Delvin mengantarkan Ilona sampai masuk ke dalam rumahnya yang besar dan mewah itu, sempat berbincang-bincang sebentar dengan Kenzi juga, sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang.
"Aku pulang dulu ya, sayang," ucap Delvin dengan senyumnya yang mengembang lebar.
Ilona menatap Delvin malas. Ia ingin menahan kekasihnya itu untuk pulang, karena rasanya terlalu sulit.
"Dih, yang, mau pulang sekarang? Beneran?" Ilona bertanya pada Delvin seraya memegang lengan kekar milik kekasihnya itu.
Delvin menoleh pada Ilona dan sekarang mereka berhadapan. Melengkungkan senyum dengan salah satu tangan yang terulur untuk mengacak puncak kepala sang kekasih.
"Kamu kenapa? Aku mau pulang loh ini," ucap Delvin pada Ilona. Senyum manisnya begitu menawan dan terlihat sangat menggemaskan.
Ilona menggembungkan pipinya yang sedikit teman itu. "Aku masih rindu loh, masa udah pulang aja sih," cicit Ilona dengan kepala tertunduk ke bawah.
"Kita udah dari tadi loh ngobrol di dalem, kenapa masih rindu aja?" Delvin benar-benar tidak paham dengan Ilona yang merajuk karena rindu, padahal ia sekarang ada di hadapannya.
Delvin menangkup pipi Ilona yang menggembung tersebut. Melihat kekasihnya merajuk seperti ini, hanya membuat kekehan ringan keluar dari mulutnya.
"Tapi aku masih kangen loh yang, pulangnya nanti sepuluh menit lagi aja, ya?" Ilona mengedipkan salah satu matanya untuk membuat Delvin menuruti permintaannya kali ini.
Delvin tertawa kecil. "Tidak bisa sayang, tadi kita udah lumayan lama loh. Masih kurang? Atau enaknya kita ... nikah secepatnya aja?"
"Ish, kamu mah ... nyebelin banget sih." Ilona masih setia untuk merajuk, sedangkan Delvin hanya bisa tertawa saja dengan tingkahnya. Memang benar-benar menyebalkan, apa semua lelaki seperti itu? Tidak pernah peka.
"Sudah ya, sayang jangan marah terus. Nanti besok aku jemput, kita berangkat ke kantor sama-sama," ucap Delvin dengan janjinya.
"Iya, deh. Dasar lelaki, gak pernah peka sama pengennya cewek, huh." Ilona menggerutu kesal atas sikap Delvin, tapi tidak ingin juga menolak penawaran menggiurkan barusan.
Delvin mencolek hidung Ilona yang mancung tersebut, dan mencubitnya pelan. Ia merasa gemas dengan ocehan tadi yang sempat terdengar, lalu tidak lupa untuk mengacak puncak kepalanya.
"Aku bukan gak peka loh, tapi masih ada urusan lain. Nanti besoo ketemu lagi kok, sampai jumpa," putus Delvin yang kini sudah mulai memasuki mobilnya dan pergi meninggalkan pekarangan rumah Ilona.
Di dalam mobil, Delvin sempat melihat wajah Ilona yang terlihat kesal ke arahnya. "Dasar, kalau dibilang kangen pun, aku juga sama. Lagian, besok juga kita bakal ketemu lagi kok, heran deh sama kaum cewek."
Ilona memasuki rumah dengan memasang wajah cemberutnya. Duduk di samping Kenzi yang tengah sibuk dengan laptopnya juga beberapa berkas di atas meja. Malas sekali, bahkan di rumah saja masih harus bekerja seperti ini, tapi kalau tidak maka hal itu akan semakin menumpuk jika dibiarkan begitu saja..
"Kak," panggil Ilona dengan wajah masamnya.
Kenzi melirik sekilas ke arah adiknya tersebut, dan melihat wajahnya yang seperti kesal. Untuk kali ini, ia tidak perduli dulu karena pekerjaan ini lebih utama dan harus diselesaikan segera.
"Hmm," dehem Kenzi dengan jari jemarinya yang menari di atas keyboard dan tatapan begitu fokus pada layar laptop.
Ilona menarik baju Kenzi. "Kak Kenzi, nyebelin banget sih! Ilo manggil ini, kenapa dijawabnya begitu sih?" rajuk Ilona.
Kenzi menghela napasnya. "Delvin, Delvin, bahaya ini aku kalau dia sampai minta ditemenin pergi keluar," keluh Kenzi yang sudah tahu betul apa kebiasaan dari adiknya.
"Dih, siapa juga yang mau ajak Kakak keluar? Percaya diri banget sih," ledek Ilona saat melihat Kenzi yang hanya memakai kaos oblong warna putih dan celana pendek dengan gambar minion itu.
Kenzi menghela napas leganya. Bersyukur sekali jika kali ini tidak mengajaknya untuk pergi keluar, karena sekarang memang sedang nyaman berada di rumah juga banyaknya kerjaan hingga mengharuskan dirinya lembur dan membawa pulang semuanya untuk dikerjakan di sini.
"Alhamdulillah deh, jadi Kakak gak perlu repot ganti baju." Kenzi tersenyum lebar dan masih fokus untuk mengerjakan tugasnya.
Ilona lagi-lagi menarik ujung baju sang kakak, hingga menghentikan kegiatannya dulu. Ia memang tidak ingin pergi keluar rumah, tapi meminta hal yang lain, misal belikan makanan lewat aplikasi.
"Kakak, nyebelin banget sih, Ilo emang gak mau ajak Kakak keluar karena masa cuman pake itu, tapi sekarang minta yang lain aja," rengek Ilona dengan wajahnya yang menggemaskan.
Kenzi melihat ke arah dirinya yang hanya mengenakan baju santai saja, seketika dalam hatinya bersorak bahwa hal ini bisa menyelamatkan dirinya dari ajakan Ilona untuk keluar.
Namun, saat ada permintaan yang lain, ini tidak bisa dianggap remeh juga. Semoga saja tidak aneh-aneh seperti kemarin hari, meminta dibelikan hal yang dilarang, contohnya seblak dengan level pedas yang luar biasa.
"Memang Adek mau minta apa lagi sekarang? Awas loh, kalau aneh-aneh lagi, Kakak gak mau beliin," peringat Kenzi terlebih dahulu.
Ilona merotasikan bola mata jengah. Ada apa dengan kedua kakak lelakinya itu? Terlalu berlebihan sekali rupanya, padahal umurnya ini sudah bukan lagi anak-anak.
Namun, perlakuannya tetap saja seperti ini, hingga membuatnya bebas bermanja ataupun usil pada kedua kakak lelakinya tersebut.
"Tenang saja, Kak. Ilo pengen ... beliin ayam geprek es boba, terus bakso mercon. Udah itu aja," pinta Ilona pada Delvin yang menghela napas beratnya.
Kenzi melihat ke arah Ilona dengan wajah kusutnya. "Kakak kan lagi ngerjain ini semua, Dek, gimana mau beli semua pesanan kamu itu coba? Ah, ngaco banget sih permintaannya," keluh Kenzi memalingkan muka untuk kembali fokus dengan kerjaannya.
Baru saja tangannya terletak di atas keyboard, Ilona kembali menarik baju Kenzi yang membuatnya mau tidak mau harus menuruti permintaannya tersebut atau akan mengadu pada ibu dan membuatnya akan dimarahi.
"Kak bisa pesen lewat ponsel. Punya smarthpone canggih gitu, tapi gak bisa gunainnya, payah," cibir Ilona seraya terkekeh pelan.
Ilona sengaja mengganggu kesibukan Kenzi, karena rasa kesalnya pada Delvin tersebut membuatnya ingin makan-makanan pedes juga manis. Itu pasti sangat seru, pikirnya.
"Punya smarthpone canggih, tapi gak bisa gunain, payah. Nye nye, ganggu aja hobinya," ketus Kenzi yang semakin membuat Ilona tertawa keras.
Kenzi dengan cepat membuka aplikasi berwarna hijau tersebut, dan memilihkan makanan untuk adik kesayangannya yang tengah uring-uringan karena hal sepele barusan.
Ilona tersenyum lebar. "Unch, Kakak aku kok gemas sekali ya, jadi pengen nyubit ususnya deh," kelakar Ilona yang mendapatkab cibiran dari Kenzi.
Kenzi memberikan ponselnya pada Ilona, yang menampilkan jika makanannya itu sudah selesai dipesan dan tengah proses untuk pengiriman. "Sudah itu doang? Apa ada hal lain lagi, biar Kakak belikan sekarang juga."