"Nona, apa kau baik-baik saja?" tanya Timoti yang berlari ke arahku dengan membawa sebuah kapak yang pernah di pegang Loki.
"Apa yang kau lakukan dengan benda itu?" tanyaku heran.
"Aku kira ... kapak ini cukup menarik perhatianku. Aku ingin memilikinya," jawabnya malu-malu.
Aku menggelengkan kepala agar konsentrasiku sedikit segar. Saat aku mengebut debu yang menempel di sela kaki Timoti terdapat jejak langkah samar yang semakin lama semakin memudar karena sihir.
Di dalam jejak itu aku melihat serpihan sihir yang sama dengan tanduk yang aku simpan. Jelaga putih kebiru-biruan yang indah.
"Perasaanku tidak nyaman akan hal ini!" batinku.
"Timoti, ikut aku!" Kemudian kami bergegas menelusuri tempat jejak tersebut.
Karena rasa tidak sabar tanpa sadar aku sudah meninggalkan Timoti cukup jauh. Aroma darah mulai tercium. Hal ini memperburuk pikiranku yang sedang bingung dengan kejadian tadi.
"Black Pearl, apa kau merasakannya?" tanya Lavanya.