Chereads / CRUSH (My Fireflies) / Chapter 9 - Pencuri Cokelat

Chapter 9 - Pencuri Cokelat

Setelah yang telah di rencanakan, Karina dan ketiga sahabatnya akan membuat cokelat untuk Valentine di rumah Emy. Meskipun itu hanya persetujuan sebelah pihak saja.

Namun sebelum itu, mereka memilih mampir di supermarket terdekat untuk membeli beberapa bahan. Dan sekarang di sinilah mereka. Di rumah Emy.

Rumah Emy tampak sepi dikarenakan orang tuanya yang bekerja. Dan biasanya mereka baru pulang malam hari.

"Oke, guys! Berhubung kalian itu orang biasa-biasa aja, jadi gue ga bakal basa-basi lagi. Let's go! Kita bakal buat cokelat yang super duper enak!" seru Emy.

"Kasih minum dulu, kek. Kita 'kan tamu," ungkap Karina yang sudah menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri.

"Cih! Tamu itu 'kan kalo berkunjung sekali dua kali. Kalo udah berkali-kali itu namanya bukan lagi tamu. Lagian lo ngapain minta minum kalo udah minum duluan?" cetus Emy yang tak habis pikir dengan teman-temannya.

Lihatlah mereka sekarang! Davira dan Kaila bahkan sudah melahap habis kue kering yang ada di toples. Mereka seperti berada di rumah sendiri. Dasar!

"Muehehehe!" cengir Karina. "Oke, let's go! Kita ga boleh buang-buang waktu!"

Dan akhirnya mereka pun mulai membuat cokelat. Yah ... lebih tepatnya mereka hanya mencampurkan beberapa bahan dan juga cokelat yang sudah jadi, kemudian membentuknya.

Namun, Emy sedikit kewalahan melihat ketiga sahabatnya malah membentuk cokelat dengan bentuk-bentuk yang aneh.

"Lo ngapain?" tanya Emy saat melihat Karina yang terlihat serius.

"Gue lagi bentuk jantung buat ngungkapin gimana dalamnya perasaan gue," jawab gadis itu tak kalah seriusnya.

Emy menghela napasnya. Karina memang bodoh di Matematika, namun dia pintar di Biologi tanpa sebab. Makanya sekarang dia malah membentuk cokelat tersebut dengan bentuk seperti jantung manusia asli. Yang benar saja!

"Heh! Siapa yang mau makan bentukan jantung manusia begini? Creepy tau! Buat laen!" Emy sekarang bak seorang ibu-ibu yang sedang memarahi anaknya.

Karina mengernyitkan keningnya. "Lah, serius? Mantan gue dulu mau makan kue yang gue bentuk kek otak, tuh!" Karina mengingat ingat kejadian dengan salah satu mantannya.

"O-otak?" ulang Emy. Karina mengangguk.

"Gue tebak lo pasti putus habis itu?"

Karina mengangguk lagi. "Kok, tau? Perasaan gue ga cerita, deh, bagian ini."

Emy menghela napas panjang. "Guoblok!" geramnya dan mulai menimpuk punggung Karina berkali-kali. Dia persis seperti emak-emak yang sedang memukuli anaknya sekarang.

"Buat bentuk yang imut. Bisa bentuk love atau apa aja. Inget, ya, bentuk yang imut!" perintahnya yang diangguki oleh Karina.

"Siap, Madame!"

Belum selesai masalah ini, Emy malah melihat kekacauan lainnya. Siapa lagi yang menimbulkannya jika bukan Kaila dan Davira.

"Kalian ngapain?" tanya Emy.

"Emy, liat! Kiyowo, 'kan?" ujar Davira.

Ya ampun, yang benar saja. Memangnya mereka itu cowok. Ya ... sekarang Davira dan Kaila sedang membentuk cokelat dengan bentuk Avengers. Dan kerennya lagi bentukan itu malah terlihat mirip.

Emy menghela napasnya. Dia kemudian mengomeli Davira dan Kaila, lalu menyuruh mereka untuk membuatnya dengan sungguh-sungguh.

Setelah perjuangan panjang selama kurang lebih 4 jam, mereka akhirnya menyelesaikan tugas mereka. Meskipun sebenarnya tugas itu bisa diselesaikan dengan cepat jika saja ketiga sahabat Emy tidak bermain-main.

Yah ... tidak apa-apa. Lagipula tadi seru sekali. Meskipun kekacauan ada di mana-mana.

Setelah membersihkan dapur Emy yang berantakan, mereka pun berpamitan pulang.

Semoga saja besok lancar.

***

Karina berjalan riang di koridor sekolah sambil bersenandung ria. Mood nya sedang bagus sekarang. Gadis itu menenteng paper bag berukuran sedang berwarna merah muda yang berisikan cokelat. Ia sedang menuju ke kelas Ezra untuk memberikannya cokelat yang di buatnya kemarin.

Tiba-tiba saja, matanya menangkap sesosok cowok manis yang sedang berbicara dengan beberapa murid lainnya. Mungkin itu temannya.

Mata mereka bertemu. Karina segera melambaikan tangan dan memanggil cowok itu. "Hey, Raka!!"

Namun, wajah Raka malah terlihat panik saat melihatnya. "G-gue sibuk sekarang!" teriaknya dan langsung berlari begitu saja.

'Kok, kabur? Emangnya gue setan?' batin Karina tak mengerti. Padahal, gadis itu hanya ingin menawarkan cokelat lebih kepada Raka.

"Ya, udahlah," gumamnya sambil mengendikkan bahunya.

Karina akhirnya sampai di kelas Ezra. Kelas 10-6. Gadis itu sedikit mengintip ke dalam, namun ternyata keadaan kelas cukup sepi. Bahkan Ezra pun tidak berada di sana.

Dan ... matanya menangkap seseorang yang dikenalnya. Namun, Karina bingung apakah harus bertanya kepadanya, atau kepada orang lain saja.

Pasalnya, cowok itu terlalu kasar dan blak-blakkan tidak menyukai Karina dan teman-temannya. Tetapi, sepertinya dia teman yang paling dekat dengan Ezra.

Akhirnya, Karina memilih bertanya kepada cowok itu.

"Azri!" panggil Karina. Dan seperti dugaannya, Azri menatapnya dengan sinis. Ya ampun, menyebalkan sekali.

"Liat Ezra gak ke mana?"

Cowok itu lagi-lagi menatap Karina dengan tatapan tak suka, kemudian melirik paper bag merah muda yang berada di tangan Karina.

"Gak tau," sinisnya dan berjalan melewati Karina. Lebih tepatnya dia berjalan sambil menabrak bahu Karina dengan sengaja.

Dikarenakan perbedaan tinggi dan juga postur tubuh mereka yang berbeda, alhasil Karina tidak sanggup menahan tubuhnya dan terjatuh ke lantai.

"Aww! Sakit banget, njir!" ringisnya.

Karina sedang berpikir, bukankah dirinya baru saja ditabrak oleh seorang cowok dengan sengaja? Kalau cewek yang berperilaku seperti itu masih bisa dimaklumi. Tapi, ini cowok yang berperilaku kekanakan seperti sekarang. Ya ampun, tidak gentle sama sekali.

"Woi—"

Karina melihat seseorang yang menabraknya, namun ternyata cowok itu sudah pergi begitu saja. Bahkan tidak mengucapkan maaf apalagi menolongnya.

Karina menghela napasnya. Kekanakan sekali, batinnya. Ia melirik paper bag nya, berharap bahwa cokelat yang ada di dalam sana tidak berantakan. Tapi ... ke mana paper bag nya?

"Lahh! Cokelat gue ke mana, woi? Masa iya tiba-tiba ilang? Jangan-jangan ...." Tiba-tiba seseorang dan kejadian tadi terlintas di benak Karina.

"WOII! AZRI KAMPRET! BALIKIN COKLAT GUE! DASAR MALING! AWAS AJA KALO KETANGKEP, GUE CINCANG LO!" teriak Karina yang membuat semua murid menatapnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Karina ... lapangan panas, tuh!" tegur Pak Abian yang tiba-tiba sudah berdiri di samping gadis itu.

"P-pak, dia maling coklat saya. Anak kelas Bapak loh yang maling coklat saya! Gimana, sih? Dikasih makan dong anak-anaknya. Kesel, ih!" gerutunya.

"Coklat untuk Bapak di jamak tahun depan, ya!" ujar Karina dan langsung berlari. Ia berniat mencari Azri yang membawa cokelatnya.

Pak Abian terkekeh geli. Di jamak katanya. Ada-ada saja, batinnya.

"Oh, namanya Azri yang ambil cokelat saya, Pak! Tolong dihukum, ya! Yang banyak kasih hukumannya," cepunya. Karina benar-benar dendam dengan cowok yang bernama Azri itu sekarang.

Ia tahu, bahwa Azri berniat menggagalkan rencananya untuk memberikan Ezra cokelat. Baiklah, kalau sudah begini berarti bendera perang sudah dinaikkan.

***