"Maaf, tapi untuk masalah hak asuh, client saya dalam hal ini Bapak Pramudya Eka Putra juga menginginkan hak asuh putri mereka jatuh client saya," jelas Firman dengan nada yang berusaha untuk mengintervensi Malik. Sayang Firman kalah jauh dari Malik untuk hal ini.
"Jatuh ke tangan client saya." Itulah Malik Bagaskara yang akan selalu menganggap apa yang dia katakan adalah hal yang benar dan tidak bisa untuk diganggu gugat apa pun yang sedang terjadi. Sekiranya itulah yang bisa untuk Ghea pahami saat ini.
"Tapi—"
"Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam," sela Malik dengan cepat atas apa yang hendak untuk Firman katakan lagi. Dan sejurus kemudian Firman lantas terdiam, untuk saat ini mungkin Malik sedang berada di atas awan, karena secara tidak langsung dia telah sukses untuk membungkam Firman. Tapi jangan lupakan kalau Firman juga adalah seorang pengacara yang menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
"Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya." Malik hanya mengangguk atas apa yang dikatakan oleh Firman. Malik ternyata salah. Orang yang ada di hadapannya saat ini ternyata memiliki kecerdasan yang luar biasa.
"Okay, dalam perkara perdata mungkin dia memang benar. Tapi untuk cinta, isi otaknya tak lebih dari zonk." Malik membatin, sambil teruss menjadikan Firman sebagai titik atensi terbaiknya untuk saat ini.
"Ternyata saya salah jika menganggap kamu adalah pengacara kemarin sore." Mendengar apa yang dikatakan Malik barusan, Ghea semakin yakin kalau memang ada hal yang sedang disembunyikan oleh Malik bahkan Firman. Sayangnya Ghea harus menahan dirinya agar tak melampaui batasan yang seharusnya tidak dia terobos.
"Don't judge by cover." Mungkin apa yang dikatakan oleh Firman itu adalah cara dia untuk membela dirinya, tapi sayangnya Malik Bagaskara adalah satu-satunya orang yang memiliki pendirian cukup kuat. Hanya orang tertentu yang bisa membuat dia berubah pikiran dalam waktu yang cukup singkat di dunia dan tentu saja orang itu bukanlah Firmansyah Satria Utama.
"Tapi terkadang kita juga butuh cover yang menarik." Firman hanya diam saja, bagaimana pun itu dia pernah menjadi sosok yang sangat mengenal baik pria yang usianya dua tahun lebih muda darinya.
"Back to the topic! Client saya, Pak Pram tetap menginginkan hak asuh jatuh ke tangannya." Sepertinya setelah ini tidak akan mudah untuk mereka dalam menemukan solusi terbaik untuk ini apalagi jika mengingat mereka adalah dua yang memiliki sebuah kesamaan, yakni sama-sama keras kepala. Menganggap apa yang mereka anggap benar adalah hal yang paling benar. Dan dalam hal ini juga Ghea seperti sedang dipaksa untuk menjadi penonton setia saja, tanpa ikut terlibat di dalamnya.
Baik Firman mau pun Malik telah menutup rapat celah yang dimiliki oleh Ghea.
"Atas dasar apa client anda menginginkan hak asuh?" tanya Malik yang tak barang sedetik pun menurunkan kadar egonya. Firman sebenarnya ingin sekali untuk nyolot, membalas apa yang dikatakan Malik juga dengan nada tertingginya, tapi sayang dia masih menganggap lelaki yang ada di hadapannya saat ini sebagai kakaknya sendiri.
"Ingat, tidak perjanjian antara Ibu Gita dan juga Pak Pram kalau mereka bercerai nanti ananda Giska akan ikut pada client kamu." Malik tidak segan-segan untuk menghunuskan jari telunjuknya pada Firman.
Sedangkan Firman hanya bisa memperdalam stok sabar yang dia miliki. Untuk saat dia mengalah bukan karena tidak mampu untuk melawan, tapi karena dia ingin menyunggingkan senyum termanis yang dia miliki jika nanti pada akhir persidangan clientnya yang mendapatkan hak asuh.
"Tapi secara tidak langsung lingkungan Ibu Gita yang menggiring Giska untuk berada dalam asuhan sang ayah." Sebelah alis milik Malik lantas terangkat naik saat mendengar apa yang dikatakan oleh Firman.
"Jangan sampai saya menjerat kamu dengan Pasal 310 KUHP, Firmansyah Satria Utama." Jika di dunia ini ada sulit untuk dilakukan oleh Malik maka itu adalah menurunkan kadar temperamen dalam dirinya sendiri.
"Saya sudah mempersiapkan bukti kalau apa yang saya tuduhkan barusan adalah hal yang sesuai fakta yang terjadi di lapangan. Anda mau melihatnya, Kak Malik Bagaskara?" Firman memberikan penekanan di akhir kalimatnya saat dia mengucapkan nama Malik Bagaskara. Tapi sayangnya Malik tidak akan terprovokasi hanya dengan keadaan seperti itu. Itu terlalu receh untuk Malik yang penuh kejutan dan sulit untuk ditebak setiap alurnya.
Malik hanya terdiam, karena dia tahu Firman bukanlah orang bodoh yang tidak mengerti dengan bahasa isyarat seperti itu.
"Ini," kata Firman sambil memberikan sebuah amplop yang bagi Malik isinya itu sangat tebal, tapi itu bukanlah uang.
"Semua yang saya tuduhkan tentang lingkungan Ibu Gita Rahayu Maharani yang kurang baik untuk Giska semuanya ada di situ." Malik tidak akan tahu apa isi dari surat jika dia tak membukanya. Hanya cara itu meredakan semua rasa ingin tahu Malik.