"N-nilai paling tinggi kalian berapa?" tanya Davira yang entah kenapa malah merasa gugup. Padahal pertanyaan itu ia tujukan untuk teman-temannya.
"Biologi 15," cicit Kaila.
"PKN 20," lanjut Emy.
"Kimia 25," akhiri Karina.
"J-jelek banget!" jerit Davira tertahan. Bagaimana bisa nilai teman-temannya begini?
"Kalo gitu nilai terendah kalian berapa?" Sebenarnya tanya bertanya pun Davira sudah tahu jawabannya. Mereka itu tidak ada lagi harapan.
"Ga bakal gue kasih tau!" sahut Kaila cepat dan masih dengan ekspektasi wajah yang suram. Tak jauh berbeda dengan Karina dan Emy.
"Sekarang harus gimana, dong? Satu semesteran gue belum pernah dapet nilai di atas 50!" ringis Karina. Gadis itu memeluk erat kedua lututnya sambil sesekali mengerutuki otaknya yang bodoh.
"Mana remedial nya diadain dalam empat hari! Argh ...!" jerit Emy merasa frustrasi.
"Ambil hikmahnya aja, gaess! Mungkin semesta mengajarkan kita tentang apa artinya menyerah di waktu yang tepat," sela Kaila yang memang terlihat sudah pasrah.
"Sesat! Belum juga berjuang udah nyerah aja," sanggah Davira yang sudah berulang kali mengembuskan napasnya lelah.
"Gimana kalo gue bantu ajarin kalian belajar? Tapi di rumah gue aja, ya," tawar Davira yang mencoba untuk memecahkan persoalan sahabat-sahabatnya. Meskipun waktunya tinggal sedikit, namun setidaknya dia harus berjuang juga, bukan?
Karina, Emy dan Kaila langsung menatap Davira dengan wajah berbinar.
"Serius? Lo mau bantuin?" celetuk Karina masih dengan wajah yang berbinar. Pasalnya, Davira adalah tipe anak yang sangat mageran, meskipun dia pintar di bidang akademik. Saat mereka hangout bersama, Karina lah yang selalu menyeret Davira agar dia bermain bersama mereka.
Davira mengangguk. "Lagian gue juga ga mau naik kelas sendirian."
"Aaaaaa maacihh!" Karina berujar dengan nada yang terdengar menjengkelkan.
"Tapi ... lo sanggup ngajarin kita bertiga sendirian? Kami bertiga, lho!" ucap Kaila yang merasa khawatir dengan Davira. Bisa-bisa nanti gadis itu malah tumbang karena mengajari mereka bertiga yang kapasitas otaknya tidak tertolong.
"Hm ... mungkin gue bakal ajak seseorang lagi buat bantuin kalian. Tapi, gue lebih suka kalo ga minta bantuan dia, sih ...." Davira terlihat mengutak-atik ponselnya.
"Jangan bilang ... lo mau ajak pacar lo?" tebak Emy.
"Wihh, boleh juga, tuh! Sekalian kenalan, soalnya gue cuma liat fotonya lewat pp wa lo doang," seru Kaila yang terlihat semangat.
"Yeay! Akhirnya kita bakal ketemu pacarnya Davira!" sorak Karina yang sepertinya sudah melupakan tujuan awalnya.
"Hm ... gitu, ya?" balas Davira yang malah terlihat murung. Jangan salah, meskipun ekspresi wajahnya datar, ketiga sahabatnya mampu membaca dari raut wajah tersebut.
"Kenapa? Ada apa?" bisik Karina kepada Kaila yang tepat berada di sebelahnya.
"Keknya ada masalah. Kemaren dia cerita kalo mungkin aja mereka bakal putus," balas Kaila sambil berbisik juga.
"Lah, serius?" tanya Emy yang ikut penasaran.
"Hm ... Kalo gitu besok aja gimana? Berhubung Sabtu dan kalian bisa nginap juga," sela Davira yang membuat ketiga sahabatnya kembali fokus ke arahnya.
"Boleh boleh! Yeay, pajama's party!" Lagi-lagi Karina melupakan tujuan utamanya. Gadis itu bahkan terlihat sangat senang.
"Nanti kita beli cemilan yang banyak, ya," timpal Kaila yang tak kalah semangatnya dari Karina.
"Gimana kalo pulang sekolah aja kita langsung mampir ke minimarket?" usul Emy.
"Be-la-jar! Bukan pajama's party, tapi be-la-jar!" potong Davira dengan raut wajah kesal.
"I-iya," deham Karina, Emy dan Kaila secara bersamaan.
***
Ting tong~
Karina memencet bel rumah Davira dengan semangat.
"Permisiiii! Kami sohib-sohibnya Davira ingin datang bersilaturahmi!"
Kaila menepuk pundak Karina gemas. "Kalem, woi! Rumah orang ini," bisiknya.
Mereka sekarang menenteng banyak sekali kresek yang berisikan makanan ringan. Sepertinya mereka memang berniat untuk piknik.
Ceklek!
Pintu terbuka dan menampilkan sosok wanita cantik dengan senyum ramah di wajahnya. Sekali lihat juga pasti tahu bahwa wanita ini adalah mamanya Davira. Tidak mungkin kakak Davira karena gadis itu adalah anak tunggal.
"Ya ampun, kalian udah dateng? Sini masuk dulu," ajak wanita itu dan mempersilakan Karina dan Kaila masuk.
Keduanya mengangguk dan tersenyum sopan.
"Emaknya Davira masih muda, ya? Mirip Davira, tapi cakepan Emaknya. Wajahnya adem-adem ayu gimana gitu," bisik Karina yang langsung di balas cubitan di pipinya oleh Kaila.
"Dibilangin ini rumah orang," decak Kaila dengan sifat Karina yang terkadang sangat blak-blakan.
Mereka pun langsung menuju ruang santai di rumah Davira yang sekarang dijadikan markas tempat mereka belajar.
"Kalian telat banget, woi! Ngaret jalannya apa gimana?" protes Emy yang ternyata sudah terduduk santai di ruangan itu.
"Loh, Emy nyampenya cepet banget." Karina meletakkan tas dan juga kantong belanjaan yang tadi penuh di tangannya di pojok ruangan.
"Ini karena gue serius mau belajar tau! Bukan buat pajama's party kek kalian. Lagian kenapa kresek kalian banyak banget coba?" gerutu Emy.
"Ga apa-apa, dong! Kapan lagi coba?" Karina dan Kaila menempelkan bokongnya di samping Emy.
"Sok iye si Emy," ledek Kaila.
"Siapa mau air putih?" teriak Davira yang tiba-tiba saja sudah berdiri di ambang pintu.
Karina mengangkat tangannya. "Gue mau jus apel tapi pake coklat, trus pake es, ya!" pinta Karina dengan tak tahu malunya.
"Gak nanya sama lo. Ditawarin apa mintanya apa," sembur Davira.
Dan dari samping Davira muncul cowok dengan tubuh tinggi dan juga berwajah tampan.
"Wah, jangan-jangan ...."
Cowok itu menyela Perkataan Karina dan berkata, "Yups, bener banget. Gue pacarnya Davira. Nama gue Delvin, salam kenal semuanya. Gue udah banyak denger tentang kalian." Cowok yang bernama Delvin itu mendekat dan langsung menjabat tangan Karina dengan semangat.
"Oh, ya, kalo ada waktu luang, ayo kita cosplay sama-sama! Gue yakin kalain bakal cocok banget!" lanjutnya.
'W-wibu?!' Begitulah reaksi batin Karina, Kaila dan Emy. Ternyata pacarnya bersifat kebalikan dari Davira.
"Delvin, kamu bakal buat mereka terganggu, lho!" tegur Davira yang dibalas cengiran dari cowok itu.
"Hehe. Ya, udah, aku ambilin minum dulu, ya!" pamit Delvin dan keluar dari ruangan tersebut.
"K-kamu?" ucap Karina begitu Dalvin keluar.
"Kyahahahah!" Kaila malah tertawa mendengarnya.
"Cie yang pake aku-kamu. Co cuwitt banget, sih. Jomblo mah bisa apa," ledek Emy.
"Jomblo mam kuaci aja hiks." Entah sejak kapan Karina sudah mengelupas begitu banyak kuaci. Ia menumpuk kuaci yang sudah dikelupas di satu tempat, dan dengan kurang ajarnya, Kaila malah mengambil tumpukan kuaci itu dan memasukkannya ke dalam mulut hingga tinggal setengah.
"Happ! Masuk perut," ujar Kaila dengan cengiran yang menurut Karina sangat menyebalkan.
"Kyaaa!! My kuaci!! Balikin kuaci gue! Pokoknya balikin, huee!!" rengek Karina yang merasa sangat kesal. Gadis itu bahkan kini sudah menarik-narik rambut pendek Kaila yang lebih terlihat seperti jambakan.
"Oh, dia udah dateng."
***