Malam ini, Rizal sendirian di rumahnya. Kedua orang tuanya sedang pergi ke luar kota untuk menyelesaikan bisnis mereka.
Rizal menonton TV di ruang tengah, seperti biasa ia lebih suka menonton film kartun animasi daripada film lain. Kali ini ia tengah asik menonton film SpongeBob, sesekali Rizal terbahak melihat tingkah patrik yang lucu.
Namun tiba-tiba lampu rumahnya padam. Seluruh ruangan di rumah itu gelap gulita. Namun tidak dengan TV nya. TV itu tetap menyala di tengah ruangan yang gelap.
"Kok aneh? Kan lampunya mati? Kenapa TV nya masih menyala," gumam Rizal sambil mencoba memencet tombol merah di remot TV nya.
Namun TV itu tetap menyala dan tiba-tiba berubah menjadi layar berwarna abu-abu.
"Ini TV gila apa ya? Kenapa nggak bisa mati sih," kata Rizal yang kesal dan terus memencet tombol off pada remote nya.
Seketika TV itu mati dengan sendirinya padahal remote TV nya sudah Rizal lempar ke sofa karena kesal.
Tidak sampai di situ, tiba-tiba TV itu kembali menyala dengan penampakan sosok laki-laki dengan wajah yang separuh hancur. Siapa lagi kalau bukan Yoga.
Rizal kaget bukan kepalang, dia sampai terjungkal ke belakang pada saat mau lari ke kamarnya. Dengan terbirit-birit Rizal berlari menuju ke kamarnya dan segera menutupi wajahnya dengan selimutnya.
Rizal mencoba membuang rasa takutnya dengan bersembunyi di balik selimutnya.
Nafas Rizal mulai sesak, dan perlahan ia kembali membuka matanya dan membuka selimut yang menutup wajahnya.
Betapa terkejut nya Rizal ketika sosok itu kiji ada k atas wajahnya. Tepat di hadapannya.
"Sstan..." pekik Rizal sambil berlari meninggalkan kamar itu.
Rizal berlari menuruni tangga rumahnya, dengan kaki yang terseok seok, ia terus berlari. Suasana jadi semakin mencekam ditambah dengan lampu yang masih belum menyala.
Rizal jadi ingat dengan ucapannya tadi siang yang membicarakan Yoga. Mungkin arwah Yoga tidak suka jika ada yang membicarakannya.
"Ampun... Ampun..." pekik Rizal ketika sosok itu terus mengejarnya dan semakin dekat dengannya.
Sosok hantu Yoga menampakan wajah seram dan berjalan terus mendekatinya.
"Ampun... Gue minta maaf..." pekik Rizal lagi dengan tangan yang sudah mulai gemetaran.
"Pembunuh! Pembunuh!" kata Yoga sambil terus berjalan mendekati Rizal.
"Maksud lo apa?" sahut Rizal dengan raut wajah yang begitu heran bercampur dengan takut.
"Pembunuh! Pembunuh harus mati!" kembali Yoga mengucap kata-kata yang membuat Rizal merasa bingung.
Karena sudah tidak tahan dengan wajah seram Yoga, akhirnya Rizal terjatuh pingsan di lantai dan arwah Yoga menghilang begitu saja dengan sangat cepat.
***
Keesokan harinya,
Rizal terbangun masih di tempat yang sama. Ia masih teringat betul dengan kejadian tadi malam yang sangat menakutkan.
Rizal sendiri bingung kenapa Yoga terus menghantuinya seperti ini.
Padahal Rizal sama sekali tidak ada kaitannya dengan kematian Yoga yang tragis itu. Atau mungkin Yoga memang ingin membalas dendam kepada Rizal yang dari dulu suka mencari keributannya dengannya? Entahlah.
Sesampainya di kampus, Rizal menghadang Dani yang akan masuk ke kelas.
Dengan tatapan kesal Dani berucap," Apa lagi sih?"
"Gue diganti arwah Yoga tadi malam Dan," sahut Rizal nampak sangat serius.
Sontak Dani sangat terkejut mendengar ucapan Rizal.
'Kenapa Rizal yang dihantui oleh Yoga? Bukan gue? Padahal gue yang udah menyebabkan Yoga meninggal,' gumam Dani membantin. Namun Dan ia mencoba untuk tetap bersikap tenang. Ia tidak i hjn Rizal mencurigainya.
"Lo banyak salah kali sama dia," sahut Dani sambil meneruskan langkah kakinya masuk ke dalam kelas.
"Gue serius Dan," ujar Rizal mencoba mengejar Dani dan mendekatinya sampai di tempat duduknya.
"Ya terus gue harus gimana? Bilang wow gitu?" sahut Dani melirik kesal.
"Lo bantu lah bilang sama dia, jangan ganggu gue lagi. Gue minta maaf kalau gue banyak salah sama dia," kata Rizal dengan raut wajah yang memelas.
"Gue nggak bisa ngomong sama dia, gue bukan indigo!"
Untuk mengalihkan pembicaraan, Dani sengaja mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya. Lalu ia berpura-pura sibuk dan asik dengan gadgetnya itu. Karena merasa kesal, Rizal tiba-tiba menggebrak meja dan menarik kerah Dani.
"Apa-apaan sih lo," kata Dani melepaskan lagi dengan paksa.
"Gue kesel sama lo. Dari tadi gue ngomong tapi lo cuekin gue," sahut Rizal dengan mata sedikit melotot.
"Bukan urusan lo. Terserah gue lah mau ngapain juga," sahut Dani masih cuek.
Mendengar ucapan Dani yang membuat Rizal semakin kesal. Rizal seolah sudah kehabisan akal dan ingin sekali menonjol wajah Dani yang menjengkelkan itu. Namun sayang, belum sampai kepalan tangan Rizal mendarat di wajah Dani, lagi lagi penampakan Yoga muncul di hadapannya.
Tepat di belakang Dani. Dan itu membuat Rizal mengurungkan niatnya untuk memukul Dani dan dengan cepat ia kembali duduk di bangkunya.
Yoga nampak masih duduk di bangku sebelah Dani.
Seperti yang diketahui banyak orang, Dani dan Yoga adalah sahabat sejati. Siapapun yang berani menyakiti satu diantara mereka maka satu yang lainnya akan melindungi. Sekali pun itu dalam situasi yang berbeda sekarang.
"Aneh banget tuh anak, kenapa nggak jadi mukul?" gumam Dani pelan sambil melirik ke arah Rizal yang tiba-tiba terlihat gugup dan pucat.
Bahkan untuk kembali menoleh ke belakang saja Rizal tidak berani lagi. Karena Yoga masih terus mengawasinya dari sana.
Bulu kuduk Rizal langsung merinding ketika ia kembali dihadapkan oleh wajah seram Yoga yang separuh telah hancur.
Hatinya jadi tidak tenang dan selalu gelisah karena arwah Yoga tak hentinya menghantui Rizal di manapun dia berada.
Selesai kuliah semua mahasiswa berhamburan keluar kelas. Namun Rizal masih nampak duduk di bangkunya, melihat tingkah aneh dari Rizal itu, dan ia mencoba untuk menghampirinya.
"Lo nggak pulang?" tanya Dani sambil menepuk bahu Rizal yang dari tadi terlihat diam.
"Gue takut..."
"Masa anak kaya lo bisa takut," ledek Dani terkekeh.
"Gue serius, gue selalu dihantui sama arwah Yoga.
"Gue nggak bohong Dan," sahut Rizal nampak sangat serius. Kali ini Dani mencoba untuk percaya dengan ucapan Rizal. Namun Dani masin merasa heran kenapa jadi Rizal yang dihantui arwah Yoga?
Kenapa bukan dirinya yang sudah jelas dirinya lah penyebab kematian Yoga yang tragis.
"Udah pulang yuk!"
Rizal mengangguk dan beranjak dari tempat duduknya. Dengan memberanikan diri Rizal mencoba untuk menoleh ke arah bangku Yoga. Namun tidak ada apapun di sana. Hantu Yoga sudah tidak ada lagi di bangkunya.
Setelah merasa sedikit lega, Rizal akhirnya pulang ke rumahnya.
Nanti malam Rizal ada rencana untuk menghadiri acara pesta ulang tahu teman SMA nya. Jadi sepulang kuliah ini dia berniat untuk mampir membelikan sebuah kado untuknya.
Sesampainya di rumah, hati dan pikiran Rizal masih tidak bisa tenang. Terlebih malam ini dia masih harus tinggal sendirian di rumahnya karena kedua orang tuanya yang masih belum pulang dari luar kota.
Maka dari itu malam ini dia ingin lebih lama lagi menghabiskan waktunya bersama dengan teman-temannya.