Melodi mengikuti Arum yang berjalan menuju markas Keris Dewa.
"Lo mau kemana sih Rum?" tanya Melodi dari belakang.
"Lo mau tau kan rencana gue. Makanya ikutin aja gue Mel" ujar Arum dengan langkah tergesa-gesa.
"Lo mau ke Keris Dewa ya Rum, mau ngapain sih?" tanya Melodi saat ia menyadari kemana arah langkah mereka.
"Lo diam aja Mel. Nanti lo akan tau sendiri" ucap Arum singkat.
Zidan, Sakti, Karjok, dan Gandhen masih nongkrong di warung pak Sabar. Mereka lagi-lagi sedang bolos kuliah. Mereka berempat langsung menoleh saat melihat Arum dan Melodi berjalan ke arah mereka.
"Hai..Dan" sapa Arum basa-basi.
"Ada apa lo kesini?" tanya Zidan ketus.
"Gue yakin lo pasti sudah tahu masalah gue. Bukankah anak buah lo sudah cerita?" tanya Arum dengan sedikit sombong.
"Siapa yang lo maksud anak buah gue. Gue tidak punya anak buah. Mereka semua teman gue. Jaga cara bicara lo ya. Lo kesini mau minta bantuan apa mau ribut hah?" jawab Zidan sedikit emosi.
"Ok. Tenang Dan. Gue minta maaf" ucap Arum setelah duduk di depan anggota Keris Dewa.
"Mana bukti terkait masalah yang lo ceritakan tadi. Kita tidak bisa percaya begitu saja jika tidak ada buktinya" ujar Zidan dingin.
Arum mengeluarkan tes pack yang menunjukkan dua garis disana.
Semua mata kini tertuju pada benda kecil di atas meja ini. Semua terkejut, Melodi lebih terkejut lagi.
"Rum, lo hamil?" tanya Melodi dengan mulut menganga.
"Kamu bisa lihat sendiri Mel. Maaf gue enggak cerita ke lo. Ini rahasia kita ya Mel. Lo jangan kasih tau yang lain. Gue malu" ucap Arum sambil menekuk wajahnya.
Zidan menghembuskan nafasnya. Dia tidak percaya jika Arum benar-benar hamil.
"Ini beneran milik lo?" tanya Zidan memastikan.
"Iya Dan. Ini beneran punya gue. Awalnya gue kira masuk angin biasa. Ternyata setelah gue ingat-ingat lagi gue telat menstruasi. Dan gue coba tes ternyata hasilnya positif" terang Arum dengan suara sedikit parau.
"Lo yakin, dia pelakunya?"
"Gue yakin Dan. Karena gue melakukan itu hanya sama dia saja". Melodi yang mendengar pengakuan Arum hanya bisa diam karena sangat shock.
"Gue tidak yakin kalau dia pelakunya Rum. Lo ada bukti lain yang menunjukkan jika dia pelakunya?" tanya Zidan. Arum sedikit kelabakan. Bukti yang ia bawa hanya alat tes pack ini saja.
"Siapa pelakunya Rum? Dia harus tanggungjawab atas perbuatannya" ujar Melodi kesal.
"Lo tidak punya bukti lain Rum? Misalnya foto gitu?" tanya Sakti.
"Ada satu foto saat gue tidur dengannya. Tapi ponselnya ketinggalan di rumah" jawab Arum.
"Ok. Besok lo bawa ponsel itu. Kita mau lihat" ucap Zidan.
"Baiklah. Kalau gitu gue ke kelas dulu" pamit Arum kemudian.
"Arum. Rum. Arum" panggil Melodi saat melihat temannya itu berjalan sambil melamun.
"Rum. Kenapa lo nggak cerita ke gue kalau lo punya masalah serius kayak gini?" tanya Melodi dengan air mata yang sudah jatuh ke pipinya. Ia terisak saat melihat wajah Arum. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana masa depan Arum jika hamil di luar nikah.
"Nyokap dan bokap lo sudah tau Rum?" tanya Melodi.
"Belum Mel. Mereka belum tau" jawab Arum yang membuat Melodi tambah terisak.
"Yaakk...lo bisa diam tidak. Kenapa lo malah nangis bodoh"
"Gimana gue gak nangis Rum. Lo hamil di luar nikah. Gimana karir kedokteran lo Rum. Huaaa aa..aa.." Melodi semakin kencang menangis.
"Aishh...punya bestie bodoh sekali" ujar Arum membekab mulut Melodi. Dan menariknya ke lorong kampus.
"Diam tidak Mel. Lo itu kenapa bodoh sekali. Aishh.." kesal Arum. Melodi terdiam. Ia bingung dengan maksud Arum.
"Gue tidak hamil Mel. Lo tenang aja. Tadi gue cuma bohong ke Zidan dan teman-temannya" jelas Arum. Melodi hanya mengerjapkan matanya. Pikirannya masih loading, mencoba mencerna perkataan Arum.
"Gue bilang ke mereka kalau gue hamil anaknya Arga. Dengan begitu Zidan pasti akan mencoba menjauhkan Senja dari Arga. Buat melindungi Senja. Lo tau sendiri kan kalau Zidan suka sama Senja"
"Dengan begitu, gue bisa buat Senja dan Arga putus melalui pihak lain. Bukan karena gue" terang Arum dengan wajah liciknya.
"Ohh..begitu. Jadi semua ini cuma pura-pura. Yaa..Tuhan Rum, gue udah jantungan dengernya. Lo licik juga yaa..hahaha" ujar Melodi disertai tawa bahagianya.
"Tapi tadi mereka minta bukti foto Mel. Sedangkan gue tidak punya bukti fotonya. Gimana dong?" tanya Arum bingung.
"Terus...tes pack yang lo bawa tadi punya siapa Rum?".
"Punya kakak gue yang sedang hamil haha".
"Gila lo. Emang the best lah. Tenang aja Rum, gue bakal bantu lo biar bisa dapat fotonya".
"Baiklah bestie. Thanks you lo selalu ada buat gue" ujar Arum.
Di ruang sekretariatan BEM kampus sedang diadakan pelantikan untuk pengurus BEM terbaru.
Zaka Argawinata terpilih menjadi ketua BEM untuk periode satu tahun mendatang.
"Selamat atas terpilihnya Zaka Argawinata sebagai presiden mahasiswa tahun ini. Semoga bisa mengemban tugasnya dengan baik", Bagas memberikan ucapan selamat di akhir pidatonya. Setelah mantan presma memberikan sepatah dua patah kata, kini giliran Arga memberikan sambutan pertamanya sebagai presma.
"Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepada saya. Saya akan mengingat pesan-pesan dari para senior, dan terus melanjutkan perjuangan senior demi mahasiswa" ujar Arga dengan lantang. Semua hadirin memberikan tepuk tangan meriah di akhir pidato Arga.
Senja menghampiri Arga setelah acara pelantikan selesai. Ia membawakan Arga sebuket bunga besar dan memberikan selamat kepada Arga.
"Terimakasih sayang" ujar Arga memeluk Senja.
"Sama-sama bi" balas Senja. Mereka melepas pelukan saat Arum dan teman-teman Arga yang lain datang memberikan selamat.
"Selamat yaa Arga semoga amanah" kata Arum.
"Terima kasih Rum" balas Arga.
"Oh..ya..Ar. Anak-anak berencana buat pesta untukmu nanti malam. Mereka sudah reservasi tempat biasanya. Sepertinya diadakan tertutup hanya untuk teman kita seangkatan" ucap Arum menekankan kata seangkatan. Senja menoleh ke arah Arum. Ada sedikit rasa cemburu saat ia tahu Arga akan berpesta dengan teman-teman seangkatannya.
"Kenapa kalian repot-repot membuat acara seperti itu. Tidak perlulah dirayakan" tolak Arga dengan sopan.
"Tidak apa-apa Ar. Sekali-kali lah, sekalian buat refreshing teman-teman yang lain. Mereka sudah mulai lelah dan jenuh di laboratorium terus" ucap salah satu teman Arga.
Arga menoleh ke arah Senja bermaksud meminta ijin. Senja hanya mengangguk lemah. Malam ini rencananya untuk dinner bersama Arga harus batal. Ia harus menerima jika Arga lebih memilih bersama teman-temannya.
"Iya sudah kalau gitu, sampai ketemu nanti malam Ar" pamit teman-temannya.
"Ok" jawab Arga. Arum dan yang lainnya pergi meninggalkan Senja dan Arga.
"Maaf ya sayang. Dinnernya kita ganti lain kali ya. Malam ini aku sama teman-temanku dulu. Tidak enak jika menolak. Mereka sudah menyiapkan semuanya" ujar Arga meminta maaf.
"Iya tidak apa-apa. Pulangnya jangan malam-malam yaa" pinta Senja.
"Ok" jawab Arga sambil mengelus puncak kepala Senja.