"Jadi, hari ini sebelum pulang lo mau ke klub fotografi dulu, gitu?" tanya Kaila setelah keheningan yang terjadi beberapa saat lalu.
"Iya, ke klub dulu," angguk Karina.
"Kalo Emy sama Davira, gimana?"
"Gue ada janji nge-date sama seorang cowo," jawab Emy sambil memperlihatkan jadwal kencannya dengan beberapa orang. Kaila meringis melihatnya.
"Gue juga ada janji sama Delvin," tambah Davira.
"Heh, loh ... kok, gitu? Gue jadi sendirian, dong!" dengus Kaila yang tiba-tiba saja merasa kesepian. Padahal dia berniat untuk bersenang-senang dengan ketiga sahabatnya hari ini.
"Kaila, emangnya lo ga punya Ayank?" tanya Karina polos yang malah terlihat seperti mengejek. "Padahal Valentine kemaren lo dapet coklat juga, kan?" lanjutnya.
"Oh, itu gue dapet dari mantan pacar gue."
"Mantan pacar?"
"Mantannya yang ke 20, mantan guru lesnya," sahut Emy tiba-tiba.
"What the fuck!! K-ke 20? Trus guru lesnya?" Karina speechless dibuatnya. Ia tahu bahwa Kaila memiliki beberapa mantan pacar, tetapi ia tidak tahu jika deretan mantannya sudah mencapai angka dua puluh. Dan lagi, semua mantan pacar Kaila memiliki umur yang jauh lebih tua.
"Iya. Awalnya hubungan kami cuma sebatas murid dan guru aja, sih. Tapi, rasanya sangat menyenangkan saat posisi kami berganti. Hihi," kekeh Kaila yang sudah mengeluarkan aura hitamnya.
Seperti yang sudah pernah dijelaskan, Kaila ini adalah tipe cewek sadis, namun juga masokis. Hm ... bagaimana, ya, cara menjelaskan dengan bahasa yang baik dan sopan? Pokoknya begitulah intinya.
"Anjirrr! Kukira cupu ternyata suhu! Ngeri ngeri," ringis Karina yang menggelengkan kepalanya seperti orang kerasukan.
"Oh, hubungan kami cuma sebatas ngomongin masa lalu aja sekarang," lanjut Kaila.
"W-wow ... lo hebat banget. Yang penting jangan sampe sama suami orang aja, ya!" deham Karina.
"Iya. Dan setelah gue pikir-pikir, mungkin bakal lebih baik kalo gue punya hubungan yang lebih dekat lagi sama mantan gue." Kaila menghela napasnya.
"Kok, gitu?"
"Soalnya 'kan sekarang gue jadi nganggur, dan bikin bosen banget!!"
Karina pikir jika Kaila mungkin saja menyesali hubungannya yang kandas, namun ternyata kenyataannya jauh melenceng. Kaila menyesal mengakhiri hubungannya karena ia menjadi bosan sekarang?
"Kaila ...," panggil Karina.
"Selain itu ... gue juga punya teknik baru, nih!" ujarnya yang tidak mengindahkan panggilan Karina. Kaila mengeluarkan sesuatu dari saku roknya yang membuat wajah Karina memucat seketika.
Ya, itu adalah cambukan, tetapi berbeda dari cambuk yang kalian bayangkan. Atau mungkin itu malah terlihat seperti sebuah tali dengan ukuran yang besar? Hm ... kalau kalian mengerti tentang S&M pasti kalian tahu cambuk apa itu.
"Wihh, beneran sadis nih bocah!" seru Emy.
"Kalian tau? Teknik ini bisa buat gantung orang seperti cangkang keong dengan satu tali," jelasnya yang terlihat bangga.
"Anjay, keren bener, dah!" sahut Emy yang entah mengerti dengan perkataan Kaila berusan. Pasalnya, kalau ia mengerti, ia tidak akan memberikan pujian seperti itu.
Karina meneguk ludahnya dengan susah payah. Dan dengan pelan, ia mulai merangkak keluar. Ya, gadis itu sedang mencoba untuk kabur sekarang.
Namun, usaha tersebut sepertinya sia-sia saja, karena Emy sudah memegang bahu Karina sekarang dengan senyum manis yang terpampang di wajahnya.
"Kalo gitu, silakan dipraktekkan!" ujar Emy yang dihadiahi sumpah serapah dari Karina. Ia merasa Emy seperti sedang berkhianat terhadapnya.
"B-bentar ...!"
"Maaf aja, nih, ya," ucap Kaila yang sudah melakukan pemanasan dengan menarik-narik tali tersebut. Juga dengan smirk devil yang menghiasi wajahnya.
"Kyaaa!! Kaila, wajah lo nyeremin banget, sumpah! Lebih serem dari Sadako!"
Beginilah jadinya, Karina selalu menjadi subjek percobaan hal-hal aneh dari Kaila.
Dan dengan ancang-ancang, Karina langsung berlari ke arah pintu dengan jurus seribu langkahnya.
"Gue mau balik ke kelas dulu!" teriak Karina yang tak dihiraukan oleh Kaila.
Sedangkan Emy dan Davira? Mereka hanya sibuk menonton saja. Bahkan Davira sudah berbaring sambil memakan Snack sekarang.
Tali panjang yang dilempar Kaila hampir saja menyentuh tubuh Karina, namun ....
Bruk!!
Karina menabrak seseorang. Gadis itu meringis kesakitan sambil memegang hidungnya yang berdenyut.
"Wow, ada apa, nih? Bikin kaget aja. Karina dan tali?" ucapnya sambil memegang tali yang tadi hampir saja mengenai Karina.
Karina menatap gadis bertubuh tinggi di hadapannya.
"Loh, Aya? Maaf, tadi gue nabrak lo."
Ya, dia adalah Aya, salah seorang temannya dari kelas yang berbeda. Gadis itu memiliki tubuh yang tinggi karena dikenal suka berolahraga. Tunggi Karina saja hanya sampai se bahunya saja.
"Ga apa-apa. Kaila-nya ada?"
"Ada, sih, tapi ...." Karina menjeda kalimatnya dan mulai melirik Kaila yang berada jauh di belakangnya.
"Aya, bisa gak lo lepasin talinya?" desis Kaila dan mulai mendekat ke arah Karina dan Aya.
Reflek, Karina langsung bersembunyi di belakang tubuh Aya yang tinggi.
"Oh, maaf maaf."
"Ada perlu apa?" tanya Kaila masih dengan tatapan kesalnya sambil mengarahkan tali tadi—seperti mencambuk—ke arah Aya. Namun ajaibnya, Aya dapat menahan semua serangan yang Kaila arahkan kepadanya.
"Hari ini, anggota tim voli kelas XII dan pelatihnya lagi ga ada. Jadi gue pikir lo mungkin aja pen datang buat main," jelas Aya.
"Voli putri?"
"Iya. Tim putih lawan tim merah."
"Oke! Gue mau ikutan!" jawab Kaila yang ekspresinya tiba-tiba saja berubah menjadi cerah. Secerah layar hp ibu.
Karina hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Namun, ia merasa seperti ada sesuatu yang terlupa. Hm ....
"Tadi 'kan gue nabrak Aya, tapi kok, dadanya keras banget, ya? Hidung gue aja masih sakit sampe sekarang. Padahal 'kan dia cewe," gumam Karina pelan pada dirinya sendiri.
Ah, entahlah! Berpikir itu sungguh melelahkan.
***
Karina menghela napasnya berkali-kali. Ia melangkahkan kakinya keluar kelas. Namun, matanya tak sengaja menangkap sosok yang akhir-akhir ini sangat ingin dilihatnya.
"Karina, mau ke klub, ya?" Ezra menghampiri Karina. Gadis itu mengangguk mengiyakan. "Kalo gitu, ayo bareng!" ajak Ezra.
Tentu saja Karina sangat senang dengan ajakan tersebut, bahkan hatinya berbunga-bunga sekarang. "Okeee!!" jawabnya antusias.
Namun, pandangannya sangat terganggu saat melihat seseorang yang begitu menatap tajam dirinya. Bahkan setajam silet. Jika tatapan dapat membunuh seseorang, maka mungkin saja Karina akan terbunuh sekarang.
"Ezra, gue juga mau ikut ke klub!" pinta seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Azri, seseorang yang selalu mengekori Ezra ke mana pun dia pergi.
Jujur saja, dia terlihat sangat menyebalkan.
"Huh? Gak boleh. Lo 'kan bukan anggota klub," tolak Ezra.
"Tapi, kalo lo sama cewe ini gue bakal khawatir banget!" lanjut Azri yang masih kekeh membujuk Ezra.
'Hellow? Memangnya gue itu apaan sampe lo harus khawatir lebay gitu? Gue ga makan manusia kali!!' protes Karina dalam hatinya.
***