Chereads / CRUSH (My Fireflies) / Chapter 14 - Malam Berbintang Sama Ayang

Chapter 14 - Malam Berbintang Sama Ayang

Angin malam yang berembus seharusnya terasa dingin saat menusuk kulit. Namun, entah mengapa kali ini malah terasa hangat. Entah karena musim panas yang sudah tiba, atau karena ada sosok orang yang disukainya akhir-akhir ini di sampingnya. Entahlah, gadis itu tidak tahu.

Mereka berjalan beriringan, tanpa sepatah kata pun. Sebenarnya, Karina ingin mengatakan banyak hal. Namun anehnya, ia malah merasa gugup sekarang. Tidak seperti dirinya yang biasa. Dan perasaan seperti ini, baru pertama kali dirasakannya.

"Mau mampir di minimarket dulu?" tawar cowok itu kepada Karina.

"Hm? O-oke." Karina menganggukkan kepalanya.

Minimarket itu terletak persis di samping rumah Davira. Kemudian, cowok itu masuk ke dalam minimarket, sedangkan Karina menunggu di bangku depan minimarket tersebut sambil menatap langit.

Ia sudah lama tidak menatap hamparan langit malam. Dan beruntungnya, langit di malam ini terlihat begitu indah. Banyak bintang kerlap kerlip yang berhamburan.

Mungkin, Karina akan mengantar Ezra sampai sini saja. Meskipun ia ingin mengantar cowok itu sampai halte di depan sana, pasti Ezra akan menolak mentah-mentah dengan alasan bahwa ia seorang perempuan—bahaya keluar malam.

Tak lama, Ezra keluar dari minimarket sambil membawa 2 cup chocolate hangat. Ah, ternyata dia ingin membeli minuman.

"Minum dulu," ujar Ezra dan memberikan Karina cup tersebut.

"Makasih." Gadis itu menerimanya dengan senang hati. Minum bersama di bawah langit malam bersama crush. Kapan lagi kesempatan seperti ini akan datang?

Anehnya, Karina tidak bisa mengobrol sama sekali dengan Ezra. Ini membuatnya frustrasi. Padahal, ia bukan tipe cewek pemalu atau sejenisnya.

"Ternyata seru, ya, belajar bareng." Ezra membuka suaranya duluan membuat Karina ikut menatapnya dengan bingung.

"Masa, sih?"

Menurut Karina, memang seru karena bisa belajar bersama Ezra. Akan tetapi, lebih seru lagi kalau mereka bisa bersama seperti jalan-jalan, hangout, atau seperti sekarang. Fyi, Karina tidak suka belajar.

Ezra tersenyum tipis. Sangat tipis sekali hingga tidak bisa disebut sebagai senyuman.

"Ini pertama kalinya gue belajar bareng gini. Dan ini juga pertama kalinya gue punya teman sebanyak ini," jelasnya yang membuat Karina tertegun.

Karina pikir, Ezra adalah anak yang punya banyak teman. Meskipun terlihat sedikit kikuk dan dingin, Ezra adalah anak yang baik. Lagipula, wajahnya cukup tampan, bukan? She mean, kebanyakan orang pasti ingin berteman dengan orang-orang tampan dan cantik. Atau mungkin juga tidak.

Tetapi, Karina tidak berniat untuk bertanya lebih jauh. Rasanya seperti lancang saja karena mereka baru banyak mengobrol hari ini.

"Pasti ngantuk, ya, kalo belajar sendiri?"

Ezra terkekeh pelan saat mendengar perkataan Karina. "Iya, bikin ngantuk."

"Maaf, ya, kami udah nyita waktu lo di weekend gini." Karina merasa tidak enak. Pasalnya, ia tahu bahwa Ezra selalu sibuk dengan kerja part time.

Ezra menggeleng. "Ga apa-apa. Soalnya hari ini seru banget. Bisa dijadiin healing."

Karina sontak tertawa. Menurutnya, perkataan Ezra sekarang sungguh tak masuk akal. Boro-boro healing, Karina malah semakin stress.

"Belajar kok jadi healing, sih? Yang ada stress tau!" ujar Karina di sela-sela tawanya.

Pantas saja nilai Ezra bagus. Ternyata belajar menjadi healing nya.

"Makasih untuk hari ini."

Karina menggeleng. "Gak gak gak! Seharusnya gue yang bilang makasih, karena udah ngajarin gue hari ini. Makasih banyak," ucap Karina sopan.

"Sama-sama. Ya, udah, gue pulang dulu," pamitnya. Karina menganggukkan kepalanya.

"Hati-hati," ucapnya sambil melambaikan tangannya ke arah Ezra.

Ya ampun, bukankah ini biasanya dilakukan oleh sepasang kekasih? Jantung Karina semakin tak karuan dengan debaran yang tak diundang.

Ia harus cepat-cepat kembali ke rumah Davira dan menceritakan kepada sahabat-sahabatnya bahwa ia sudah melakukan proses yang signifikan. Bukankah bisa mengobrol berdua seperti tadi adalah proses yang lumayan pesat?

'Pasti gue berjodoh sama dia,' batin Karina. Dan jangan lupakan tampang bodohnya yang sedang dimabuk asmara. Tampangnya benar-benar konyol sekali dengan senyuman yang tak pernah luntur di bibirnya.

***

Di sisi lain, sepasang sejoli ini juga berjalan santai saling beriringan. Awalnya, kedua insan ini hanya saling berdiam saja.

"Kamu ga marah lagi sama aku?" tanyanya setelah keheningan yang cukup lama.

Sayangnya, si perempuan masih diam saja tanpa berniat menjawab pertanyaan dari sang kekasih.

"Katanya kamu sampe mau putus dari aku?" lanjutnya.

"Pasti Kaila yang bilang, ya?" Akhirnya sang kekasih mau merespon juga

Davira menghela napasnya. Sungguh, ia tidak marah. Ia hanya sedikit kesal saja dengan sang pacar.

"Aku minta maaf. Tapi, event kali ini adalah event yang besar. Jadi, aku harus lakuin ini," jelas Delvin.

"Harus banget?" Davira mengerutkan keningnya tak suka.

"Iya, harus."

"Harus banget kamu Photoshoot sama cowo? Ga bisa gitu kalo yang jadi pasangan Photoshoot kamu cewe?" gerutu gadis itu.

"Bukan aku yang nentuin."

Sebagaimana yang kalian tahu bahwa Delvin sangat gemar ber-cosplay. Dan kali ini, akan ada event besar-besaran yang sudah dinantikan oleh semua cosplayer.

Untuk mengikuti event ini, para cosplayer harus mengambil nomor acak untuk memilih karakter yang akan diperankan saat Photoshoot.

Meski hanya untuk Photoshoot saja, Davira sangat kesal karena Delvin malah mendapat peran karakter bl—boys love—dan harus melakukan Photoshoot mesra dengan lelaki lainnya.

Davira tidak masalah jika pasangannya itu cewek, karena menurutnya itu wajar. Tetapi, kenapa harus cowok? Davira kesal akan hal itu.

"Huffth ... untuk kali ini aja," jawab Davira yang membuat Delvin tersenyum sumringah.

"Makasih banyak, Davira-nyan~"

Delvin memeluk erat Davira. Ia sangat beruntung karena memiliki pacar yang pengertian. Sangat jarang seseorang mendukung apalagi berpacaran dengan seseorang yang hobi ber-cosplay sepertinya.

"Maaf," lirih Davira pada akhirnya. Ia merasa bahwa tindakannya akhir-akhir ini yang selalu mengabaikan sang pacar sangatlah keterlaluan.

Delvin menggeleng. "Davira ga perlu minta maaf, karena Delvin suka banget sama Davira!!" teriaknya. Reflek, Davira mencubit pinggang Dalvin. Meskipun tidak banyak orang yang berlalu-lalang di sini, tetap saja akan memalukan jika ada yang mendengar.

Berbeda dengan cewek kebanyakan, Davira adalah tipe yang sangat sulit mengungkapkan isi hatinya. Dia juga tidak pandai berbicara dan mengungkapkan langsung apa yang dirasakannya. Meskipun begitu, Dalvin tetap tulus menyukai Davira. Termasuk sifat Davira yang tidak bisa jujur terhadap perasaannya sendiri.

***

Setelah mengerjakan remedial kurang lebih 5 jam, akhirnya Karina, Kaila dan Emy keluar dari ruangan yang tak jauh berbeda dari neraka itu.

"Sialan! rasanya gue mau muntah huwekk ...." Karina memegang perutnya. Rasanya, setengah rohnya sudah tersedot keluar. Tak jauh berbeda darinya, Kaila dan Emy pun merasakan hal yang sama.

Rasanya, baru kali ini mereka berjuang separah ini. Hanya demi naik kelas. Semoga saja nilai remedial kali ini bagus, setidaknya di salah satu mata pelajaran.

***