"Bunda kok nangis?" Pertanyaan yang terlontar dari kedua bibir ranum milik Tari mau tidak mau dengan sangat cepatnya mengubah titik atensi dari seorang Suci Indah Lestari.
"Nggak nangis kok," kilah Suci dengan menghapus jejak kebahasan yang ada di pipinya.
"Tapi kok pipi Bunda basah?" Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, mungkin itu juga yang ada di dalam diri Tari. Sekian banyak yang ada pada dirinya adalah turunan yang sangat sempurna sang sang bunda termasuk rasa ingin tahunya yang berada di atas rata-rata penduduk bumi.
"Ini?" tanya Suci sambil menunjuk matanya dan tak ingin berlama-lama Tari lantas mengiyakannya saja.
"Iya," jawab Tari dengan memperlihatkan raut wajahnya yang sangat polos.
"Bunda hanya kelilipan doang kok." Tari yang notabenenya masih polos menerima saja apa yang bundanya itu katakan sebagai jawaban tanpa mau mengajak bundanya lagi untuk berdebat dalam waktu yang lebih lama.