Chereads / Friendship With Forbidden Love / Chapter 32 - Tak Sesuai Ekspektasi

Chapter 32 - Tak Sesuai Ekspektasi

Jangan berekspektasi terlalu tinggi, semua akan mengecewakan pada akhirnya.

***

"Sekarang kamu bilang ama aku, apa yang terjadi antara dia dan Firman, hah?" tanya Akbar kali ini dengan nada yang sangat penuh dengan tuntutan.

"Aku menantang dia," jawab Malik dengan rasa malas yang begitu mendominasi dalam dirinya saat ini.

"Menantang dia? Menantang apa?" tanya Akbar yang masih saja keberatan dengan dirinya saat ini. Dia sungguh tak dapat menelaah dengan sangat baik apa yang dikatakan oleh sang kakak. Semua yang terlontar dari kedua bibir ranum milik Malik Bagaskara terasa ambigu di dalam benak seorang lelaki bernama lengkap Akbar Maulana Bagaskara.

Malik berdecap sebal saat mendengar apa yang dikatakan oleh Akbar, kenapa sangat sulit sekali untuk membuat lelaki itu mengerti dengan maksud ucapannya? Apanya yang sulit untuk dia pahami, perasaan Malik berbicara dengan bahasa manusia bukan bahasa alien.

"Kamu itu tidak pahamnya di bagian yang mana sih?" tanya Malik dengan nada yang sedikit geram pada adiknya itu.

"Semuanya," jawab Akbar dengan tak tahu dirinya.

Dan apa yang dikatakan oleh Akbar barusan itu sudah lebih dari cukup untuk mengikis kadar emosi dalam dirinya.

"Definisi dari buang-buang ludah yang sesungguhnya," gumam Malik tapi Akbar berusaha untuk cuek bebek dengan apa yang dikatakan oleh sang kakak. Semua yang Malik katakan tadi tak lebih dari angin lalu, tidak ada pengaruhnya sama sekali.

"Jadi kamu apa 'kan Firman, Kak?" tanya Akbar dengan nada yang terdengar kalau dia sedang tidak baik-baik saja akibat informasi yang kurang jelas dari Malik.

"Cuma nantangin doang kok," kata Malik dengan nada yang terdengar jemawa.

"Iya, tapi yang aku tanyakan adalah kamu nantangin Firman apa? Tolonglah Kak kamu jangan memperkeruh semua ini," keluh Akbar pada Malik.

"Menantang dia untuk melakukan tes DNA dengan Suci." Akbar lantas mengunci tatapannya dengan Malik, dia mencoba untuk mencari sedikit saja kebohongan yang ada di kedua manik mata milik sang kakak, tapi yang Akbar temukan di sana hanyalah kejujuran tanpa ada dusta meski itu hanya setitik saja.

"Dia mau?" Kali ini yang ada di kedua manik mata milik Akbar hanya manik mata yang penuh dengan harap, hanya itu yang bisa untuk Malik tangkap di sana.

"Accept or your're loser," kata Malik dengan nada yang sangat entengnya seperti tidak ada beban di pundaknya saat dia berkata seperti itu.

"Dia terima?" tanya Akbar karena sedari tadi apa yang dia pertanyakan itu tidak ada kejelasannya sama sekali.

"Ya iyalah. Bar, teman kamu yang mana sih yang kakak nggak kenal, hah?" Akbar mendadak membisu saat mendengar apa yang dikatakan oleh Malik karena itu memang adalah kebenaran yang tidak bisa untuk dia ganggu gugat kebenarannya.

"Firman itu adalah tipe orang yang sangat menjunjung tinggi harganya. Gengsi adalah musuh terbesar dia. Tegur kakak kalau kakak salah." Sayangnya atas apa yang Malik katakan yang bisa dilakukan oleh Akbar hanya memberikan sebuah pembenaran. Semua yang Malik katakan itu memang adalah sebuah kebenaran.

"Ini," kata Malik sambil menyodorkan sebuah kartu nama pada Akbar. Ya, benar itu adalah kartu nama milik Firman.

"Firman Satriansyah Utama SH MH?!" gumam Akbar tapi itu bisa didengar dengan sangat baik oleh Malik.

"Satria? Tapi kok nggak ada sifat satrianya, ya?" sindir Malik tanpa ada sesi untuk dia pikir ulang tentang ini semua.

"Satu hal yang bisa aku tangkap dari dia, Kak." Mendengar apa yang dikatakan oleh sang adik sebelah alis milik Malik lantas terangkat naik dengan sangat baik. Kali ini sepertinya dia yang tidak bisa untuk memahami apa yang ada di pikiran Akbar dengan sangat baik.

"Apa?!" tanya Malik yang memilih untuk menyerah dalam memahami apa yang ada di pikiran adik sepupunya itu.

"Semua orang punya hati, tapi sayangnya tidak semua orang hatinya berfungsi dengan sangat baik." Malik hanya menggerakkan kepalanya baik turun atas apa yang dikatakan oleh Akbar. Tidak ada yang salah dalam hal tersebut.

"Kakak sudah membukakan jalannya untuk kamu, untuk selanjutnya kamu adalah pemilik dari rencana. Kakak percaya sama kamu, kamu bisa jalankan ini dengan baik.

"Makasih, Kak" Malik hanya bisa mengangguk atas apa yang dikatakan oleh Akbar.

"Apa yang kakak lakukan ini bukan apa-apa jika dibanding dengan apa yang kamu lakukan dengan Suci untuk Firma ini." Akbar hanya diam, dia masih menimbang-nimbang apa yang harus dia lakukan ke depannya. Dan itu pastinya bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

"Udah nggak ada lagi 'kan yang perlu untuk kita bicarakan? Kalau nggak ada kakak ke ruangan kakak." Akbar hanya mengangguk tanda mengerti dan juga memberikan persetujuan apa yang dilakukan oleh Malik.

"Iya, aku juga mau ke ruangan Suci," kata Akbar yang pun ikut berdiri.

"Ingat kamu jangan gegabah dalam bertindak, Bar. Pertimbangkan juga untung dan ruginya dari apa yang sedang atau akan kamu lakukan ini." Akbar lalu mengangguk dan tersenyum dengan sangat manis saat mendengar apa yang dikatakan oleh Malik.

"Iya, Kak," jawabnya kemudian.