"Uhuk! Uhuk! Pasirnya masuk ke dalam mulutku!"
Grrr!
"Suara apa itu?" batinku.
Saat asap runtuhan mulai hilang sebuah taman bunga berwarna ungu terhampar luas di dalam gua itu dengan di sinari cahaya matahari dari sela gua yang retak.
Di dalamnya aku tidak melihat tanda-tanda keanehan hingga bunga itu mulai bergoyang.
Saat aku mencoba menajamkan pandanganku pada bunga itu, tiba-tiba seorang wanita tanpa busana berdiri.
"Haa! Bikin kaget saja. Oi...! Apa kau mendengarku?" panggilku padanya.
Dia tidak menjawab. Tubuhnya biru pucat dengan rambut panjang dan pinggul yang cantik karena penasaran aku mendatanginya.
Cahaya tanduk Abla semakin kuat. Aku mencoba menginjak bunga itu, namun saat satu bungaku injak maka akan tumbuh tiga bunga sekaligus dalam waktu singkat.
"Waw! Bukankah ini keren?!" ucapku sembari menoleh ke belakang berharap Timoti mendengarku.
Tapi aku sadar Timoti sedang tidak bersamaku saat ini. aku putuskan untuk terus maju, setelah cukup dekat ....