Karina berlari ke sana sini untuk mencari seseorang yang membawa kabur cokelat nya. Ia sudah menjelajahi ke semua tempat, namun Karina belum juga menemukan nya.
"Sialan! Ke mana lo kabur?! Balikin cokelat gue! Huwaaa!" Karina benar-benar merasa gedeg sekarang. Jika ia menemukan cowok itu sekarang, rasanya ia ingin langsung meninju nya. Sudah berani menabraknya dengan sengaja dan malah mengambil coklat nya seperti maling.
Padahal, ini adalah cokelat pertama buatan nya. Dan dia juga membuat nya dengan sepenuh hati. Tapi, bisa-bisa nya cokelat tersebut berakhir begini.
Ternyata begini rasanya punya rival yang terang-terangan. Terlebih lagi rivalnya itu cowok.
Gadis itu menghela napas nya. Kemudian, ia memilih untuk kembali ke kelas nya saja. Ia sudah tak peduli lagi sekarang. Mood nya benar-benar hancur. Mungkin saja ia akan segera membuat boneka santet saat sampai ke kelas nanti.
***
Emy menenteng 2 paper bag berukuran sedang. Ia berniat untuk membagi-bagikan cokelat nya hari ini. Sama seperti hari valentine yang sudah-sudah.
Namun, mata nya menangkap gelagat aneh dari seseorang yang cukup membuatnya jengkel akhir-akhir ini. Tapi ... sepertinya ia kenal dengan paper bag itu, karena mereka membeli nya bersama.
Emy merasa curiga jika ada yang tak beres. Dengan cepat sambil sembunyi-sembunyi, Emy mengikuti langkah cowok itu.
Ke mana cowok akan pergi?
Dan tanpa disangka-sangka, cowok itu ternyata pergi ke tempat pembuangan sampah. Dan dia langsung membuang paper bag berwarna merah muda itu ke sana.
Emy melototkan mata nya. Bagaimana pun juga, tindakan nya itu sudah sangat keterlaluan. Karena Emy tahu, bagaimana tulusnya Karina saat membuat cokelat tersebut.
Emy merasa jengkel dan marah. Lalu, dia menghampiri Azri dan langsung mengambil paper bag itu kembali dari tempat sampah.
"Ini bukan sampah," geram Emy.
"Lo ... lo apa-apaan, sih? Lo ngikutin gue?" dengus cowok itu.
Emy berdecak. "Seharusnya gue yang bilang, lo apa-apaan, sih? Kekanakan banget tau, ga? Walaupun lo ga suka, seharusnya lo ngehargain usaha orang lain meskipun sedikit. Bersaing secara adil, bukan main kotor gini," sembur Emy.
Ya ... dia marah sekarang. Dia marah karena usaha tulus sahabatnya malah digagalkan di tengah jalan oleh orang seperti ini.
"Ck! Kalian yang tiba-tiba ngedeketin Ezra. Dia itu anak baik. Dari sekian banyak orang, cuma dia yang mau temenan sama gue. Jangan coba-coba buat ngehasut dia buat main sama cabe-cabean kek kalian."
Emy menatapnya tak percaya. Bagaimana bisa ada cowok dengan modelan begini di dunia? Padahal cowok itu sedikit manis, tapi ternyata sangat menyebalkan.
"Ya ... berarti itu ada yang salah sama kepribadian lo, makanya orang-orang ga mau temenan sama lo!"
"Ap—"
Emy menarik dasi Azri hingga cowok itu membungkuk dan menyamai tinggi mereka. Lalu, Emy mendekatkan wajah nya ke wajah Azri.
Cowok itu terlihat sangat kaget. Bahkan wajah nya memerah seketika. Ah, Emy tahu tipe-tipe ini. Tipe yang takut dengan cewek. Mungkin, Emy akan sedikit menjahili nya.
Emy mengusap pelan dari pipi hingga berakhir ke bibir Azri dengan ibu jarinya. Azri tak bisa berkutik. Tiba-tiba tubuhnya membeku seketika.
"Sumpah, lo ngeselin banget tau, ga? Padahal lo manis gini," tekan Amy bersamaan dengan ibu jarinya yang menekan bibir cowok itu. Jarak mereka sangat dekat sekarang, mungkin hanya berkisar 5 cm saja.
For you information, Emy ini pernah belajar taekwondo dan dia juga adalah tipe cewek yang agresif. Yah ... itulah daya tarik nya.
Cowok itu terlihat panik, dan dengan cepat, dia melepaskan genggaman Emy dari dasinya. Dan wajahnya benar-benar memerah total.
"L-lo ngapain, sih? A-awas aja lo. Sial!" gerutunya dan langsung berlari meninggalkan Emy dengan wajah yang masih memerah.
Emy terkekeh geli. Baru begini saja cowok itu sudah tidak bisa menahan nya. Padahal, Emy ingin menggoda nya sedikit lebih jauh. Dasar!
Emy menghela napas nya. Kemudian, dia kembali ke kelas nya. Ia penasaran apakah Karina sempat memberikan cokelat ini kepada Ezra, atau mungkin tidak sempat karena sudah di colong oleh Azri.
Di sepanjang perjalanan, Emy membagi-bagikan cokelatnya. Baik itu untuk para murid laki-laki maupun murid perempuan.
"Pak Abian! Happy valentine's day!" ujarnya sambil memberikan sebungkus cokelat kepada guru matematika nya itu.
"Oh, Emy! Happy valentine's day too. Kamu keliling sekolah buat bagiin cokelat?" tanya pria itu.
Emy menyengir. "Iya, Pak! Hehe, sekalian kejar maling tadi."
"Maling yang ambil cokelatnya si Karina?" tebak Pak Abian.
"Loh, kok tau?"
"Tadi si Karina koar-koar, teriak maling di sepanjang koridor sambil lari-larian," kekehnya.
Emy menepuk jidatnya. Ya ampun, kasihan sekali Karina.
Emy lalu berpamitan kepada Pak Abian dan melanjutkan perjalanan ke kelasnya.
"Karina!" panggilnya begitu sampai di dalam kelas.
Namun, bukan nya menyahuti panggilan Emy, gadis itu malah senyam senyum sendiri sambil memandangi sebungkus cokelat yang ada di hadapannya seperti orang bodoh.
"Dia kenapa?" tanya Emy kepada Kaila yang juga masih menatap Karina.
"Udah sinting dia. Dari tadi senyam senyum kek orang bego gitu," decak Kaila.
"Loh, Emy! Dari mana aja? Sini sini, gue mau ceritain sesuatu," ujar Karina yang sepertinya sudah tersadar.
Terlihat Davira dan Kaila yang menghela napas nya, kemudian mereka berdua memasukkan earphone ke telinga secara bersamaan. Emy mengerutkan keningnya, jangan-jangan ....
"Emy Emy, denger! Tadi 'kan Ezra kasih gue cokelat. Padahal kalo valentine yang ngasih cokelat itu harusnya cewe 'kan, ya? Tapi, tapi ini Ezra yang ngasih ke gue. Dan lo tau apa? Katanya ini dia sendiri loh yang buat. So sweet banget ga, sih!" tuturnya panjang lebar dengan nada yang membuat Emy bertanya-tanya, apakah benar ini Karina yang dikenal nya?
Gadis itu benar-benar terlihat seperti baru pertama kali kasmaran. Seperti anak yang baru puber.
Pantas saja Davira dan Kaila sampai menutup telinga nya segala. Ini pasti karena Karina yang terus menceritakannya berulang kali kepada mereka. Seperti yang dilakukan nya sekarang kepada Emy.
Emy terlihat menghela napas panjang dan mengusap wajah Karina. "Sadar woi sadar!" ujar Emy yang merasa jengkel. "Ini cokelat lo," lanjut Emy dan menyerahkan paper bag berwarna merah muda itu kepada Karina.
"Loh, dapet dari mana? Gue kejar-kejar nih maling tapi ga ketemu-ketemu."
'Ga mungkin 'kan gue bilang dari tempat sampah,' ujar batinnya. Ia takut jika mengatakan yang sebenarnya kepada Karina, gadis itu nanti nya malah akan tambah mengamuk dan bisa saja menjadi sedih.
"Pokoknya ada," jawab Emy yang membuat Karina mengerutkan keningnya.
"Hm ... ya, udah, deh, makasih, ya!" Emy menganggukkan kepalanya.
***