Secercah cahaya harapan mulai terlihat, kepakkan sayap hijau terus berkibar, dan tiba saatnya dua insan harus melepaskan diri dari belenggu malam.
"Sampailah~!" teriak kami.
Boom!
Lubang itu hancur seketika saat kepala Emptis menyembul mengepai tubuh kami dengan mulutnya. Rasa lega bagai di lepas dari telikungan penjara membuatku tersenyum sesaat melihat makhluk itu yang tak dapat melahap kami.
Tubuhnya tersungkur dan terguling menuruni gunung batu yang panasnya luar biasa. Di setiap benturan tubuhnya pada siku gunung suara makhluk itu mulai terlipur oleh bunyi benturan.
"Apa dia baik-baik saja?" tanya Timoti yang melihat betapa hebatnya ular itu terjatuh.
"Semoga saja tidak," jawabku.
Ser~!
Akhirnya tubuhnya sampai pada lautan kerikil. Dia terkulai lemas matanya pun tertutup rapat.
"Nona, apa kita harus memeriksanya?" tanya Timoti.