Agung mengajak Nikita untuk masuk ke dalam kamarnya, dan memilih berbicara di sana.
Mereka berdua berjalan beriringan, dan duduk di kursi sofa yang ada di dalam ruangan tersebut. Beruntungnya, kamar mereka tidak begitu jauh dari Delvin, karena hanya beberapa jarak saja.
"Jadi, ada masalah apa?" Agung menatap wajah Nikita dengan intens, dan penuh tanda tanya. "Delvin memangnya kenapa?"
Nikita menarik napas panjang, dan memejamkan matanya sejenak. Ia nampak sangat bingung untuk mulai berbicara dari mana, karena ini hanya baru dugaan dirinya saja.
Melihat ke arah Agung yang masih menunggu jawaban darinya. "Papi selama ini sebenarnya merhatikan tingkah Delvin tidak?"
Agung menggeleng lemah. "Tidak begitu memperhatikan, karena selama ini terlalu sibuk dengan urusan bisnis juga. Memangnya Delvin kenapa?"