Chereads / Friendship With Forbidden Love / Chapter 20 - Sempurna

Chapter 20 - Sempurna

Hati yang trauma itu seperti selamat dari kecelakaan, tapi cacat seumur hidup. Mencoba percaya, tapi ternyata tidak bisa sepenuhnya lagi.

***

"Apakah kedua manik mata gue ini belum cukup untuk membuktikan kalau masih dia tokoh utamanya. Belum tergantikan apalagi terlupakan." Ada sakit dalam diri Akbar saat mendengar apa yang dikatakan oleh Suci baru barusan, tapi sisi yang berbeda Akbar juga bisa melihat kalau saat ini ada kehampaan dari kedua manik mata Suci sepertinya binar kebahagiaan yang selalu dia pancarkan redup seketika dengan kehadiran kembali seorang Firmansyah Satria Utama, lelaki yang secara tidak langsung menobatkan dirinya sebagai sumber luka terhebat untuk seorang Suci Indah Lestari.

"Andai di kedua manik mata lo saat ini yang terpancar adalah kebahagiaan mungkin saja gue akan percaya semudah gue membalikkan telapak tangan, tapi sayang yang ada di sana hanya kedataran, gue kesulitan untuk membacanya, Ci."

"Mungkin karena dia adalah sumber luka terhebat buat gue, jadi susah buat lo menyimpulkan masihkah dia tokoh utama di cerita gue apa bukan," kata Suci dengan kedua manik mata yang mulai tergenang air mata dan mungkin saja itu akan luruh hanya dengan satu kedipan.

"Kalau Firman menjadi sumber luka terhebat untuk lo, maka izinkan gue untuk menjadi penawar terkuatnya." Suci menarik sebelah ujung bibirnya membentuk sebuah senyum durjanah di sana. Tapi itu tidak membuat Akbar merasakan gentar meski itu hanya sedetik saja.

"Lo mau jadi penawar untuk gue dan menjadi sumber luka untuk Manda? Ini nggak akan adil, meski lo lihat dari segi mana pun. Tidak hanya Manda, tapi gue juga pasti merasakan penyesalan karena telah merebut lo darinya. Gue pernah melakukan satu kesalahan yang cukup besar. Dan gue tidak ingin mengukir satu jejak buruk lagi di cerita hidup gue. Kita tetap sahabat sampai pada akhir."

"Tidak bukan seperti itu endingnya. Kita tetap sahabat, sampai semesta menggiring kita pada titik terbaik menurut takdir," koreksi Akbar atas apa yang dikatakan Suci sebelumnya.

***

"Ghe … hari ini kita ada sidangkan?" Hari ini adalah hari kedua Ghea berada bekerja di Firma Hukum Bagaskara dan Rekan.

Dan mulai hari ini juga Ghea sudah mulai aktif mendampingi Malik mengikuti sidang tentu saja dengan konsentrasi bidang perdata.

"Iya, Pak. Kita ada tiga jadwal sidang hari ini," jawab Ghea dengan mantap dan juga senyuman manis yang selalu membuat Malik jatuh cinta berulang kali pada wanita yang memiliki nama lengkap Ghea Laurensia itu.

"Nanti pas sidang kamu cukup di sebelah aku, memberikan file sesuai nomornya padaku. Sisanya aku yang turun tangan. Sampai di sini kamu ada yang ingin ditanyakan?"

"Kalau pekerjaan saya hanya itu berarti saya makan gaji buta dong, Pak?"

"Bukan gaji buta, tapi anggap saja kamu sedang saya private untuk menjadi lawyer yang handal juga kompeten. Akbar ama Suci juga dulu seperti ini. Bayi itu tidak bisa langsung bisa untuk berjalan. Mereka harus belajar tengkurap, duduk, berdiri, berjalan barulah mereka bisa berlari mengejar segala mimpinya. Dan kamu pun seperti itu nantinya." Apa yang dikatakan oleh Malik benar-benar membuat Ghea lupa bagaimana caranya untuk berkedip. Untungnya hanya lupa cara berkedip bukan cara menarik napas.

"Bijaksana sekali," gumam Ghea dalam hatinya. Pesona yang diperlihatkan oleh Malik sungguh lebih dari cukup untuk membuat Ghea merasa tersihir.

Malik mengibas-ibaskan tangannya di depan manik mata milik Ghea, karena sejak beberapa detik yang lalu wanita itu diam tanpa mengedipkan matanya barang sedetik pun. Terlalu cepat untuk Malik menyimpulkan saat ini Ghea mulai terpesona kepadanya, 'kan?

"Ghea?!" panggil Malik dengan melayangkan hentakan kecil di sebelah lengan wanita yang dia sebut sebagai mahakarya terbaik yang semesta ciptakan. Kini Malik tahu kenapa dia sebegitu kagumnya pada seorang Ghea Laurensia, karena wanita itu diciptakan saat Tuhan sedang menjelaskan tentang cantik juga indah di saat yang bersamaan.

Ghea mengerjapkan kedua manik matanya berkali-kali, dan karena tingkahnya itu dia merasakan malu yang benar-benar tidak ketolongan.

"Kamu dengar saya 'kan?" tanya Malik dengan kedua manik mata yang tak terbaca oleh Ghea.

"Dengar kok, Pak!" jawab Ghea dengan singkat, tidak ada proses pikir sebelumnya karena dia memang benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan oleh Malik sebelum dia merasa takjub dan juga terpesona dengan apa yang ditampilkan oleh Malik padanya.

"Apa?" Jawaban yang diberikan oleh Ghea rupanya tidak serta merta dipercaya oleh Malik. Tapi bukan seperti itu niat Malik sesungguhnya. Dia hanya ingin mengulur-ulur waktu agar dia bisa bersama dengan Ghea untuk waktu yang sedikit lebih lama.

"Bukan gaji buta, tapi anggap saja kamu sedang saya private untuk menjadi lawyer yang handal juga kompeten." Senyuman yang melengkung di kedua bibir ranum milik Malik sungguh menjadi candu untuk Ghea.

Senyuman, pesona, dan semua yang melekat pada Malik, hanya satu kata yang mendeskripsikannya, yaitu SEMPURNA.

Bersambung ….