Seharian penuh Arga habiskan di apartemen Arum. Tidak mengabari Senja sedikit pun. Kenapa ia mudah melupakan pacarnya itu disaat bersama Arum? Apakah ia benar-benar telah jatuh cinta pada Arum? Arga sendiri belum yakin seratus persen atas perasaannya kepada Arum.
"Kamu mau kemana Ar?" tanya Arum saat melihat Arga selesai mandi.
"Aku harus kembali ke rumah Rum. Sejak kemarin aku tidak pulang kan?"
"Oh..baiklah. Segera kau putuskan tinggal disini atau tidak"
"Ok, sayang. Aku pamit dulu yaa. Jangan lupa makan. Sejak tadi pagi kamu belum makan kan?"
"Aku belum makan juga karenamu, Arga". Arga hanya tersenyum kecil.
"Salah sendiri, berani menggodaku" ujar Arga dengan senyum nakalnya. "Aku pergi dulu yaa" lanjutnya kemudian. Arga mencium kening Arum sebelum pergi.
Di tempat lain, Senja sedang berada di laboratorium. Sejak kemarin Arga sulit dihubungi. Ia sangat khawatir dengan keadaan pria itu. Pikirannya dipenuhi oleh Arga. Bahkan ia tidak bisa berkonsentrasi saat mengikuti kuliah ataupun saat sekarang. Beberapa kali Rina mencoba menghiburnya.
"Sen, setelah selesai ini, kita ke cafe depan kampus yuk" ajak Rina kepada sahabatnya itu. Senja sangat mengkhawatirkan sejak kemarin. Ia tidak nafsu makan dan sering melamun.
"Hemm" jawab Senja hanya dengan deheman.
"Apakah Arga belum bisa dihubungi?" tanya Rina hati-hati. Senja hanya menggelengkan kepalanya lemah. Penapilan Senja hari ini benar-benar seperti mayat hidup. Siapapun yang melihatnya bakal tidak tega. Sebegitu besar cinta Senja kepada Arga.
"Sungguh keterlaluan. Apa dia sudah melupakanmu? Ia bersenang-senang dengan teman-temannya dan tidak memperdulikanmu. Pacar macam apa dia?" geram Rina emosi.
"Kamu tenang saja Sen. Nanti akan aku buat perhitungan dengannya. Kamu tidak tanya ke teman-temannya yang lain?" tanya Rina lagi.
"Aku sudah tanya Rin. Dan mereka semua sudah pulang di rumah masing-masing setelah malam itu. Tapi mereka tidak tahu keberadaan Arga" ucap Senja lemah.
Rina hanya menghembuskan nafas kasarnya. "Bagaimana dengan Arum?"
Senja menatap Rina dengan nanar, "Arum juga tidak terlihat di kapus sejak kemarin"
Rina memicingkan matanya dan sedikit berpikir, "Apakah mereka kabur berdua?"
Senja menggeleng cepat, "Tidak. Tidak mungkin Arga seperti itu Rin. Aku mencoba untuk berpikir positif terhadapnya. Tidak mungkin Arga mengkhianatiku"
Rina hanya bisa menenangkan Senja, "Semoga saja dia pria yang baik untukmu yaa Sen".
Selesai dengan urusan laboratorium, dua sahabat kental ini akhirnya ke cafe depan kampus mereka. Suasana cafe cukup ramai oleh para mahasiswa yang sekedar nongkrong menunggu jam kuliahnya. Di sudut cafe ini, terlihat Zidan beserta gengnya. Ia menatap Senja dan Rina yang baru saja masuk ke dalam cafe tersebut. Hanya menatap dari kejauhan tidak berniat untuk menghampiri dua perempuan itu.
Senja dan Rina memesan minuman dan sedikit makanan ringan untuk mengganjal perut mereka. Saat menunggu pesanan datang, tiba-tiba ponsel Senja berdering. Ada satu panggilan yang sudah sejak kemarin ia tunggu-tunggu. Seketika matanya berbinar melihat nama yang tertera di layar. Senja sedikit menjauh dari kerumunan.
"Halo, assalamualaikum" sapa Senja.
"Waalaikumsalam Senja. Maaf baru bisa mengabari yaa" jawab seseorang di seberang sana.
"Kau dari mana saja? Kenapa teleponku tidak pernah kau angkat?"
"Maaf yaa sayang. Kemarin mamaku masuk rumah sakit. Aku sibuk merawatnya. Maaf tidak bilang ke kamu. Kamu pasti khawatir yaa?". Arga berbohong pada Senja. Sungguh tega ia melakukan itu.
"Mamamu sakit? Sakit apa? Kenapa tidak bilang. Aku bisa menjenguknya kan?" tanya Senja khawatir.
"Ah...ti..tidak perlu sayang. Mama sudah boleh pulang hari ini. Kamu lagi dimana?" tanya Arga mengalihkan perhatian.
"Beneren sudah boleh pulang? Apa aku perlu ke rumahmu sekarang buat jenguk mama?"
"Ti..tidak usah sayang. Aku akan ke tempatmu. Aku sudah sangat merindukanmu" ucap Arga kelabakan.
"Sehari tidak ketemu, kenapa kamu berubah jadi raja gombal gini?". Senja sedikit tersenyum mengingat kelakuan Arga yang suka ngegombal.
"Sen..." sapa Zidan dari belakang Senja.
"Kamu sama siapa sayang?" tanya Arga saat mendengar suara seorang pria di dekat Senja.
"Eh...Dan. Lagi ngapain di sini?"
"Kamu ada waktu tidak? Ada yang perlu aku omongin" ujar Zidan menatap tajam Senja.
"Eh...ada masalah apa?" tanya Senja mengabaikan Arga beberapa saat.
"Nanti aku tunggu di dalam yaa. Kamu selesaikan dulu teleponmu" setelah mengatakan hal itu, Zidan pergi begitu saja dari hadapan Senja. Membuat Senja mematung bingung.
"Kamu sama Zidan sayang?" tanya Arga dengan nada tidak suka.
"Eh...tidak Ar. Tadi ketemu tidak sengaja" Jawab Senja apa adanya.
"Kamu dimana sekarang? Aku segera kesana"
"Aku lagi di cafe depan kampus...". Tuut...tuttt...
Arga sudah mematikan sambungan telepon mereka tanpa mengucapkan salam.
Senja tengah duduk berhadapan dengan Zidan. Rina, dan teman-teman Zidan yang lain ada di meja samping mereka.
"Bagaimana kabarmu Sen?" tanya Zidan dingin.
"Baik'" jawab Senja singkat. "Ada perlu apa yaa?" tanya Senja kemudian.
Zidan menghembuskan nafas kasarnya. Ia menatap sekeliling. Apakah ia akan mengatakan di sini? Di tempat umum seperti ini? Apakah setelah mengatakannya, Senja akan baik-baik saja? Banyak hal yang terlintas dibenak Zidan. Ia tidak tega mengatakannya saat melihat wajah polos Senja.
"Ada perlu apa Dan?" tanya Senja lagi. Membuyarkan lamunan Zidan.
Zidan berdeham, "Ehem...Apakah hubunganmu dengan Arga baik-baik saja?" tanya Zidan pada akhirnya. Senja mengernyitkan dahi. Ia bingung atas pertanyaan Zidan. Apa maksud Zidan bertanya seperti itu?
"Baik. Baik-baik saja. Kenapa?"
"Ah...baik-baik saja yaa. Oke lah. Tidak ada hal yang serius kok Sen. Aku cuma ingin tahu saja". Benar. Zidan tidak bisa mengatakannya di depan Senja. Melihat cinta Senja yang begitu besar kepada Arga, membuatnya tak tega mengatakannya.
"Kamu ngapain sama Zidan, Sen?" tanya Arga yang sudah berdiri di belakang Senja. Matanya menatap tajam ke arah Zidan yang masih duduk tenang di depan Senja. Senja kelabakan. Ia seperti kepergok berselingkuh. Ia segera berdiri di samping Arga.
"Tadi ketemu tidak sengaja, Arga" ujar Senja hati-hati.
"Tidak sengaja tapi duduk berduaan? Apa maksudnya?" Arga sudah emosi. Terlihat dari kilatan di matanya yang semakin tajam. Zidan sedikit tersenyum. Ia berjalan ke arah Arga. Berhenti tepat di depan pria itu.
"Lo jangan suudzon dengan pacarmu sendiri. Cobalah untuk percaya kepadanya. Sama seperti dia yang percaya 100% kepadamu". Zidan mengatakan hal itu dengan sedikit berbisik di telinga Arga.
Arga mendorong tubuh Zidan agar menjauh. "Apa maksudmu?" geram Arga.
Pertikaian antara dua orang pria ini telah menarik perhatian sebagian besar pengunjung cafe. Suasana yang tadinya ramai seketika hening.
"Dia sangat percaya lo, Ar. Lo tega menghancurkan kepercayaannya huhh?" tanya Zidan dengan sedikit penekanan.
Arga terlihat marah. Kenapa Zidan mencampuri hubungannya dengan Senja? Arga mencengkeram kerah baju Zidan.
"Apa maksudmu huh? Lo ingin menghancurkan hubungan kita? Sejak dulu lo emang suka sekali mencampuri urusan orang lain yaa? Gue saranin Dan, dari pada lo sibuk ngurusi urusan orang lain, lebih baik lo urus keluarga lo"
"Gue enggak akan ikut campur kalau elo nya bener Ar. Lo enggak sadar atas kelakuan lo yang brengsek itu huh?" ujar Zidan tak mau kalah.
Arga tersenyum mengejek, "Kelakuan gue brengsek? Lalu bagaimana dengan kelakuan bokap lo yang sudah menghancurkan rumah tangga orang lain huh?" teriak Arga membuat semua orang yang menonton kejadian ini tercengang. Apa maksud perkataan Arga barusan?