"Apa ular itu masih di sana?" tanya Timoti.
Aku pun mulai mengintai.
"Dia di sana, kemungkinan besar dia telah beristirahat," jawabku.
Entah apa yang ada di pikiran Timoti, dia berdiri sembari merenggangkan punggungnya.
"Aaaaa! Nikmat sekali punggungku!" teriaknya.
"Eh? Apa dia sudah gila?" batinku.
Hening. Tak ada respons dari ular itu.
"Apa yang terjadi?" tanyaku pelan.
"Tenang saja, tadi aku sempat tersadar saat kau melempar batu ke arah lubang itu. saat batu itu menyentuh permukaan tanah dia langsung meresponsnya. Artinya dia merespons getaran bukan suara," jawab Timoti.
Aku tidak menyadarinya. Sebaiknya kita harus bergegas dari tempat ini. sehasta demi sehasta kami berjalan dengan penuh kehati-hatian. Saat lubang masuk terlihat tanpa sengaja kakiku tergelincir dan tubuhku membentur batu tepat di sebelah kanan.
Bunyi benturan itu sangat pelan.
"Fiuh ...!"
"Menunduk!" teriak Black Pearl.
Bom!