka selesai makan, Sasa dan Maya membantu ibu mencuci piring di dapur. Tiba tiba tanpa mereka sadari, Ibu memperhatikan gerak gerik Yudha yang sedikit berbeda dari teman teman yang lain. kemudian ibu bertanya pada Sasa dan Maya.
"Sasa, Maya bolehkah ibu bertanya?".
" iya bu, ibu mau bertanya apa? kata Maya
"apakah kalain semua bersahabat??? satu kelas?? "
"Tidak bu, yang laki laki itu semua kakak kelas kami. Memangnya kenapa bu? tanya balik Sasa kepada Ibu.
"Belum pernah ada anak laki laki yang datang kerumah ini, walaupun hanya sekedar bermain di rumah ini. Apakah dari salah satu mereka ada yang dekat dengan Prita? "
Sasa dan Maya terkejut dengan pertanyaan ibu. dan saling pandang memandang, bingung mau menjawab apa pertanyaan ibu. Mereka terdiam dengan pikiran masing masing. tiba tiba
"tidak usah bingung atau takut. Jawab saja yang sebenarnya dan sejujurnya, kalian sudah ibu anggap seperti anak ibu sendiri. Alangkah baiknya kalau segala sesuatu itu dibicarakan, supaya kami sebagai orang tua juga bisa mengawasi anak anak ketika nanti terjadi sesuatu. Ibu tidak akan marah, ceritakan semua kepada ibu".
Maya dan Sasa mengangguk dan merasa lega karena ibu tidak marah. Akhirnya mereka menceritakan semua tentang kejadian yang sedang terjadi. Bahwasannya salah satu dari anak laki laki itu ada yang bernama Yudha Sanjaya. Dia adalah kakak kelas di sekolah mereka sekaligus sebagai ketua OSIS. Dan Yudha menaruh hati kepada Prita, namun Yudha menghargai keputusan Prita, bahwa di dalam keluarga nya tidak ada istilah berpacaran. Yudha sangat perhatian kepada Prita, terutama ketika pergi mengantarkan donasi kepada korban bencana alam yang kemaren terjadi, ketika Prita terjatuh di sungai, Yudha begitu panik dan Khawatir ketika Prita terjebur. Ibu pun kaget, karena Prita tidak menceritakan kejadian Prita tercebur di sungai.
"Prita kok tidak cerita sama ibu dan ayah??"
"mungkin Prita takut kalau ayah dan ibu khawatir bu".
" ya sudah, yang terpenting semua selamat".
akhirnya ketiga wanita itu bergabung kembali di ruang tamu. Setelah selesai mengibrol yang cukup lama, akhirnya teman teman Prita seger pamit undur diri.
"Prita, kita pulang dulu ya, semoga segera sehat, pulih seperti sedia kala bisa pergi kesekolah lagi" kata Yudha.
"amin.. iya terimakasih semua sudah jenguk aku" balas Prita.
mereka pun kembali kerumah masing masing
ketika semua teman teman Prita sudah pulang, ibu memanggil Prita untuk duduk di ruang tamu.
"apa benar, kemaren kamu terjatuh di sungai waktu berada di tempat pengungsian korban bencana alam?? "
"ibu kok tau?? dari Sasa dan Maya ya bu?? "
"iya.. " kata ibu.
"iya bu, Prita terpeleset, sehingga jatuh ke sungai, maaf tidak cerita ke ayah dan ibu, Prita takut kalau ayah dan ibu khawatir".
" iya, tidak apa apa. tapi jangan diulangi lagi. kalau ada apa apa cerita sama ayah dan ibu, supaya kalau terjadi sesuatu ayah dan ibu bisa membantu dan mlindungi Prita".
"iya ibu" jawab Prita.
"Terus, bagaimana dengan yang bernama Yudha? "
sambil tersenyum dan bersemu merah, Prita menunduk, kemudian menjawab
"ibu tau dari Sasa dan Maya juga? "
"iya, tadi ibu bertanya kepada mereka. Karena ibu merasa ada sesuatu diantara Kamu dan Yudha. Ayo ceritakan dengan ibu".
" Dia adalah ketua OSIS di sekolah Prita bu. Waktu MOS dulu, dia jahil, suka ngerjain Prita. Tapi setelah aktif masuk sekolah, sikapnya itu berbeda dengan yang dulu waktu MOS. dia begitu perhatian dengan Prita, padahal dia itu terkenal sebagai ketua OSIS yang tidak banyak bicara, dingin tan tidak pernah tersenyum. Awalnya Prita hanya menganggap biasa saja bu, tapi ternyata lama kelamaan dia mengungkapkan perasaannya dengan Prita. tapi Prita menyampaikan ajaran dari ayah dan ibu, bahwa Prita tidak boleh berpacaran, karena dilarang dalam agama kita. Dia mengerti dengan keputusan Prita. sampai saat ini kita masih tetap teman bu, tidak ada yang spesial atau apa, karena Prita akan selalu berpegang teguh pada nasihat ayah dan ibu".
"iya Nak, kamu harus selalu ingat pesan ayah dan ibu dimana pun kamu berada. Setan akan selalu berusaha menjerumuskan kita ke jalan yang tidak benar. Kita harus selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita untuk membentengi diri dari bujuk rayu setan. Walaupun nanti saat kamu sudha berumah tangga, pasti akan ada saja permasalahan yang ada. Kamu harus belajar mulai dari sekarang, Dan selalu ingatlah pesan pesan ayah dan ibu".
"iya ibu, Prita akan selalu ingat dengan pesan ayah dan ibu, Prita tidak ingin mengecewakan ayah dan ibu. Dan terutama Prita takut dengan Yang Maha Melihat".