"Oh, dia udah dateng," ujar Davira sambil berjalan ke arah pintu.
"Siapa, Dav?" tanya Emy yang sudah mengalihkan pandangannya dari Karina dan Kaila. Melihat mereka saja membuat batin jadi lelah.
"Masih ada yang dateng? Bukannya ini udah semuanya?" tanya Kaila di sela pertikaiannya dengan Karina. Emy mengendikkan bahunya tak tahu.
"Ini minumnya. Silakan dinikmati." Kedatangan Delvin membuat mereka mengalihkan atensinya. Delvin membawa nampan berisikan 6 gelas minuman. Kemudian, cowok itu meletakkan masing-masing gelas di hadapan Karina, Kaila dan Emy.
"Woah, makasih jus jeruknya!" lontar Karina setelah merasa lelah berdebat dengan Kaila yang tak kunjung habisnya. Padahal tadi ia memesan jus Apel, kenapa yang datang malah jus jeruk? Mungkinkah pendengaran Delvin bermasalah?
"Permisi!" Suara seseorang yang baru saja datang itu kembali mengalihkan atensi mereka.
Namun, yang responnya luar biasa lagi-lagi hanyalah Karina. Gadis itu bahkan sampai menyemburkan minuman dari mulutnya karena kaget.
"E-ezra?! Kok, bisa ada di sini?" heran Karina. Kaila menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengelap mulut Karina yang basah karena minuman tadi.
"Oh, halo! Semoga acara belajar bersama kita hari ini dapat berjalan lancar," jawab Ezra dengan tampang serius.
Memangnya dia kira ini acara apa? Karina menepuk jidatnya sendiri.
"T-tapi kenapa Ezra bisa ada di sini?" lanjut Karina masih dengan pertanyaannya di awal. Karena menurutnya, tidak ada satu pun di antara mereka yang dekat dengan cowok itu, termasuk dirinya.
"Gue yang ajak. Soalnya dia juga termasuk ke dalam 20 besar paralel. Dan lagian lebih efektif kalo yang ngajar 1 orang 1," terang Davira.
"G-gitu, ya ... 20 besar paralel," gumam Karina dengan wajah yang masih terkejut. Lucu sekali melihat gadis itu yang gelalapan sekarang.
'Ternyata dia orang pinter. Jadi makin suka,' batin Karina yang berteriak kesenangan.
"Davira best, deh! Pengertian banget," Emy mengacungkan jempolnya, tapi matanya malah menatap ke arah Karina seakan memberi kode.
"Karena semua personil udah lengkap, jadi kita mulai pembelajarannya sekarang!" titah Davira yang diangguki oleh mereka semua.
"Yang paling bodoh, gue yang ajarin," lanjutnya. Kaila langsung meneguk ludahnya. "Lalu, Karina bakal diajarin oleh Ezra." Karina bisa merasakan wajahnya memanas dan jantungnya yang berdegup kencang.
"Dan Emy bakal diajarin sama Delvin," akhirinya. Berbeda dengan Kaila dan Karina, Emy dan Delvin malah terlihat lebih bersahabat. Mereka bahkan melakukan high five bersama.
"Ganbatte semuanya!" ujar Delvin.
"Iya, ganbatte semuanya!" balas Emy meskipun ia tidak tahu apa artinya. Yang pasti, itu adalah kata-kata penyemangat.
"Kenapa cuma gue yang namanya ga disebutin? Hiks," gerutu Kaila. Pasalnya, Davira hanya menyebutkan yang paling bodoh saja.
"Sabar, ga apa-apa, kok!" kilah Karina sambil menepuk keras pundak Kaila. Sepertinya dendam kuaci tadi masih belum tertuntaskan.
Dan di sinilah mereka sekarang. Belajar dengan sekuat dan kalau bisa melebihi kapasitas otaknya. Karena mau tak mau, dalam 3 hari lagi mereka akan mengikuti remedial.
Berbeda dengan dugaan awalnya, belajar dengan Davira ternyata cukup melelahkan.
"Ini salah!" Davira memukul bahu Kaila menggunakan rol kayu panjang. Tentu saja tidak sakit karena dia hanya memukulnya pelan. Walau dipukul dengan keras pun, ia yakin bahwa Kaila akan kesenangan sendiri mengingat Kaila yang rada-rada masokis dan juga sadis. Tapi, Davira tidak mau itu terjadi, karena takut mengganggu konsentrasi belajarnya.
"Ingat dulu dari simbol-simbol rumus ini, baru bisa masukin ke si x," lanjut Davira.
"Kenapa cuma gue yang gurunya cewe, sih? Gue 'kan juga pengen diajari sama cogan atau cocan juga!" sungut Kaila sambil menunjuk Davira.
"Cocan apaan?"
"Cowo cantik," jawab Kaila yang malah di balas dengan pukulan lagi oleh Davira.
"Bacot! Jangan banyak alesan, deh. Mending lanjut," desak Davira. Meskipun masih menggurutu, Kaila tetap melanjutkan belajarnya lagi.
Namun, pembicaraan tidak penting dari orang-orang di sebelah Davira kembali membuat atensinya beralih.
Davira menatap Dalvin dan berdeham, "Ehem, Pak guru Dalvin, mau saya pecat sekarang?"
"Ma-maaf, akan saya lanjutkan sekarang pembelajarannya sekarang, Bu guru," jawab Dalvin sambil kembali menaikkan kacamata nya tak berkaca.
"Emy, yang serius. Tinggal kelas nanti nangesss," tegur Davira lagi dengan sedikit nada ejekan.
"O-oke," pasrah Emy dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Sedangkan di sebelah sana, Karina berusaha mati-matian menahan degup jantungnya agar tak meledak. Ia sesekali curi-curi pandang ke arah cowok di hadapannya. Lebih tepatnya sudah berkali-kali.
Ia sibuk bergumam dengan batinnya sendiri.
"Pake baju kasual pun dia tetep ganteng banget! Pen cepet-cepet jadiin pacar, asthjjtdsjkijvdyi,' gerutu batinnya.
"Gimana, udah selesai?" tanya Ezra tiba-tiba dan memandangi buku tulis Karina yang masih terisi oleh soal tanpa jawaban.
"Em, itu ...." Karina tergagap.
"Karina," panggil Ezra.
"I-iya." Karina semakin berdebar karena Ezra memanggilnya dengan lembut begitu. Hatinya semakin tak karuan.
"Kalo lo sampe tinggal kelas ga baik, lho! Apalagi udah SMA."
"Eh?" Perkataan Ezra barusan membuat gadis itu membeku seketika. Jujur, ia malu bukan main.
"I-iya." Mau tak mau, Karina pun menambah semangatnya untuk belajar kali ini. Tentu saja begitu, karena yang mengajarinya sekarang adalah sang crush.
***
"Loh, udah jam 9 malem," cetus Kaila saat tak sengaja melirik jam di ponselnya. Dan lagi-lagi Davira menghadiahinya dengan pukulan di lengannya.
"Jangan salah paham! Maksudnya tuh kita udah kemaleman ini," lanjutnya lagi.
"Hm ... tapi seharusnya kalo cowo ga apa-apa 'kan kalo pulangnya kemaleman?" sahut Emy.
"Eyy, mana boleh gitu. Cowok yang baik dan benar adalah mereka yang pulang ke rumah sebelum jam 10 malam. Kecuali kalo lagi kerja, ga apa-apa," tambah Karina yang kini menatap Ezra.
"Kalo kalian bertiga gimana?" tanya Ezra, karena ia tahu bahwa rumah Karina dan teman-temannya berada jauh dari sini.
"Kami bakal nginep di sini," beber Kaila.
"Sambil ngadain pajama's party!" imbuh Emy yang terlihat bersemangat. Padahal, tadi dia yang menyinyir Karina dan Kaila karena datang dengan membawa banyak kresekan.
"Pajama's party? Pasti seru banget!" ungkap Dalvin. Rasanya ia ingin ikutan, namun sayangnya dia berjenis kelamin laki-laki.
"Nganterin Delvin sampe luar sana, Kar!" usul Emy yang diangguki oleh Kaila.
"Hah? O-oke."
Semoga saja jantung Karina tidak meledak.
"Ga apa-apa, kok. Gue bisa pulang sendiri, lagian 'kan gue cowo," tolak Ezra.
"No no no no! Ga boleh. Walaupun cowo, di luaran sana masih banyak orang aneh. Yuk, gue anter aja. Sampe depan itu doang, kok!" tegas Karina.
Seharusnya yang diantar itu cewek bukannya cowok. Namun, itu hanyalah alasan modus Karina saja yang sebenarnya ingin berlama-lama dengan Ezra.
"Kalo gitu, oke deh. Tapi, sampe luar aja, ya?" Karina menganggukkan kepalanya.
***