Chereads / Apakah Kita Bisa Menyatu? / Chapter 21 - Chapter 21

Chapter 21 - Chapter 21

Ilna memandang Kenzo dengan tatapan sendunya, Ia mengira bisa ada di rumah sakit karena tidak menuruti apa yang dikatakan oleh kakaknya, meskipun saat ini tidak mengerti juga alasan kenapa bisa ada di tempat seperti ini.

Bisa dibilang, Ilona juga sangat shock saat mendapati dirinya ada di sebuah ruangan bercat putih dengan bau obat mendominasi.

"Kak ... mungkin sebelum Ilo dibawa ke rumah sakit ini, susah diatur atau bagaimana. Sampai akhirnya kecelakaan itu terjadi, mungkin," terang Ilona dengan wajah yang masih terlihat pucatnya.

Kenzo yang mendengar penjelasan dari sang adik, hanya menggeleng sembari bibir yang melengkungkan senyum.

"Tidak, Dek. Kamu kenapa bisa berpikir seperti itu sih? Sudah, lebih baik kembali istirahat saja!" titah Kenzo yang disambut dengan gelengan pelan dari Ilona.

"Kak," panggil Ilona dengan suara pelan.

"Iya, Dek. Haus? Atau lapar?" tanya Kenzo dengan cepat. Ia takut jika Ilona merasakan hal itu, dan mula bersiaga untuk membelikannya juga melalui aplikasi yang ada di dalam smartphone milknya.

Ilona dengan cepat menggeleng. Matanya berkeliaran ke sekeliling ruangan ini, untuk mencari kedua orangtuanya dan satu kakaknya lagi.

Namun, ruangan ini terasa sangat sepi. Dan hanya ada Ilona juga Kenzo yang berada di dalamnya, tidak ada lagi siapa pun menemani mereka.

"Semua orang ke mana? Dan kenapa juga ... tubuh Ilona terasa sakit semua, Kak?" tanya Ilona pada Kenzo.

"Kenzi sedang manggil Dokter, nanti kita tanyakan keadaan kamu saat mereka datang ke sini, ya," ucap Kenzo, sembari tangan yang mengelus pelan kepala dari Ilona.

Kenzi kini memanggil dokter yang beruntung ada di dalam ruangannya, dan memberitahu jika Ilona sekarang sudah siuman. Menyuruh petugas medis itu untuk mengecek keadaan dari adik kesayangannya itu, agar mereka bisa tenang.

Dokter dan Kenzi kini berjalan dengan cepat untuk bisa berada di ruangan Ilona. Hingga sesampainya di sana, mereka melihat dua orang yang tengah berinteraksi dengan sangat hangat.

"Hay, Nona Ilona, apa yang anda rasakan sekarang?" tanya Riyan, sesampainya berdiri di samping tempat tidur pasien.

"Tubuh saya kenapa terasa sakit semua, Dok? Sebenarnya saya kenapa?" tanya Ilona yang menatap Riyan dengan intens.

Kenzo hanya diam memperhatikan adiknya yang tengah menjelaskan keadaan fisiknya pada Riyan. Ada perasaan lega tersendiri dalam hatinya, karena telah melihat Ilona yang kini kembali bisa berinteraksi bersamanya.

Kenzi kini menepuk pundak Kenzo yang sedari tadi terfokus untuk memperhatikan Ilona itu. "Kak, apa kita gak sebaiknya kasih kabar sama Ibu dan Ayah di sana?"

"Ah, aku melupakan hal itu. Sebaiknya segera kamu kasih kabar sama mereka, karena ini hal yang tentunya sangat menggembirakan untuknya," titah Kenzo sembari berbisik pelan.

Kenzi mengangguk dan kini izin untuk pergi keluar ruangan itu. Ia berniat menghubungi kedua orangtuanya yang berada di Indonesia, dan tentunya sudah sangat lama menantikan kabar yang menggembirakan ini.

Sedangkan, Ilona sendiri tengah diperiksa kesehatannya oleh Riyan. Dan ia juga begitu detail untuk menjelaskan bagaimana kondisi tubuhnya, pasca terbangun dari koma itu.

"Apa Ilona akan kembali pulih secepatnya, Dok?" tanya Ilona dengan sangat antusias.

Riyan hanya mengangguk pelan. "Pasti akan pulih, tapi tentunya secara bertahap. Sekarang ... bagian mana yang merasa sangat sakit?"

Ilona kini mulai menggerakkan satu persatu anggota tubuhnya, hingga merasa kedua kakinya sangat susah untuk digerakkan. Satu dua kali mencoba masih berusaha tenang, tapi saat sama sekali tidak merasakan apa pun, kini mulai panik.

Mendongak untuk menatap Kenzo yang berdiri tepat di samping Riyan. Ilona berusaha mengadu pada sang kakak, karena ia sangat takut sekali jika hal buruk terjadi padanya.

"Kak Kenzo! Kaki ... kaki Ilo, kenapa? Kok gak bisa digerakkan sama sekali, Kak," tutur Ilona dengan mata yang mulai mengembun.

Kenzo langsung saja membuka selimut yang menutupi tubuh Ilona, dan ekspresinya langsung berubah biasa saja saat mengetahui kaki adiknya masih utuh.

"Memang kaki kamu kenapa, Dek? Kakak liat masih utuh kok. tenang, ya," bujuk Kenzo, berusaha untuk menenangkan Ilona yang kini mulai menangis.

Riyan hanya mengangguk paham, dan mulai menyentuh telapak kaki Ilona. Ia mulai meraba pelan--sangat pelan, dengan tujuan geli.

"Apa kamu merasakan sesuatu hal saat saya menyentuh bagian ini?" tanya Riyan pada Ilona dengan suara beratnya.

Ilona dengan tegas langsung menggeleng begitu saja. Karena memang, benar-benar ia tidak merasakan apa pun, bahkan normalnya pasti akan terasa geli menggelitik dan baginya sama sekali tidak.

"Ilo sama sekali tidak merasakan apa pun saat Dokter menyentuh telapak kaki tadi," jawab Ilona yang kini mulai menangis.

Kenzo membantu Ilona untuk duduk dan melihat kakinya yang baik-baik saja itu--bahkan keduanya masih utuh. Ia sendiri merasa was-was dan tidak mau berpikiran jauh, bahkan mengarah hal negatif.

"Ilo beneran tidak merasakan apa pun waktu disentuh sama Dokter tadi?" Kenzo kini angkat suara dan spontan membuat Ilona semakin menangis.

Kenzi yang berada di luar ruang rawat Ilona buru-buru masuk ke dalam saat mendengar suara isakan tangis. Ia takut terjadi sesuatu dengan adik kesayangannya, dan saat masuk cukup bingung rasanya.

Ilona menangis histeris, dan Kenzo yang berusaha menenangkan sang adik. Ia dibuat bingung dengan keadaan yang terjadi sekarang ini, benar-benar membuatnya tidak bisa mengerti sama sekali.

"Ada apa ini, Dok? Kenapa adik saya menangis seperti itu?" tanya Kenzi. Berjalan mendekati Ilona yang menangis histeris dengan pandangan mengarah pada kakinya.

Riyan menarik napas dalam-dalam. Sebenarnya keadaan ini sudah diduganya dari awal, tapi ia sendiri belum menjelaskan hal ini pada Kenzo karena ingin mengetahui apa dugaannya benar atau tidak.

"Jadi seperti ini, saya duga adik anda mengalami kelumpuhan. Namun, tenang saja, ini masih bisa sembuh seiring dia melakukan terapi rutin." Riyan mulai menjelaskan keadaan Ilona pada Kenzi dan Kenzo yang diam untuk menyimak.

Belum mereka menerima jika sang adik mengalami amnesia karena kecelakaan hebat itu, dan sekarang harus di hadapkan dengan hal yang membuat mereka sulit untuk mempercayai semuanya.

"Dek, tenang dulu, ya! Kamu tidak sendirian kok buat jalanin ini, ada Kakak di sini," bujuk Kenzo dengan suara pelan.

Sedangkan, Kenzi memilih untuk berbicara dengan Riyan untuk detail seorang dokter yang akan disewanya sebagai terapis Ilona.

"Begini Dokter, anda bilang jika adik saya bisa normal kembal asal dengan terapi yang rutin. Apa anda mengenal seorang yang ahli dalam bidang itu?"

"Maksud anda ... ingin menjadikan dokter itu sebagai perawat pribadi untuk adik anda?" tanya Riyan yang ragu dengan ucapannya. Ia menatap Kenzi dengan raut penuh pertanyaan, yang berharap mendapatkan sebuah jawaban dari orang yang ada di hadapannya ini.