Chereads / Apakah Kita Bisa Menyatu? / Chapter 19 - Chapter 19

Chapter 19 - Chapter 19

Di salah satu rumah sakit Singapura

Kenzo masuk ke dalam ruangan Ilona. Ia melihat sang adik yang kini tengah istirahat di atas pembaringan, dengan kedua matanya yang sesekali berkedip.

Rumah sakit ini, sudah mendapatkan pengakuan dari banyak orang akan bagus kualitas pelayanannya. Bahkan, tim medis saja tidak sembarangan, dan pastinya orang-orang yang sudah berpengalaman.

"Ilo, akhirnya sekarang kamu sembuh juga," gumam Kenzo sembari mengelus pelan rambut dari Ilona.

Saat Kenzo tengah terfokus dengan menatap Ilona, salah satu dokter mengahampirinya.

"Permisi, saya ingin bicara dengan anda sebentar." Dokter itu memanggil Kenzo yang tengah fokus untuk menatap adiknya--Ilona.

Saat mendengar suara lain, kini Kenzo membalikkan tubuhnya untuk melihat seorang dokter yang berdiri tidak jauh dari posisinya itu.

Jangan bilang jika dokter di rumah sakit ini, hanya berkewarganegaraan Singapura saja. Namun, Indonesia pun bekerja di sini, dan tentu saja itu membuat Kenzo merasa seperti saudaranya sendiri.

Kenzo kini menatap dokter yang bertanggung jawab atas kondisi Ilona itu. Ia tersenyum, dan sedikit mengangguk.

"Iya, ada informasi apa, Dok?" Kenzo bertanya dengan raut wajah yang sedikit menegang.

Dokter itu kini mengangguk dan menyuruh Kenzo untuk datang di ruangannya saja, untuk pembahasan yang lebih lanjut. Karena, jika berada di dalam kamar pasien, takut terganggu istirahatnya itu.

"Ada, sekarang kamu ikut ke ruangan saya, dan kita bahas semuanya di sana," titah dokter itu sembari berjalan menuju pintu. "Saya tunggu secepatnya."

Kenzo mengangguk. "Baik, Dok."

Kenzo kini berjalan menuju tempat tidur Ilona, dan menatap wajah tenang adiknya itu. Tangannya tergerak untuk menyentuh lembut surai hitam itu, dan kini membisikkan sesuatu di telinga sang adik--yang masih pulas saja tidur.

"Dek, nanti Kenzi akan jagain kamu ... sebentar lagi. Kakak pergi dulu ke ruangan Dokter, ya."

Meskipun tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Ilona, Kenzo tidak menjadikannya masalah.

Melangkah untuk menuju pintu, dan berpapasan dengan Kenzi yang hendak masuk ke dalam.

"Wih, bawa apa itu?" tanya Kenzo pada Kenzi yang berdiri di hadapannya sekarang ini. "Oh iya, Kakak pergi ketemu Dokter dulu, kamu jaga Ilo di sini."

Kenzi mengangguk dan mengangkat ke atas jinjingan yang ada di dalam genggaman tangannya. "Ya sudah, sana pergi temui Dokter saja dulu. Nanti aku sisain makanan buat kamu."

"Siap! Jaga Ilo baik-baik," pesan Kenzo sembari melangkahkan kakinya untuk pergi dari ruang rawat Ilona, dan menuju ke tempat di mana dokter itu berada.

Sesampainya di depan ruangan itu, Kenzo mengetuk pintu kayu yang ada di hadapannya sekarang. Perlahan mulai membuka handle, dan masuk ke dalam untuk melihat sang dokter yang sudah duduk di atas kursi kebesarannya.

"Selamat siang, Dok." Kenzo menyapa dokter itu dengan ramah.

"Siang! Silahkan masuk dan duduk di situ," suruh dokter itu dengan senyum ramahnya.

"Terima kasih." Kenzo tanpa ragu langsung saja duduk di kursi itu, dan menatap dokter yang tengah membaca sesuatu di lembaran kertas yang ada di dalam genggaman tangannya.

Beberapa detik, suasana ruangan begitu senyap tidak ada suara apa pun. Hingga dokter itu kemudian membuka percakapan.

"Begini, Saya ingin memberitahukan kondisi adik anda saat ini." Dokter yang bernama Riyan itu menatap Kenzo dengan mimik seriusnya.

Kenzo mengangguk. "Silahkan! Apa adik saya sekarang sudah ada perkembangan?" tanya Kenzo yang tak kalah seriusnya untuk menatap Riyan--dokter yang ada di hadapannya itu.

"Adik anda sudah ada perubahan, dan kemungkinan beberapa jam ke depan akan siuman. Saat ini masih berada di bawah pengaruh obat tidur, pasca operasi yang dilakukan kemarin hari itu." Riyan kini menjelaskan detailnya pada Kenzo.

Mendengar sebuah kabar yang menggembirakan itu, membuat Kenzo tidak bisa menahan senyumnya. Bagaimanapun, hal yang selama ini dinanti oleh mereka semua, kini akan terjadi dalam hitungan jam saja.

"Apa Ilona sebentar lagi akan siuman? Lalu, untuk kesehatannya sendiri sekarang sudah sejauh mana?"

"Pertanyaan yang bagus. Dia memang sebentar lagi akan siuman, tapi ada satu hal yang perlu anda ingat ... benturan keras di kepalanya itu, membuat dia melupakan kejadian 10 tahun belakang," ungkap Riyan dengan sangat hati-hati, agar keluargannya ini tidak shock dengan kenyataan yang ada.

Kenzo terdiam saat mendengarkan penjelasan dari Riyan. Entah apa yang ada di dalam pikirannya sekarang ini, yang jelas ia sendiri tidak bisa memahami.

Pertama, Kenzo sendiri merasa bahagia karena Ilona akan segera siuman dalam waktu beberapa jam lagi.

Namun, hal paling berat adalah, disaat Ilona dinyatakan kehilangan sebagian ingatannya, dan itu 10 tahun ke belakang.

"Apa Dokter bisa melakukan sesuatu untuk membantu memulihkan ingatan dari adik saya itu?" tanya Kenzo penuh harap.

"Saya sendiri hanya bisa memberikan vitamin untuk memulihkan ingatannya. Namun, jangan pernah dipaksa untuk melakukan hal itu, karena bisa membahayakan nyawanya juga," terang Riyan pada Kenzo dengan seriusnya.

"Maksud dari ... membahayakan nyawanya? Itu bagaimana bisa? Bukankah Ilo hanya amnesia?"

"Iya, dia memang amnesia dan sayangnya jika dia dipaksakan untuk mengingat sesuatu di luar batas kemampuannya, itu akan membuat pembuluh darahnya pecah dan berakibat fatal. Bahkan bisa merenggut nyawa juga," tutur Riyan dengan terang dan lugas.

Kenzo lagi-lagi hanya diam. Ia benar-benar tidak mengerti harus melakukan apa setelah Ilona sendiri bangun nanti, yang jelas sekarang ia harus bisa tegar atas keadaan yang sudah digariskan oleh Tuhan.

Untuk urusan itu, akan Kenzo bicarakan bersama keluargannya yang lain. Mungkin Kenzi--adiknya yang lain paham dengan apa yang terjadi sekarang ini, dan pasti akan ia ceritakan semua ini kepadanya.

"Baiklah, terima kasih atas informasinya, Dok," ucap Kenzo seraya beranjak dari tempat duduknya dan tidak lupa untuk berjabat tangan.

Riyan segera mengulurkan tangannya dan dengan bibir yang melengkungkan senyum. "Sama-sama, nanti saya resepkan vitamin terbaik untuk membantu mempercepat pemulihan otaknya itu."

"Iya, Dok. Sekali lagi, terima kasih," ungkap Kenzo berjalan keluar ruangan itu setelahnya.

Kenzo berniat untuk kembali menuju ruangan Ilona, dengan tubuh yang terasa lemah sekali. Setelah mendapatkan pernyataan dari Riyan--dokter yang bertanggung jawab atas kesehatan adiknya itu, mendadak pikiran-pikiran buruk terlintas di dalam benak.

"Gak-gak, Ilo pasti akan sembuh kok. Lagian banyak yang sama kek gitu, dan dia bisa sembuh." Kenzo yakin di dalam hatinya akan hal itu. "Masalahnya ... aku sering liat begitu hanya di televisi doang!"

"Kenapa sih, Kak?" tanya Kenzi saat keluar dari ruangan Ilona dan mendapati Kenzo yang tengah menggeleng cepat seperti tadi.

Kenzo langsung terperanjat kaget dan melihat Kenzi di hadapannya itu. "Kamu kenapa bisa ada di sini? Jangan bilang dari tadi gak jagain Ilona?"