Aku tahu ini sangat berisik, tapi sejujurnya aku memang merindukanmu. -Firmansyah Satria Utama-
***
"Akbar meminta bapak untuk menjauhkan Suci dan Firman? Tapi untuk apa?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari kedua bibir ranum Ghea tanpa ada yang tahu setan dari mana yang saat ini sedang mengambil alih kendali dirinya.
"Iya, tapi untuk menjawab pertanyaan kamu itu secara mendetail, rasa-rasanya saya tidak punya kuasa untuk itu. Akbar dan Suci memang sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri. Tapi sisi yang berbeda, saya juga punya kewajiban untuk tidak melampaui batasan yang saya miliki," jelas Malik dengan nada yang penuh wibawa pada Ghea. Dan karena itu sungguh sukses untuk membuat Ghea gagal dalam mengedipkan kedua manik matanya.
"Ghea, kedip!" Tapi apa yang dikatakan oleh Malik tak mendapatkan respons sama sekali dari wanita cantik yang berada dalam jarak yang sangat dekat dengan dirinya saat ini.
"Ghea, kedip!" Ghea baru tersadar dari lamunannya saat Malik dengan sangat terpaksa melayangkan satu hentakan kecil di sebelah bahu milik Ghea.
"Eh, anu, eh, maaf Pak." Pada akhirnya hanya itu yang bisa dikatakan Ghea sebagai wujud penyesalannya. Kita ke sini untuk mengurus perceraian client kita, bukannya mencampuri urusan pribadi antara Suci dan juga Akbar. Mereka berdua juga sudah terlalu dewasa untuk menjalani hidup mereka sendiri."
"Yang terpenting bukan bagaimana Suci dan juga Akbar pada akhirnya. Karena bagi saya ada yang lebih penting dari itu, yakni bagaimana agar mereka tetap berjalan on track dan tidak melakukan sesuatu yang berada di luar adab ketimuran yang mereka anut," jelas Malik pada Ghea.
"Iya, Pak," jawab Ghea dengan sangat singkat atas apa yang dikatakan pada Malik. Setelah merasa apa yang mereka sedang katakan saat ini Malik lalu membawa kedua kaki jenjangnya menuju lift yang ada di Firma ini.
Ini adalah bukan kali pertama Agasa dan juga Bagaskara saling berhadapan dalam ranah persidangan, jadi sudah jadi hal yang sangat wajar kalau saat ini Malik sangat hafal dengan apa yang ada di Firma ini.
Ghea yang tidak tahu apa-apa tentang seluk beluk Firma ini hanya mengekori langkah Malik, layaknya seekor anak ayam yang sedang mengikuti ke mana induknya pergi.
"Ini ruangannya, Pak?" tanya Ghea pada Malik karena melihat pria yang sedari tadi menuntun jalannya itu tampak berhenti di sebuah ruangan yang di bagian depannya ada tulisan 'Ruang Rapat Mini'.
"Iya," jawab Malik singkat dan melihat itu Ghea hanya bisa mengangguk kepalanya sebagai tanda kalau dia mengerti dengan semua itu dan tidak ada lagi yang perlu untuk Malik jelaskan.
"Kamu siap?" Sepertinya Ghea tidak ada pilihan lain selain harus siap.
"Siap tidak siap saya harus siap, Pak." Malik menarik sebelah ujung bibirnya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Ghea.
"It's the best choice. Don't worry, aku yang handle semuanya. Kamu cukup duduk manis sambil memperhatikan aku mengbungkam seorang Firmansyah Satria Utama." Tanpa menunggu persetujuan dari Ghea, Malik lantas memutar knop pintu itu. Sehingga atensi dari orang yang ada di dalamnya pun harus teralihkan atensinya.
"Selamat pagi menuju siang, Bapak Firmansyah Satria Utama." Meskipun usia Malik terlihat lebih tua dari pada Firman tetap saja tata krama di antara mereka harus tetap dijunjung tinggi. Apalagi statusnya saat ini Malik adalah tamunya.
"Loh kok yang datang—"
"Bapak Akbar Maulana Bagaskara dan juga Ibu Suci Indah Lestari mengundurkan diri sebagai kuasa hukum dari pihak termohon dalam hal ini Ibu Gita Rahayu Maharani."
"Kami sudah menawarkan kepada Ibu Gita untuk mencari lawyer lain, tapi sayangnya beliau tidak berminat dan tetap mempercayakan perkaranya pada Firma Hukum Bagaskara dan Rekan. Tidak ada pilihan lain, saya dan Ibu Ghea Laurensia yang pada akhirnya diberikan kuasa untuk menangani ini. Apakah ada ucapan saya barusan yang masih sulit untuk anda pahami?" Sebenarnya Firman ingin menolak, tapi apa gunanya juga tidak akan menghasilkan apa-apa.
"Tidak ada, saya mengerti. Bahkan sangat mengerti." Malik hanya menggerakkan kepalanya naik turun saat mendengar apa yang dikatakan oleh Firman barusan.
"Baiklah, jadi saya bisa menghemat energi saya untuk apa yang tidak membahas apa yang bukan kapasitas saya." Dari cara Malik berbicara, Ghea sangat bisa untuk menyimpulkan kalau saat ini ada yang tidak baik-baik saja dari dua orang di hadapannya saat ini.
"Kalau begitu bisa kita mulai diskusi kita?" tanya Malik dengan lirikan mata tajam pada pria yang ada di hadapannya saat ini.
"I-iya," jawab Firman dengan terbata-bata.
"Baiklah, kita sama-sama tau kalau Ibu Gita dan juga pihak pemohon dalam hal ini Bapak Pramudya Eka Putra bukanlah dua orang yang bisa kita pandang sebelah mata. Keduanya sepakat tidak menginginkan ada wartawan dalam kasus perceraian mereka," jelas Malik memberikan opening pada Firman.
"Meskipun pada akhirnya kita tahu kalau itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi mengingat mereka telah memiliki nama besar yang cukup mumpuni di kanca hiburan nasional."
"Ibu Gita sebagai artis yang telah membintangi banyak judul film mau pun sinetron dan juga Pak Pram yang sudah kita ketahui bersama adalah sutradara berdarah dingin," kata Firman melanjutkan apa yang dia katakan sebelumnya.
"Iya, Ibu Gita hanya ingin akta cerai, hak asuh Putri Giska Maharani jatuh ke tangannya. Client saya tidak menuntut adanya harta gono-gini, iddah, mut'ah, dan juga lampau," tutur Malik dengan nada suara yang terdengar tegas dan tak menginginkan bantahan dalam bentuk apa pun itu.